"Tour de Java" Bagian 27: Bermain Air di Umbul Ponggok-Klaten
Dari Pantai Srau di Pacitan, kami langsung menuju Jogjakarta. Ini
kali ke-7 saya ke kota ini, salah satu kota yang paling sering dikunjungi uat
liburan. Biasanya cari penginapan dekat Malioboro yang harganya lumayan mahal
meskipun masuk-masuk gang. Kali ini kami cari penginapan sekitar 500m dari
Malioboro, meskipun agak jauh namun lebih murah (sekitar Rp. 180rb-an. Karena
sudah capek nyetir sendirian, untuk 2 hari di Jogja kami menyewa motor dengan
biaya Rp. 70.000/24 jam. Tujuan kali ini adalah Umbul Ponggok di Klaten dan
kembali ke Luweng Sampang karena sudah musim hujan karena di kunjungan lalu
sungainya kering.
Di Jogjakarta, kami ditemani oleh Sugi yang kebetulan lagi libur di juga di
Jogja. Jadi kami menyewa 2 motor untuk 3 orang.
31 Januari, 2020 Hari ke-23 ‘Tour de Java’
Umbul Ponggok
Dari penginapan ke Umbul Ponggok berjarak sekitar 42km. Umbul sendiri
dalam bahasa Jawa bearti sumber mata air (minum). Sementara Ponggok adalah nama
salah satu nama desa di kab. Klaten-Jawa Tengah. Meskipun berada di Klaten tapi
banyak pengunjung mengaksesnya dari Jogjakarta. Bukan hanya karena pesona
undrwaternya yang mempesona tapi juga metode pengelolaan tempat wisatanya yang
membuat desa Ponggok patut menjadi contoh. Dikelola oleh BUMD dan melibatkan
masyarakat sekitar sehingga objek wisata ini bisa memberikan devisa desa hingga
milyaran per tahun. Sebenarnya masih banyak umbul-umbul lain selain Umbul
Ponggok di Klaten ini namun kami hanya mengunjungi Umbul Ponggok ini saja yang
paling terkenal.
Dari penginapan kami berangkat sekitar jam 8 pagi. Melewati jalan
raya Solo-Jogja kami mampir sebentar di warung pinggir jalan untuk sarapan
soto. Total perjalanan ke Umbul Ponggok sekitar 1 jam perjalanan. Untuk ke
lokasi tidak sulit cukup menggunakan Maps. Memasuk jalan desa Ponggok ini,
melewati persawahan dengan suasana asri. Terkadang kami melihat mata air-mata
air yang digunakan buat kolam ikan. Suatu anugrah buat desa ini banyak terdapat
mata air dan tidak pernah kering dan menjadikannya desa yang subur.
Jalan desa menuju Umbul Ponggok |
Di luar perkiraan, ternyata lokasi Umbul Ponggok ini berada di
pinggir jalan bukan masuk-masuk ke jalan-jalan terpencil seperti perkiraan
saya. Mengambil parkir (motor) dipinggir jalan raya depan pagar objek wisata
(untuk mobil parkirnya di seberang jalan, untuk biaya parkir Rp. 2.000/motor. Kemudian
ke loket membeli tiket masuk Rp. 15.000/orang. Begitu masuk ternyata pengunjung
sudah begitu banyak di dalam padahal hari Jum’at, gimana weekend ya, pasti
berlimpah hahahha.
Parkiran motor |
Mata air di sini sudah dibuat menjadi kolam alami dengan ukuran
sekitar 50x25 meter. Dikelilingi dengan tempat penyewaan alat snorkeling seperi
snorkel, life vest, kamera underwater dll. Tempat penyewaan ini berada di
bagian kanan koam sementar di bagian kiri yang terdiri dari 2 tingkat adalah
warung-warung makan. Juga banyak terdapat toilet dan ruang ganti hanya saja
harus bayar Rp. 2.000 sekali masuk. ini yang menjadi kelemahan tempat ini
menurut saya.
Kami mengambil salah satu tempat buat menaruh tas di salah satu
meja di pinggir kolam. Untuk loket penyimpanan tersedia (tentu harus bayar
lagi!), kebetulan Sugi gak berenang jadi bisa jaga.
Dengan tidak sabar lagi, saya dan Revan masuk ke dalam kolam yang
dalamnya sekitar 1,5-2,5 meter ini. Semakin ke tengah akan semakin dalam. Jadi buat
kalian yang gak bisa berenang sebaiknya pakai life vest karena kedalaman kolam
ini tidak beraturan. Hanya saja dibeberapa tempat terdapat batu-batu besar yang bisa menjadi dudukan atau tempat
berdiri di kolam. Karena sumber mata air, jadi airnya sangat bening sehingga
dasar kolam kelihatan dan terlihat seperti dangkal, mirip dengan Sumber
Mata Air Cikandung di Sumedang hanya saja di Sumedang mata airnya tidak
dibendung sehingga tidak dalam.
Sugi di Patung Koi |
Yang menjadi daya tarik Umbul Ponggok ini tentu saja
Underwater-nya, bukan hanya ikan-ikan aneka warna yang jumlahnya ratusan atau
ribuan berenang kesana kemari dan jinak-jinak. Dan juga aneka properti yang
disediakan. Uups tapi jangan salah, gak semua yang kamu lihat di media sosial
itu gratis ya, yang gratis hanya sebuah becak, sementara sepeda dan motor itu
kamu harus bayar, satu paket dengan foto underwater dengan merogoh kocek di
atas Rp. 50.000. Kami hanya menikmati yang gratis aja di sini hehehe.
Mata air sebening kristal |
Ini properti gratis |
Tak usah berkecil hati kalau kalian tidak punya budget untuk
menyewa properti dan foto underwater, cukup pintar-pintar saja mengambil angle
pemotretan, misalnya diantara ratusan ikan-ikan, di dalam karangkeng atau di
beton dan bebatuan, yang penting kalian bisa menyelam dan teman kalian
mengambil foto bawah air, tentu saja harus bermodal kamera underwater atau HP
yang kami masukkan kedalam kantong anti air. Nah untuk mengundang ikan-ikan,
kita bisa beli umpan yang sekantongnya Rp. 2.000 saja.
Salah satu angle foto underwater |
Salah satu angle foto underwater |
Salah satu angle foto underwater |
Jika kalian lelah, selain istirahat di atas batu-batu besar yang
berada di dalam kolam, kalian juga bisa istirahat di atas tugu berupa 2 ikan
koi. Di atas sini bisa juga buat kalian loncat-loncat ke dalam kolam. Berenang
di kolam ini tak berasa waktu berlalu, ditambah lagi banyak nya yang berjualan
cemilan untuk mengganjal perut lapar karena berenang. Kalau kalian ingin
menikmati suasana kolam dari atas, bisa naik ke dak lantai 2, di sini juga
banyak tempat makan.
Umbul Ponggok dari dak lantai 2 |
Tak terasa sudah jam 11-an, kami harus kaluar dan mencari tempat
sholat Jumat. Kami menuju ke arah pusat kota Klaten untuk sholat Jumat di
Mesjid Raya Klaten yang di dominasi warna hijau ini, sementara Sugi menunggu di tempat makan yang banyak berderet
di bagan depan mesjid. Habis Jumat kami istirahat sebentar dan melanjutkan ke
perjalanan ke Luweng Sampang.
Mesjid Raya Klaten yang didominasi warna hijau |
Baca juga link terkait:
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!