Ini adalah hari kedua di
Teluk Kiluan. Untuk hari ini, itinerari kami adalah berburu lumba-lumba dan ke
Pulau Kelapa. Ups... jangan salah sangka ya, berburu lumba-lumba ini bukan
berburu untuk dibunuh ya tapi melihat lumba-lumba berenang di habitatnya di
alam bebas di sekitar Teluk Kiluan. Sedangkan Pulau Kelapa adalah pulau kecil
yang berada di mulut Teluk Kiluan yang akan kami kunjungi setelah berburu
lumba-lumba.
Berburu Atraksi Lumba-Lumba
Untuk berburu lumba-lumba di
Teluk Kiluan kita harus merogoh kocek Rp. 300.000 pe jukung. Jukung ialah perahu
kecil yang ramping yang bisa memuat 3 orang penumpang dan satu tukang perahu. Jukung
ini perahu tradisional yang dilengkapi dengan cadik di kiri dan kanan perahu
sebagai penyeimbang untuk melawan gelombang di tengah laut. Karena kami
berempat jadi kami tetap memakai 1 perahu dengan tambahan bayaran menjadi Rp.
400.000.
Pagi-pagi sekali kami sudah
bersiap-siap dan jam 6 kami berangkat menuju dermaga. Meskipun hari ini adalah
weekend namun tidak banyak wisatawan ke sini. Hanya ada 3 kapal selain kapal
kami. Bertiga, membantu tukang perahu untuk menarik perahu memasuki air. Setelah
semua siap dan naik ke perahu, karena perahunya kecil dan ramping jadi
penumpang harus duduk satu-satu dan harus di atur sedemikian rupa. Berlahan-lahan
perahu meninggalkan dermaga dan berjalan perlahan mengguakan 1 mesin. Arus laut
terasa agak kuat dan bergelombang karena tadi malam pas bulan purnama.
|
Persiapan berangkat |
|
Jukung yang ramping untuk berburu lumba-lumba |
Sampai di mulut teluk, ada pulau
yang tidak terlalu besar yaitu Pulau Kelapa yang akan kami singgahi nantinya. Melewati
selat kecil antara daratan dan Pulau Kelapa, arus dan gelombang semakin tinggi
hingga terus sampai ke laut lepas. Gelombang yang lumayan besar membuat kapal
terombang-ambing, kadang naik kadang turun sehingga daratan kadang terlihat
kadang hilang dari pandangan. Untunglah bapak yang perahu sudah biasa, perahu
berjalan agak mengambil jalur menyamping dan tidak frontal melawan
gelombang/arus.
|
Rombongan lain yang berburu lumba-lumba |
Sekitar 1 jam berperahu belum
terlihat tanda-tanda adanya lumba-lumba dan matahari semakin meninggi. 3 perahu
di belakang dan depan kami mulai meyebar ke arah yang berbeda. Semakin ke
tengah, kami berada di spot yang banyak burung camar dan elang laut yang
menyambar-nyambar ikan. Karena banyak burung ini menjadi tanda banyaknya ikan
dan tentu saja ada lumba-lumba-nya.
Tidak beberapa lama kemudian,
di sebelah kanan perahu mulai terlihat satu dua lumba-lumba yang berloncatan. Exciting
banget..... Tidak beberapa lama diikuti
oleh yang lain. Terlihat kadang-kadang 4 dan 5 lumba-lumba berloncatan di depan
kapal dan di kiri-kanan. Hanya saja agak susah mengambil foto lumba-lumba ini
karena gerakannya sudah ditebak. Hanya sekitar 15 menit kami menyaksikan
atraksi lumba-lumba ini dan kemudian melanjutkan perjalanan pulang sebelumnya
mampir di Pulau Kelapa.
|
Foto lumba-lumba yang tertangkap kamera |
Oh iya, menurut literatur,
dulu banyak sekali lumba-lumba di perairan ini khususnya Teluk Kiluan namun di
tahun 1980-1990-an terjadi perburuan besar-besaran yang mengakibatkan ribuan
lumba-lumba di bantai dan dijual ke pembeli asing. Satu lumba-lumba diharga
beberapa ratus ribu rupiah saja, namun kemudian perburuan lumba-lumba ini
dilarang. Sekarang menyisakan tidak banyak lumba-lumba di sini. Terbayang kan
kalau lumba-lumbanya masih ribuan begitu?
Pulau Kelapa
Menuju arah pulang (kembali
ke Teluk Kiluan) dari jauh kita bisa menyaksikan gugusan perbukitan dan juga
terlihat Gigi Hiu di Pantai Pegadung laksana gedung-gedung menjulang dan
tersusun rapi. Keindahan ini terasa terabaikan karena kurangnya pengunjung ke
lokasi wisata ini. mungkin kurangnya perhatian dari pemerintah daerah yang
terlihat dari jeleknya akses ke lokasi wisata ini.
Sampi di pulau, kami dibantu
penjaga di sini untuk merapat. Kemudian untuk masuk kami bayar tiket masuk Rp.
6.000 per orang. Pulau ini tidak terlalu besar, dari unjung ke unjung palingan
sekitar 100 meter saja. Pantai yang menghadap ke Teluk Kiluan ombaknya sangat
kecil namun yang menghadap ke lautan lepas ombaknya lumayan besar, jadi pengunjung
hanya bermain di pantai yang menghadap ke teluk.
|
Salah satu sudut Pulau Kelapa |
|
Pulau Kelapa berpasir putih dan berombak tenang |
Berada di pantai ini berasa
berada di Pantai
3 Warna-Malang Selatan, namun ombak di sini lebih kecil dan landai sehingga
pengunjung bebas berenang, sementara Pantai 3 Warna langsung dalam dan ombaknya
lebih besar. Pantai di Pulau Kelapa ini berpasir putih dan sangat halus, dan
tentunya sangat bersih karena di sini tidak dihuni dan tidak ada yang
berjualan. Namun begitu kalian bisa berkemah di sini, dan kami melihat ada
rombongan anak muda yang datang dan bersiap berkemah di sini.
|
Bermain air di Pulau Kelapa |
|
Bermain air di Pulau Kelapa |
|
Bermain air di Pulau Kelapa |
|
Bermain air di Pulau Kelapa |
Di sisi kiri kanan pulau ini
terdapat bebatuan besar teronggok, dan ini sepertinya bukan batu karang yang
berasal dari laut dan menurut saya bebatuan inia dalah bekas lontaran lava
pijau dari letusan Gunung Krakatau tahun 1883, dan bebatuan ini banyak kita
temukan di sepanjang pantai di Lampung Selatan.
|
Sisi lain Pulau Kelapa |
Berang dan bermain di pantai
ini membuat lupa waktu dan malas untuk pulang. Bukan hanya karena keindahannya
namun juga sangat sepi dan berasa punya pulau pribadi. Sebelum tengah hari
kamipun kembali ke penginapan. Sebelum check-out kami menikmati makan siang
yang sudah dipesan duluan di ibu yang punya penginapan, seperti yang malam
sebelumnya. Habis zuhur perjalanan dilanjutkan menuju Rajabasa dan menginap
semalam. Kami memilih menginap di Rajabasa karena sudah mendekati dermaga
penyeberangan Bakauheni.
Baca juga link terkait:
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!