"Tour de Java" Bagian 29: Mengunjungi Grojogan Watu Purbo dan Kopi Bukan Luwak-Jogjakarta
1 Pebruari 2020 Hari ke-24 ‘Tour de Java’
Grojogan Watu Purbo
Dalam bahasa Jawa, grojogan berarti air terjun, sama seperti curug
di Jawa Barat. Grojogan yang satu ini, baru-baru ini viral di media sosial
karena bentuknya yang sangat unik, yaitu bertigkat-tingkat. Ada sekitar 6
tingkatan di sini. Sebenarnya ini bukanlah air terjun tapi adalah semacam
bendungan yang dibuat bertingkat supaya aliran sungai Kali Krasak yang berhulu
di Gunung Merapi alirannya menjadi tidak terlalu deras (efek ketinggian). Berada
di Dusun Bangunrejo, Desa Merdikorejo, kec. Tempel, kab. Sleman-Jogjakarta
menjadi viral berkat kejelian perangkat desa melihat potensi di wilayah mereka.
Hmmm... mengesankan bukan!.
Karena hari Sabtu, weekend, kami berinisiatif berangkat ke lokasi
yang berjarak sekitar 22km dari Malioboro ini pagi-pagi sekitar jam 7. Masih bertiga,
saya, Revan dan Sugi. Gak sulit mencari lokasi ini, cukup mengikuti Maps saja
dan tidak nyasar seperti biasa hahaha. Mendekati Desa Merdikorejo, kami mampir
untuk sarapan di lapak ibu-ibu yang jual sarapan, murah banget pastinya ya,
maklum di desa. Suasana pedesaan di Sleman ini cocok banget buat yang mau
pensiun dini dan hidup di desa hahahaha.
Di perempatan nanti ada gapura besar Desa Merdikorejo, dan dari
sini kita benar-benar menikmati suasana pedesaan hingga bisa melihat puncak
Gunung Merapi. Dari jalan desa ke lokasi/sungai jalannya jelek tapi palingan
200-300m. Sudah banyak banget pengunjung yang masuk, mulai dari yang motoran,
mobil dan sepedaan. Sampai di parkiran sudah banyak banget kendaraan yang
parkir hahahha, ternyata masih kurang pagi berangkatnya. Untuk masuk, tidak ada
karcis hanya bayar parkir Rp. 5.000/motor.
Gerbang Desa Merdikorejo |
Untuk ke Grojogan Watu Purbo kita menuju arah sungai yang jaraknya
kurang dari 100m. Melewati warung-warung yang dibuat darurat yang dibuat oleh
masyarakat sekitar. Menurut saya wisata di sini dibuat murah dan melibatkan
masyarakat sekitar sehingga menambah pendapatan dan perbaikan pereonomian. Mudah-mudahan
bisa lebih diperbaiki.
Terlihat Gunung Merapi |
Sampai di pinggir sungai kami sudah melihat banyak sekali
pengunjung di tiap tingkatnya. Pengunjung bisa turun dengan tangga-tangga yang
di sediakan. Untuk diketahui, sungai ini juga jadi batas wilayah dengan Jawa
Tengah, karena di seberang sungai sudah masuk Magelang. Aliran sungai masih
tergolong jernih karena tidak hujan, kalau hujan airnya berwarna coklat dan
arusnya deras.
Spot foto di sisi sungai |
Untuk ke tingkatan paling bawah kita harus melewati anak
tangga-aak tangga yang baru selesai di cor. Namun untuk turun ke tiap tingkatan
di sediakan anak tangga di sisi sungai. demikian juga dengan fasilitas toilet
juga baru selesai dibangun. Di bagian bawah ramai sekali pengunjung terutama
komunitas-komunitas, mulai dari komunitas sepedaan sampai ibu-ibu arisan dengan
seragam hehehe. Semuanya terlihat antusias dan bahagia. Buat kalian yang hanya
berfoto-foto buat posting di medsos ini lokasi yang tepat, atau mau
berbasah-basahan silahkan juga. Namun buat kalian yang bawa drone ini bisa
menjadi objek yang sangat menarik, sayang drone saya rusak sewaktu di Tumpak
Sewu hik hik.
Grojogan Watu Purbo dari tingkatan paling bawah |
Grojogan Watu Purbo dari tingkatan paling bawah |
Grojogan Watu Purbo dari tingkatan paling bawah |
Capek berfoto-foto, kita bisa istirahat di saung-saung yang
disiapkan pengelola dengan taman-taman bunga. bisa tidur-tiduran buat melepas
lelah.
Kopi Bukan Luwak
Tau Kaliurang?. Desa wisata yang yang berada dekat Gunung Merapi
yang terkenal dengan wisata Lava Tur Merapi-nya?. Selain itu desa wisata ini
terkenal dengan tempat makan dengan suasana pedesaan dengan harga murah-murah.
Pintu masuk Kopi Bukan Luwak |
Salah satu tempat akan yang terkenal adalah Kopi Bukan Luwak. Tadinya
kami mau ke Kopi Klotok, karena weekend, pengunjung sampai tumpah ruah sehingga
susah cari parkiran dan antrian sangat panjang akhirnya ke Kopi Bukan Luwak
yang gak jauh jaraknya dengan Kopi Klotok.
Masuk ke kafe ini langsung terasa suasana tradisional dan
pedesaan. Rumah kayu yang terkesan tua dengan properti yang semuanya dari kayu
terasa sangat friendly. Makanan disajikan secara pransmanan, dapur dan tukang
masak nya bisa langsung kita lihat, jadi berasa di rumah sendiri. Dan harganya
ditanggung sangat murah, mulai dari harga ribuan, khas harga makanan di desa. Dan
jangan lupa mencicipi kopi khas Kaliurang!.
Beberapa menu di Kopi Bukan Luwak |
Dapur yang bisa dilihat pengunjung |
Tempat makannya selain di dalam rumah, kita juga bisa memilih di
halaman belakang. Ditumbuhi pepohonan nan rindang yang membuat mengantuk
sehabis makan. Jadilah saya habis makan tidur (beneran) di atas kursi panjang. Gak
perlu malu hehehe...
Suasana di halaman belakang |
Habis dari KopiBukan Luwak kami lanjut ke penginapan. istirahat
karena besok akan melanjutkan perjalanan ke Baturaden.
Baca juga
link terkait:
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!