Jelajah Lampung Bagian 7: Dolphin Tur dan Pulau Kelapa-Teluk Kiluan

Sabtu, 14 September 2019
Ini adalah hari kedua di Teluk Kiluan. Untuk hari ini, itinerari kami adalah berburu lumba-lumba dan ke Pulau Kelapa. Ups... jangan salah sangka ya, berburu lumba-lumba ini bukan berburu untuk dibunuh ya tapi melihat lumba-lumba berenang di habitatnya di alam bebas di sekitar Teluk Kiluan. Sedangkan Pulau Kelapa adalah pulau kecil yang berada di mulut Teluk Kiluan yang akan kami kunjungi setelah berburu lumba-lumba.

Berburu Atraksi Lumba-Lumba
Untuk berburu lumba-lumba di Teluk Kiluan kita harus merogoh kocek Rp. 300.000 pe jukung. Jukung ialah perahu kecil yang ramping yang bisa memuat 3 orang penumpang dan satu tukang perahu. Jukung ini perahu tradisional yang dilengkapi dengan cadik di kiri dan kanan perahu sebagai penyeimbang untuk melawan gelombang di tengah laut. Karena kami berempat jadi kami tetap memakai 1 perahu dengan tambahan bayaran menjadi Rp. 400.000.

Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap-siap dan jam 6 kami berangkat menuju dermaga. Meskipun hari ini adalah weekend namun tidak banyak wisatawan ke sini. Hanya ada 3 kapal selain kapal kami. Bertiga, membantu tukang perahu untuk menarik perahu memasuki air. Setelah semua siap dan naik ke perahu, karena perahunya kecil dan ramping jadi penumpang harus duduk satu-satu dan harus di atur sedemikian rupa. Berlahan-lahan perahu meninggalkan dermaga dan berjalan perlahan mengguakan 1 mesin. Arus laut terasa agak kuat dan bergelombang karena tadi malam pas bulan purnama.
Persiapan berangkat
Jukung yang ramping untuk berburu lumba-lumba
Sampai di mulut teluk, ada pulau yang tidak terlalu besar yaitu Pulau Kelapa yang akan kami singgahi nantinya. Melewati selat kecil antara daratan dan Pulau Kelapa, arus dan gelombang semakin tinggi hingga terus sampai ke laut lepas. Gelombang yang lumayan besar membuat kapal terombang-ambing, kadang naik kadang turun sehingga daratan kadang terlihat kadang hilang dari pandangan. Untunglah bapak yang perahu sudah biasa, perahu berjalan agak mengambil jalur menyamping dan tidak frontal melawan gelombang/arus.
Rombongan lain yang berburu lumba-lumba
Sekitar 1 jam berperahu belum terlihat tanda-tanda adanya lumba-lumba dan matahari semakin meninggi. 3 perahu di belakang dan depan kami mulai meyebar ke arah yang berbeda. Semakin ke tengah, kami berada di spot yang banyak burung camar dan elang laut yang menyambar-nyambar ikan. Karena banyak burung ini menjadi tanda banyaknya ikan dan tentu saja ada lumba-lumba-nya.

Tidak beberapa lama kemudian, di sebelah kanan perahu mulai terlihat satu dua lumba-lumba yang berloncatan. Exciting banget.....  Tidak beberapa lama diikuti oleh yang lain. Terlihat kadang-kadang 4 dan 5 lumba-lumba berloncatan di depan kapal dan di kiri-kanan. Hanya saja agak susah mengambil foto lumba-lumba ini karena gerakannya sudah ditebak. Hanya sekitar 15 menit kami menyaksikan atraksi lumba-lumba ini dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang sebelumnya mampir di Pulau Kelapa.
Foto lumba-lumba yang tertangkap kamera
Oh iya, menurut literatur, dulu banyak sekali lumba-lumba di perairan ini khususnya Teluk Kiluan namun di tahun 1980-1990-an terjadi perburuan besar-besaran yang mengakibatkan ribuan lumba-lumba di bantai dan dijual ke pembeli asing. Satu lumba-lumba diharga beberapa ratus ribu rupiah saja, namun kemudian perburuan lumba-lumba ini dilarang. Sekarang menyisakan tidak banyak lumba-lumba di sini. Terbayang kan kalau lumba-lumbanya masih ribuan begitu?

Pulau Kelapa
Menuju arah pulang (kembali ke Teluk Kiluan) dari jauh kita bisa menyaksikan gugusan perbukitan dan juga terlihat Gigi Hiu di Pantai Pegadung laksana gedung-gedung menjulang dan tersusun rapi. Keindahan ini terasa terabaikan karena kurangnya pengunjung ke lokasi wisata ini. mungkin kurangnya perhatian dari pemerintah daerah yang terlihat dari jeleknya akses ke lokasi wisata ini.

Sampi di pulau, kami dibantu penjaga di sini untuk merapat. Kemudian untuk masuk kami bayar tiket masuk Rp. 6.000 per orang. Pulau ini tidak terlalu besar, dari unjung ke unjung palingan sekitar 100 meter saja. Pantai yang menghadap ke Teluk Kiluan ombaknya sangat kecil namun yang menghadap ke lautan lepas ombaknya lumayan besar, jadi pengunjung hanya bermain di pantai yang menghadap ke teluk.
Salah satu sudut Pulau Kelapa
Pulau Kelapa berpasir putih dan berombak tenang
Berada di pantai ini berasa berada di Pantai 3 Warna-Malang Selatan, namun ombak di sini lebih kecil dan landai sehingga pengunjung bebas berenang, sementara Pantai 3 Warna langsung dalam dan ombaknya lebih besar. Pantai di Pulau Kelapa ini berpasir putih dan sangat halus, dan tentunya sangat bersih karena di sini tidak dihuni dan tidak ada yang berjualan. Namun begitu kalian bisa berkemah di sini, dan kami melihat ada rombongan anak muda yang datang dan bersiap berkemah di sini.
Bermain air di Pulau Kelapa
Bermain air di Pulau Kelapa
Bermain air di Pulau Kelapa
Bermain air di Pulau Kelapa
Di sisi kiri kanan pulau ini terdapat bebatuan besar teronggok, dan ini sepertinya bukan batu karang yang berasal dari laut dan menurut saya bebatuan inia dalah bekas lontaran lava pijau dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883, dan bebatuan ini banyak kita temukan di sepanjang pantai di Lampung Selatan.
Sisi lain Pulau Kelapa
Berang dan bermain di pantai ini membuat lupa waktu dan malas untuk pulang. Bukan hanya karena keindahannya namun juga sangat sepi dan berasa punya pulau pribadi. Sebelum tengah hari kamipun kembali ke penginapan. Sebelum check-out kami menikmati makan siang yang sudah dipesan duluan di ibu yang punya penginapan, seperti yang malam sebelumnya. Habis zuhur perjalanan dilanjutkan menuju Rajabasa dan menginap semalam. Kami memilih menginap di Rajabasa karena sudah mendekati dermaga penyeberangan Bakauheni.

Baca juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah