Jelajah Jawa Tengah Bagian 19: Goa Dempok dan Goa Jatijajar
Kamis, 17 Oktober 019
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20km lebih dari Bukit Hud akhirnya kami sampai di Jatijajar (kampung Inggris). Di jalan raya Jatijajar ini lumayan ada beberapa penginapan, kami menginap di RedDoorz yang bisa muat bertiga (plus extra bed). Penginapan ini jaraknya dekat dengan Goa Jatijajar yang akan kami kunjungi berikutnya. Suasana desanya lumayan sepi cocok buat yang gak suka keramaian. Makan malam di sebuah resto ini, harganya membuat rasa tak percaya, sangat murah, meskipun Jawa Tengah terkenal makanannya berharga murah namun di sini lebih murah hehehe.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20km lebih dari Bukit Hud akhirnya kami sampai di Jatijajar (kampung Inggris). Di jalan raya Jatijajar ini lumayan ada beberapa penginapan, kami menginap di RedDoorz yang bisa muat bertiga (plus extra bed). Penginapan ini jaraknya dekat dengan Goa Jatijajar yang akan kami kunjungi berikutnya. Suasana desanya lumayan sepi cocok buat yang gak suka keramaian. Makan malam di sebuah resto ini, harganya membuat rasa tak percaya, sangat murah, meskipun Jawa Tengah terkenal makanannya berharga murah namun di sini lebih murah hehehe.
Pagi-pagi kami langsung checkout dari penginapan dan
menuju spot wisata Goa Jatijajar yang berjarak sekitar 1.2km dari penginapan. Sampai
di lokasi, terlihat sangat sepi belum ada pengunjung, seprtinya kami adalah
pengunjung pertama hari ini. Dan ternyata petugas jaga nya juga belum datang
(ada rapat di pemda) yang kelurahan/akhirnya kami menunggu sampai jam 9 lebih. Setelah
petugas datang kemudian kita membayar tiket masuk Rp. 12.500/orang. Dengan
menggunakan tiket ini kita bisa masuk ke Goa Dempok dan Goa Jatijajar.
Goa Dempok
Memasuki loket, hanya beberapa meter saja kita sudah
berada di mulut Goa Dempok. Mulut goa yang mirip setengah oval dengan
ketinggian sekitar 8-10m dengan lebar sekitar 12-15m. Goa ini tidak terlalu panjang hanya sekitar 100m namun
jangan membayangkan goa yang sempit dan banyak lorong-lorong. Masuk ke dalam
goa ini pengunjung tidak usah takut karena tidak gelap dengan adanya lampu
penerangan dan jalan setapak juga disediakan.
Jalan setapak dalam gua juga dilengkapi dengan besi pengaman jadi bisa dipegang pada saat naik-turun anak-anak tangga yang ada di dalam goa. Goa ini adalah campuran antara buatan manusia (bekas tambah di jalam Belanda dan alami) jadi di goa ini kita hanya menemukan sedikit stalagtite dan stalagmite. Di sini kita juga temukan lorong-lorong buatan dan langit-langit yang alami.
Area masuk Goa Dempok |
Area sekitar mulut goa |
Suasana dalam goa |
Goa Jatijajar
Goa Jatijajar ini tidak lepas dari cerita rakyat Sunda
dengan tokohnya Raden Kamandaka aka Lutung Kasarung dengan nama asli Banyak
Cokro yang merupakan salah seorang anak Prabu Siliwangi, Raja Kerajaan
Pajajaran. Kok sampai ke Jawa Tengah ya? Karena kerajaan Sunda ini dulu
wilayahnya sampai ke Jawa Tengah ini seperti Kebumen, dan Purwokerto (Banyumas).
Nama Jatijajar berasal dari kata ‘sejatine’ ‘pajajaran’ yaitu kata-kata yang
diucapkan Raden Kamandaka ketika dikejar-kejar pasukan Kadipaten Pasir Luhur hingga ke goa ini. Ucapan
sejatine pajajaran bearti sebenarnya beliau berasal dari Pajajaran. Goa ini
juga menjadi salah satu petilasan (persinggahan) Raden Kamandaka dan tempat
bersemedi beliau.
Dari versi lain menyebutkan jatijajar berasal dari
kata jati (pohon jati) jajar (sejajar) karena ketika ditemukan tahun 1802
terdapat pohon jati yang tumbuh sejajar di mulut gua. Tapi apapun cerita
dibalik nama goa ini, yang jelas goa ini adalah objek wisata andalan Kkebumen.
Keluar dari Goa Dempok, kita akan menemukan aliran
sungai yang keluar dari mulut goa, mulut goa ini dibentuk berupa mulu dinosaurus,
yang melambangkan bahwa goa ini sudah berumur ribuan atau malah jutaan tahun.
Air ini berasal dari dalam gua, yang merupakan gabungan dari beberapa sendang
(sungai). Air yang mengalir ini tidak pernah kering meskipun disaat kemarau
panjang ini. air ini dimanfaatkan untuk kebutuhan warga sekitar.
Sungai yang keluar dari Goa Jatijajar |
Menaiki anak-anak tangga kemudian sampailah kami di
taman, di sini banyak pedagang yang berjualan makanan-minuman dan cendera mata.
dari sini kemudian kita naik anak tangga lagi menuju mulut gua. Jadi pintu
masuk dan keluarnya berbeda, pintu masuk ada di atas sementara pintu keluar ada
di bagian kiri bawah.
Mulut Goa |
Sampai di mulut goa yang sangat lebar kemudian
terdapat area mirip ruangan/hall. Ada yang unik begitu kita
melihat mulut goa ini dan juga ketika mulai memasukinya. Di dinding dan
langit-langit goa kapur ini sekilas terlihat seperti banyak coretan dengan
tinta hitam. Awalnya saya mengira ini kerjaannya orang-orang iseng yang
mencoret-coret goa. Tapi pas diamati dengan teliti ternyata itu adalah tulisan
yang rapi yang menuliskan nama-nama orang Belanda (prajurit?). nama-nama ini
lengkap dengan tahunnya dengan rentang waktu 1918, 1927 atau 1931 yang artinya
goa ini sudah dikenal atau digunakan dari jaman Belanda. Tulisan-tulisan ini
footprint ini memenuhi dinding-dinding goa hingga ke langit-langit goa yang
tingginya bisa sampai 15m yang membuat kita berfikir bagaimana caranya menulis
setinggi itu pada zaman dulu. Bisa jadi lantai goa ini dulunya tidak seperti
ini dan langit-langit goa bisa di jangkau.
Di area sinilah kita banyak menemukan diorama
yang bercerita tentang Raden Kamandaka dan istrinya Putri Dewi Ciptarasa. Bukan
hanya itu, di sini kita juga menemukan patung macan, perlambang Siliwangi.
Diorama ini dibuat oleh seniman dari Jogjakarta sekitar tahun 1975 yang
diprakarsai oleh Gubernur Kawa Tengah saat itu, Suparjo Rustam.
Selanjutnya kita memasuki goa melewati jalur yang
sudah disiapkan berupa jalan setapak/trap sehingga memudahkan pengunjung untuk
berkeliling. Di sepanjang jalur goa ini juga sudah dipasang lampu-lampu
penerangan meskipun berbeda dengan Goa Gong Pacitan yang berwarna-warni namun disini hanya berupa lampu penerangan biasa.
Tulisan tangan Belanda di langit-langit goa |
Diorama di dalam goa |
Diorama di dalam goa |
Di sepanjang jalur goa ini kita bisa menyaksikan stalagtite,
stalagmite, dan pilar-pilar batu aneka bentuk laksana dipahat oleh tangan Sang
Pencipta. Bentuk-bentuk ini tercipta akibat rembesan dan tetesan air tanah yang
bercampur dengan zat kapur yang terkandung dalam tanah selama ribuan atau
jutaan tahun, entahlah...
Salah satu sudut goa |
Yang mengesankan berada di goa ini adalah adanya
aliran air sungai tanah abdai yang tidak pernah kering sepanjang musim. Menurut
info yang saya gali, ada 7 sungai/sendang di dalam gua ini, namu hanya 4 yang
bisa diakses. Dari 4 tersebut hanya 2 yang bisa kita lihat, yaitu Sendang Mawar
dan Sendang Kanthil. Yang 2 lagi sangat gelap dan jangan coba-coba diakses ya...
karena kita tidak tahu kondisi nya bagaimana. Berada di dalam goa dengan suara sungai
mengalir di dalamnya memberikan kesan tersendiri.
Puas menikmati goa dengan panjang sekitar 250m ini,
kami keluar melalu jalan yang berbeda, disambut para pedagang yang menjajakan
dagangannya. Sabar menunggu pengunjung dari dalam goa berharap ada yang membeli
dagangan mereka. Di saat weekdays ini sangat sedikit pengunjung yang datang,
mudah-mudahan rejeki mereka akan berlimpah di weekend dan liburan nanti.
Sendang Mawar |
Sendang Kantl |
Bukan hanya goa, di area 5.5 hektar ini juga terdapat
aneka permainan buat anak-anak. Juga taman-taman, yang sudah ada maupun yang
sedang dibenahi. Salah satu arena bermain di sini adalah labirin, hanya saja
labirin di sini berbeda dengan labirin di Coban
Rondo yang terbuat dari tanaman sementara di sini dari beton berwarna
hijau. Namun dengan tiket Rp. 12.500 pengunjung sudah bisa menikmati aneka
wisata dan permainan di sini. Dan tak kalah dengan labirin permainan, di sini
juga ada labirin pedagang, dimana pengunjung jalan memutar-mutar toko-toko
cendera mata untuk sampai ke parkiran hahahaha.
Labirin, salah satu arena permainan di taman Goa Jatijajar |
Semoga wisata Kebumen bertambah maju ke depannya, karena
Jawa Tengan bukan hanya Semarang atau Dieng!
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!