Jelajah Lampung Bagian 5: Laguna Gayau

Jumat, 13 September 2019
Karena hari Jumat jadi pagi-pagi sekitar jam 7-an kami check-out dari penginapan dan menuju ke Teluk Kiluan. Lokasi ini berada sekitar 60km dari Desa Hanura tempat kami menginap dan sudah berada di Kabupaten Tanggamus. Jarak kedua lokasi terpisah sekitar 60km dan bisa dicapai dengan waktu sekitar 2 jam menggunakan mobil. Mungkin kalian heran dengan jarak segitu bisa sampai 2 jam tapi kalau melihat kondisi jalan yang berbelak-belok, naik turun ditambah jalanan yang rusak pastilah kalian akan mengerti. Di tambah lagi istirahat berkali-kali, maklum kan jalan-jalan santai hahahha.

Awal-awal perjalanan kita akan menyusuri daerah pesisir. Melewati Dermaga Ketapang yang merupakan tempat penyeberangan utama ke Pulau Pahawang dan di sampingnya adalah Pantai Klara yang ramai oleh pedagang di sepanjang pantai. Melewati jalan ini serasa melewati garis Pantai Sekotong di Lombok, dengan air laut yang cenderung tenang dan biru membuat kita pengen berenang.

Karena sebagian daerah laut dan pantai sepanjang Pesawaran dan Tanggamus (termasuk Pulau Pahawang dan Pulau Kelagian) adalah wilayah TNI AL jadi wilayah ini relatif aman. Karena kita bisa menemukan markas AL di sini jadi sepanjang jalan kita akan sering berpapasan dengan mobil atau motor milik AL.

Memasuki area perbukitan yang sangat sepi, dimana kebun-kebun milik masyarakat di dominasi oleh coklat. Kondisi jalan yang berlobang-lobang memaksa pengendara tidak bisa melaju kencang. Beberapa kilo sebelum memasuki Teluk Kiluan, kita akan mendaki perbukitan, kondisi jalan berada dipinggir lembah, dan ada titik longsor. Jadi buat kalian yang ke sini di musim hujan harap berhati-hati. Nanti di sebuah pertigaan kita ambil ke kiri yang terlihat jelas penunjuk arah Teluk Kiluan dengan gambar lumba-lumba, sementara ke arah kanan ke Gigi Hiu-Pantai Pegadung.

Menuruni bukit untuk sampai ke Teluk Kiluan, dengan kondisi jalan yang lumayan jelek dan kecil. Wilayah ini banyak kita temukan rumah-rumah bernuansa Bali karena banyak masyarakat Bali tinggal di sini yang merupakan generasi yang dulu bertransmigrasi, juga banyak yang dari Jawa. Jadi jangan heran kalau kita liat mesjid uang di depannya ada tempat sembahyang umat Hindu. Sampai di bibir pantai kami berkeliling memutar teluk sekalian untuk melihat kondisi dan penginapan.

Sampai di area taman, kami mendapat penginapan yang lumayan murah, dengan tempat parkir yang luas. Penginapannya terdiri dari 3 kamar dengan 2 kamar mandi dan ruang tamu yang sangat luas, jadi bisa muat rombongan tur 20-30 orang hahahah. Rumahnya sebagian dari kayu dan meskipun dipinggir laut tapi sejuk jadi pas banget buat istirahat. Karena pas weekday tarifnya Rp. 250.000 kalau weekend Rp. 350.000. Mungkin bisa lebih murah kalau kami mencoba mencari info di banyak penginapan di sini. Perlu di ketahui, pariwisata Teluk Kiluan ini sangat sepi.

Melalui ibu kos, kami bisa menyusun itinerari untuk 2 hari ini dan biayanya. Sebelum Jum’ay ke Laguna Gayau dan habis jumatan ke Gigi Hiu dan besok berburu lumba-lumba dan ke Pulau Kelapa, serta biaya sewa perahu dan ojeg ke Gigi Hiu.

Laguna Gayau
Laguna ini sebenarnya adalah genangan air laut yang membentuk menjadi kolam atau danau kecil yang terperangkap di karang ketika ombak datang. Menurut cerita dulunya laguna ini sempat viral dan banyak dikunjungi wisatawan lokal namun sekarang jadi sangat sepi akibat beberapa pengunjung yang tersapu ombak. Jadi buat kalian yang mau ke sini pehatikan kondisi laut dan ombak.

Pintu masuk ke laguna ini kalau naik mobil harus kembali lagi memutar jalan, karena kami menginap jauh dari pintu masuk jadi ke gerbang masuk laguna menggunakan perahu. Biaya perahu bolak-balik Rp. 15.000/orang dan biaya guide lokal (wajib) Rp. 50.000/rombongan. Karena harus Jumatan jadi kami harus buru-buru ke lokasi ini.
Menyeberangi teluk
Naik perahu ke seberang teluk
Lokasi perahu bersandar pas di belakang penginapan. Dan penyeberangan hanya sekitar 10 menit. Berjalan sedikit kami sampai di gerbang masuk laguna yang juga merupakan rumah dan warung makan. Di sini kita bayar tiket masuk Rp. 6.000/orang. Selanjutnya kita trekking naik bukit karena lokasi laguna ini berada di sisi lain dari teluk. Melewati jalan setapak yang berupa cor-coran dan kebun coklat yang sepertinya tidak terawat karena terlihat buah coklat hampir semuanya busuk.
Pintu loket ke Laguna Gayau
Sampai di puncak bukit kemudian turun menyusuri sisi bukit yang berhadapan dengan laut luas. Meskipun sepi, terlihat ada pengerjaan pembuatan warung/saung di salah satu spot yang menghadap ke laut bebas. Terus menuruni tebing bukit dengan jalan setapak tang bagus ini hingga sampai ke bawah.
Salah satu spot yang kita temui di jalur trek
Sampai di bawah kita berada di atas bebatuan karang. Terlihat satu saung tempat istirahat. Bebatuan karang sepanjang bibir pantai yang tidak berpasir lagi langsung menghadap laut dalam yang berwarna biru. Di karang sebelah kanan terdapat spot foto yang dibuat menyerupai gerbang. Ombak yang tidak terlalu besar memecah di batu karang. Ombak inilah yang mebawa air laut yang menggenangi karang yang lebih rendah.
View yang pertama kita temui
Menuruni tebing sebelah kanan kita bisa menemukan beberapa kolam/laguna. Kolam pertama kecil dan dangkal sekitar sepinggang. Kolam ini dipenuhi tanaman laut yang menempel di karang serta ikan ikan kecil. Hanya saja di sini harus berhati-hati karena ada di sampingnya terdapat karang yang berongga seperti karang-karang di Pantai Karang Hawu-Sukabumi. Air laut masuk melewati rongga dan menghempas membentuk pecahan ombak, tidak terbayang kalau ada yang terjatuh ke dalamnya kemungkinan nol buat terselamatkan.
Laguna yang ada di bagian kanan bawah
Ke kolam bagian kiri terdapat kolam yang lebih dalam, bisa sampai seleher. Kolam ini di lindungi oleh karang yang lebih tinggi dan berbatasan langsung dengan laut lepas. Kalau ombak besar makan akan terbentuk air terjun bekas pecahan ombak. Karena hari itu ombaknya kecil jadi kami tidak bisa melihat air terjunnya. Namun jika ombak besar harus berhati-hati juga jangan sampai terhempas ke karang. Walaupun tidak ada ombak besar namun air laut keluar masuk melewati celah sempit di antara karang. Di kolam ini banyak terdapat ikan-ikan yang lebih besar terperangkap. Sangat nyaman berenang di kolam ini apalagi terdapat bukit yang dipenuhi pepohonan yang membuat suasana terasa sejuk.
Menuju laguna utama
Berendam di laguna utama
Berendam di laguna utama
Laguna Utama yang ada di bagian bawah
Karena sudah jam 11, kami harus segera balik karena jam 12-an waktunya Jum’atan. Di warung depan masih ada waktu buat makan siang meskipun dengan makanan sederhana seperti gado-gado, gorengan dann mpek-mpek.


Baca juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah