Jelajah Lampung Bagian 1: Menara Siger dan Pantai Bagus-Kalianda

Liburan kali ini kami menjelajah Lampung terutama Lampung Selatan, yaitu wilayah pantai yang masih berdekatan dengan Pulau Jawa dan berhadapan langsung dengan Gunung Anak Krakatau, namun kami tidak ke Karakatau hanya ke wilayah pantainya saja. Perjalanan dimulai hari Rabu 11 September hingga Minggu 15 September 2019. Kali ini kami berempat, saya, Revan, Ringgo dan Jay.
Dari Bogor kami berangkat menggunakan mobil sekitar jam 5.30 pagi, via tol Merak sampai di pelabuhan penyeberangan sekitar jam 9 kurang, beruntung sekali karena begitu mobil masuk kapal RoRo, gak berapa lama pun kapal berangkat. Untuk penyeberangan dengan mobil pribadi kita membayar Rp. 374.000/mobil (penumpang tidak bayar lagi) yang bisa dibayar pakai e-Money dan cash. Di kapal, sambil menunggu keberangkatan penumpang disuguhi atraksi menyelam mengambil koin yang dilempar oleh penumpang kepada pemuda-pemuda yang ada di laut. 2 jam penyeberangan tidak berasa karena diisi dengan main poker. Tepat jam 11, kapal bersandar di Pelabuhan Bakauheni Lampung.
Di atas kapal RoRo menuju Bakauheni
Tujuan utama kami ke Lampung Selatan ini adalah mengunjungi Pulau pahawang, Teluk Kiluan dan Gigi Hiu Pantai Pegadung sebagai tujuan utama. Namun begitu untuk itinerari tepatnya kami susun di perjalanan atau on the spot begitu juga untuk penginapan belum terbayangkan dimana. Selain 3 tujuan di atas, spot-spot lain yang kami kunjungi adalah diluar rencana.

Menara Siger-Bakauheni
Menara Siger merupakan titik 0 Pulau Sumatera, kalau kita berada di kapal yang mau merapat ke Bakauheni bisa melihat menara ini karena berada di ketinggian dan mempunyai warna emas mencolok sehingga siaapun pasti bisa melihatnya. Siger merupakan simbol Lampung, benda seperti mahkota berbentuk segitiga dengan 7-9 lekukan, benda ini umum kita temui di Lampung, biasanya di pasang di rumah-rumah atau toko-toko dan gedung di seantero kota.
Kondisi lobby
Untuk ke Menara ini tidak sulit hanya berjarak beberapa kilometer saja dari pelabuhan.  Tidak berapa jauh dari perempatan, di sebelah kanan nanti kita masuk gerbang menara ini. namun begitu sampai gerbang kami agak terkejut juga karena tidak sesuai yang dibayangkan, agak kurang terurus. Untuk masuk kami dikenakan tarif Rp. 20.000/mobil. Di dalam kami parkir di depan salah satu warung yang banyak berderet di depan menara ini. mungkin karena hari kerja, di sini sangat sepi pengunjung.
Menara Siger
Begitu memasuki menara tercium aroma kurang sedap, apek dan bau kotoran kelelawar. Sekilas terlihat banguanan ini seperti bangunan terlantar dan tak terurus. Kalau tidak salah ada 6 lantai untuk mencapai puncak menara ini. Di bagian bawah (lobby) terdapat catatan mengenai latar belakang menara ini dan peresmiannya. Juga terlihat foto-foto anak Krakatau sebelum meletus. Di salah satu sudut lobby terlihat toko cendera mata yang kosong.
Naik ke atas melewati tangga-tangga yang pegangannya sudah mulai rapuh dan goyang. Sangat berbahaya kalau tiba-tiba ada yang bersandar dan jatuh ke lantai bawah. Plafon-plafon lantai juga terlihat mulai rusak serta di lantai banyak terdapat kotoran burung dan kelelawar. Sampai di atas, kita bisa melihat pemandangan ke pelabuhan melewati jendela-jendela kaca yang mulai rusak. Hanya sebentar kami di sini karena tidak betah dengan kondisi bangunan. Bangunan yang dibuat tapi tidak terjaga.
Di puncak Menara

Pemandangan dari puncak Menara
Pantai Bagus-Kalianda
Melewati Jalur Lintas Sumatera (bukan tol) untuk menuju Pesawaran kami mampir di Kalianda. Sebenarnya ada jalur lain untuk ke Kalianda ini, yaitu melewati Rajabasa dimana terdapat Dermaga Canti yang merupakan titik terdekat ke Karakatau. Jalur ini kami lewati ketika pulang menuju Bakauheni.

Mengikuti petunjuk Maps, dari jalan lintas Sumatera kami menuju Pantai Bagus yang berjarak sekitar 300m. Begitu memasuki gerbang, terlihat pemandangan yang tidak ‘bagus’, seperti terbengkalai. Di loket tidak ada penjaga, kami memarkirkan kendaraan tidak jauh dari pantai. Cuman ada beberapa pengunjung di sini selain kami. Rupanya ada penjaga yang berada di salah satu warung yang terlihat tutup. Kami membayar tiket masuk Rp. 10.000/orang. Kemudian kami istirahat di salah satu saung yang berada tidak jauh dari bibir pantai.
Pintu masuk Pantai Bagus
Pantai Bagus ini berada di sebuah teluk dengan air laut nyaris tak ada ombak. Pasir pantainya berwarna putih dengan batu karang tersebar di salah satu sudut pantai. Dari pantai ini kita bis amenyaksikan Gunung Rajabasa di kejauhan. Dengan pemandangan dan suasana pantai yang sangat unik dan jarang di temui ini harusnya menjadikan pantai ini primadona. Hanya saja begitu mendekati bibir pantai, banyak sekali sampah plastik sepanjang garis pantai. Tidak jelas apakah sampah ini adalah sampah bekas buangan pengunjung atau sampah yang terbawa ombak/arus dari perkampungan di ujung teluk. Yang jelas pantai ini terlihat sangat tidak terurus mengingat tiket masuknya lebih tinggi dibanding pantai-pantai di Jawa yang rata-rata Rp. 5.000 atau gratis.
Kondisi pantai yang tenang namun terlihat kotor
Pantai yang berair tenang

Jadilah di sini kami hanya istirahat dan tidur-tiduran di saung sambil menikmati angin sepoi-sepoi tanpa berbasah-basahan. Melanjutkan perjalanan ke Pesawaran, kami mampir di salah satu rumah makan untuk makan siang dan sholat Zuhur.
Mampir di salah satu rumah makan Sunda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah