Jelajah Jawa Tengah Bagian 10: Klenteng Sam Poo Kong

Trip kali ini saya saya mencoba lebih mengeksplore Jawa Tengah meskipun hanya sebagian kecil saja. Seperti biasa, tidak ada itinerari yang pasti hanya singgah ke beberapa kota dan mengunjungi objek-objek wisata yang memang sudah masuk wish list dan sebagian di luar rencana dan mendapat info on the spot. Perjalanan di mulai dari Jakarta-Semarang-Gn. Ungaran-Ambarawa-Yogjakarta via Magelang-Kebumen dan lanjut ke Pangandaran dan terakhir Tasikmalaya dan kembali ke Bogor via tol Soreang. Rencana awal ke Magelang atau Salatiga namun di tengah perjalanan berganti. Lama trip 9 hari, 12-20 Oktober 2019.
Pulang kantor Jumat, 11 Oktober 2019 bergabung Ringgo dan Revan kami berangkat sekitar jam 4 sore. Masuk tol Cikampek sangat macet hingga KM 45, seperti biasa dan istirahat di KM 228 dan menginap malamnya di rest area ini seperti yang pernah dulu kami lakukan ketika ke Dieng. Hanya saja rest area ini sekarang sudah mulai rampung dan sangat ramai dan konon katanya masuk rekor Muri karena mempunyai toilet terbanyak. Dan kami istirahat di mesjid yang sekarang sudah selesai bergabung dengan para pejalan  kemalaman. Abis subuh kami kembali melanjutkan perjalanan ke Semarang.
Memasuki Semarang masih pagi, karena belum bisa check in dan enunggu siang kami mampir ke spot pertama yaitu Klenteng Sam Poo Kong.
Klenteng Sam Poo Kong
Meskipun sampai di parkiran klenteng masih terbilang pagi, namu sudah banyak terlihat bis-bis pariwisata yang terparkir ditambah kendaraan pribadi. Untuk memasuki kawasan Klenteng ini pengunjung dapat membeli tiket seharga Rp. 10.000 yang hanya bisa sampai dipelataran dan Rp. 28.000 tiket terusan hingga sampai di area klenteng. Kami membeli tiket yang harga Rp. 28.000 agar bisa melihat kesemua area kecuali area-area yang tidak boleh dimasuki kecuali buat beribadah.
Gerbang depan  klenteng
Singkat cerita, Klenteng ini adalah tempat petilasan atau persinggahan dari Laksamana Cheng Ho/Zheng He yang berlayar dan singgah di pantai utara Jawa karena anak buahnya banyak yang sakit. Meskipun beragama Isalm namun anak buahnya tidak semuanya beragama Islam, sebagian Kong Hu Chu/Tao. Klenteng ini dibangun untuk menghormati Cheng Ho dan bagi umat Kong Hu Cu, laksamana ini dianggap sebagai dewa, ini terlihat dari patung besar dari Laksamana Chengho yang ada di salah satu sudut kompleks klenteng ini. Nah, bukan cuman klenteng, banyak juga mesjid di Nusantara yang memakai nama Cheng Ho, seperti di Palembang dan Malang.
Memasuki area klenteng yang sudah menjadi salah satu objek wisata andalan Semarang ini sudah dilengkapi sarana pendukung seperti tempat makan, toko cendera mata, mushola, dan toilet.
Bangunan pertama yang kita temui pertama yang berdiri di lahan sekitar 1.000m2 ini adalah sebuah plaza/tempat berkumpul yang biasa digunakan untuk pertunjukan. Ketika kami di sini ada pertunjukkan baronsai. Di sisi-sisi bangunan ini terdapat patung-patung dewa perang (?) dan di atasnya terdapat undakan-undakan yang biasa ada di lokasi-lokasi pertunjukan. Di tengah-tengah area terdapat lapangan yang luas. Berada di lapangan yang dikelilingi bangunan berwarna merah ini serasa berada di negeri China (padahal gak pernah ke China hahaha).
Salah satu bangunan di kompleks klenteng
Pertunjukan baronsai
Lapangan tempat berkumpul pengunjung
Di salah satu sudut lapangan terdapat patung Laksamana Cheng Ho yang tinggi menjulang.  hanya saja saat itu banyak petugas sedang membersihkan area sekitar patung karena malam sebelumnya ada pertunjukan/kegiatan jadi terlihat berantakan.
Patung Laksama Cheng Ho
Selanjutnya menuju ke area Klenteng yang menjadi inti dari bangunan di sini. Ada beberapa bangunan di sini, 2 klenteng utama adalah tempat sembahyang umat Kong Hu Cu. Nah buat kalian yang mau sembahyang di sini ada juga toko yang menjual peralatan sembahyang. Tapi buat kalian yang hanya foto-foto silahkan mengambil foto dari jauh jangan terlalu dekat karena akan mengganggu umat yang sedang sembahyang.
Salah satu bangunan untuk sembahyang
Salah satu bangunan untuk sembahyang
Lampion-lampion cantik
Lanjut ke sebelah kiri juga ada tempat sembahyang, di sini ada ukiran ular naga di pintu masuk dan atap-atap bangunan di hiasi lampion-lampion. Nah di setiap lampion ada tulisan-tulisan China, mungkin isinya tulisannya adalah pengharapan. Di belakang bangunan inilah adanya Bangunan Batu/Goa Batu yang menjadi pusat kompleks ini. di tembok masuk terlihat cerita perjalanan Laksamana Chengho keliling dunia berlayar untuk berdagang dan mengembangkan agama Islam, ukiran-ukiran menyerupai relief di candi namun lebih halus. Untuk masuk ke Goa Batu hanya buat yang beribadat jadi kami tidak bisa masuk.
Gedung Batu yang menjadi pusat klenteng ini
Relief-relief yang ada di dinding Gedung Batu
Selanjutnya di bagian ujung ada makam juru mudi Laksamana Cheng Ho, lokasi ini dijadikan tempat berziarah (Kyai Juru Mudi). Juga di sini disimpan sauh kapal yang konon asli dari kapal Cheng Ho (Kyai Jangkar). Juga di sini disimpan peralatan-peralatan/senjata awak kapal (Kyai Cundrik Bumi).
Untuk berkeliling dan menikmati setiap sudut area klenteng ini memang cukup memakan waktu, supaya santai, sediakan waktu setengah hari di sini. Jangan takut, karena sehabis berkeliling kita bisa menikmati cendol dan lumpia khas Semarang dengan harga murah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah