Jelajah Lampung Bagian 8: Desa Wisata Kunjir-Rajabasa

Setelah kembali dari berburu lumba-lumba dan bermain di Pulau Kelapa,  sampai di penginapan kami beberes dan makan siang yang dipesan dari ibu penginapan. Sesudah Zuhur kami langsung check-out. Perjalanan selanjutnya adalah menuju pelabuhan penyeberangan Bakauheni. Karena sampainya pasti malam jadi kami memutuskan menginap semalam di sekitar Kalianda namun akhirnya di Rajabasa. Perjalanan dari Teluk Kiluan menuju Rajabasa sekitar 4 jam lebih, kami tidak melewati Lintas Sumatera namun menyusuri pesisir Kalianda melewati Dermaga Canti.

Melewati jalur pesisir Lampung Selatan ini jalannya tidak terllau bagus dan kecil. Daerahnya berupa perbukitan dan juga pesisir pantai. Sampai di Dermaga Canti sudah hampir magrib. Hanya saja di sekitar sini sangat sulit mencari penginapan setelah melihat di aplikasi ternyata ada penginapan RedDoo** di daerah Rajabasa yang berbatasan dengan Kalianda. Sampai di penginapan (belum book) lihat list harga ternyata mahal banget, di atas Rp. 800.000 per cottage, namun menggunakan aplikasi kami dapat per cottage kurang dari Rp. 150.000. dan kami mengambil 2 cottage buat 4 orang.

Berada di ketinggian/tebing, cottage-cottage di sini langsung berhadapan dengan laut lepas, dan menurut info, kalau cuaca lagi cerah kita bis amelihat langsung Gunung Krakatau, karena area ini termasuk spot terdekat menuju Pulau Krakatau. Di bawah adalah Pantai Kahai yang juga dilengkapi dengan water boom, kolam renang dan permainan anak yang berada di pinggir pantai. Untuk tiket masuknya kalau tidak salah Rp. 40.000/orang namun kalau menginap di resort mendapat harga khusus Rp. 25.000/orang, namun kami tidak masuk karena sudah capek dan maunya istirahat. Malam di sini, karena berada di atas tebing dan menghadap lautan bebas, anginnya lumayan kencang, dan kamipun tidur ditemani deru angin dan terasa tidur diatas gunung dan hutan.

Cottage yang berada di pinggir tebing
Pantai Kahai
Pagi-pagi bangun kita bisa melihat sunrise dengan warna lembayung. Suasana sangat damai, jauh dari kebisingan kota. Pagi-pagi, rombongan pesepeda yang ramai menginap di beberapa cottage di samping kami meninggalkan penginapan. Saatnya berburu sarapan….

Resort ini berada di dekat Desa Wisata Kunjir. Dari desa wisata ini pengunjung yang berencana ke Pulau Anak Krakatau, dan pulau-pulau disekitarnya seperti Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku bisa menyewa kapal dari sini. Di sini kami mencari sarapan di sepanjang pantai. Ada kisah sedih dari desa ini. Desa ini kena dampak langsung ketika letusan Anak Krakatau 22 Desember 2018 lalu. Di sepanjang pantai masih terlihat sisa-sisa dampak tsunami ini, banyak rumah-rumah dan bangunan yang hancur yang belum direnovasi dan sebagian dibiarkan. Dari penjual nasi uduk yang kami beli, dia selamat karena cepat melarikan diri ke bukit yang ada di belakang desa ini ketika air laur sudah mulai memasuki rumahnya yang berjarak cuman beberapa meter dari pantai ini.  Semenjak tsunami, pariwisata di sini jadi terlihat sangat sepi.
Sisa-sisa tsunami 2018
Desa Wisata Kunjir
Desa Wisata Kunjir
Di pantai ini juga terlihat tugu peringatan yang bertuliskan nama-nama korban bencana tsunami. Semoga suatu saat wisata di sini bangkit kembali dan sosialisasi akan bencana bisa dilakukan lebih masif lagi ke masyarakat yang beresiko besar terkena musibah seperti Desa Kunjir ini. Aamiin...
Tugu peringatan yang bertuliskan nama korban tsunami
Tugu peringatan yang bertuliskan nama korban tsunami
Baca juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)