Jelajah Jogja-Karanganyar-Magetan Bagian 1: Tebing Breksi dan Sendratari Ramayana Prambanan


Trip kali ini saya memilih (kembali) ke Jogjakarta tapi dengan itinerary Jogja-Karanganyar-Magetan dari tanggal 13-20 Agustus 2019. Pemberangkatan menggunakan kereta api Argo Lawu dengan harga tiket Rp. 400.000 yang berangkat dari Gambir jam 8 malam di tanggal 12 Agustus dan sampai Stasiun Tugu sekitar jam 4 pagi. Ini adalah perjalanan kedua saya menggunakan kereta api, sebelumnya ke Malang menggunakan Gajayana. Untuk pulang kami menggunakan Bat*ik Air karena harganya kebetulan lebih murah dibanding naik kereta ketika berangkat.

Habis Subuh dan tidur-tiduran di bangku panjang stasiun Tugu, sekitar jam 7 kami keluar stasiun menuju hotel yang sudah kami book selama 2 malam. Lokasi hotel tidak begitu jauh dari stasiun, sekitar 200m (masih sekitaran Malioboro). Karena check-in harus jam 2 siang jadi kami titip barang bawaan di resepsionis dan mengambil barang seperlunya saja. Selanjutnya mencari penyewaan motor, tidak jauh dari hotel ada penyewaan motor, dan dapat motor dengan sewa Rp. 80.000 per 24 jam selama 2 hari. Motor ini kami gunakan untuk explore Jogjakarta selama 2 hari.

Tujuan pertama kami sebenarnya adalah ke Air Terjun Luweng Sampang yang sudah masuk wishlist lama. Air terjun ini masuk daerah Gunung Kidul (bukan yang arah pantai ya...) yang berjarak sekitar 30km dari Malioboro atau sekitar 1 jam perjalanan. Di tengah perjalanan kami sarapan pagi dulu, dengan gudeg, gudeg pertama masuk perut dan menyusul di hari-hari selanjutnya hehehe.

Perjalanan kami arahkan ke arah Wonosari sama arahnya kalau kita mau ke Air Terjun Sri Gethuk atau ke Gunung Purba Nglanggeran. Kondisi jalan yang menanjak dan melewati perbukitan hingga nanti sampai ke pertigaan ke arah Jl. Ngoro Ngoro Ombo. Nanti kita akan menyusuri pinggir bukit sehingga bisa menyaksikan kota dari ketinggian.  Hanya saja karena musim kemarau, banyak pepohonan dan rerumputan berwarna kecoklatan dan tanah terlihat kering dan gersang. Juga, nanti nya kita juga bisa melihat deretan puncak Gunung Purba Nglanggeran. Sampai di perempatan nanti ada petunjuk arah, ke kiri ke Jurug Gedhe, kanan bisa ke Jogjakarta dan kita ambil jalan lurus.

Memasuki jalan desa yang sangat sepi, naik turun bukit gersang, mendekati lokasi, oleh Maps kami diarahkan ke jalan kecil yang ternyata buntu dan berada di kebun. Setelah mendapat info dari warga, kami melanjutkan perjalanan kurang dari 1km dan ternyata lokasinya tepat berada di pinggir jalan. Dan ternyata pemirsah... air sungainya kering kerontang hahahaha. Kecewa, kami balik arah dan menuju Jurug Gedhe, sampai di pinggir jalan dekat lokasi air terjun, kami mendapat info bahwa air terjun ini juga sedang kering. Akhirnya mencari-cari lokasi wisata terdekat, yaitu Tebing Breksi yang berjarak sekitar 8km atau sekitar 20 menit perjalanan.
Luweng Sampang yang lagi kering

Tebing Breksi
Tebing Breksi ini berada tidak jauh lokasinya dari Candi Ijo. Kebetulan saya sudah pernah ke Candi Ijo sekitar tahun 2014 hanya saja Tebing Breksi ini masih berupa perbukitan yang tanah nya di tambang oleh masyarakat, namu sekarang sudah di manfaatkan sebagai lokasi wisata.

Dari Jurug Gedhe ke Tebing Breksi ini mengambil jalan memutar, jadi kami datang dari atas bukan dari bawah, jadi kami melewati candi Ijo duluan kemudian baru Tebing Breksi. Tapi buat kalian yang mau ngopi-ngopi sambil menikmati Jogja dari ketinggian bisa mampir di salah satu cafe di tak jauh dari Candi Ijo yang bernama Watu Langit (kalo gak salah karena kami cuman lewat haha). Karena sudah pernah ke Candi Ijo, kami cuman melewatinya saja hingga sampai ke loket Tebing Breksi yang berada di kanan jalan.  Tarif masuknya Rp. 5.000 per orang dan parkir motor Rp. 2.000.

Karena sudah tengah hari, berada di lokasi terbuka ini terasa sangat panas, saya menyebutnya matahari ada dua haha. Berbeda sekali dengan bayangan saya ketika melewati tempat ini dulu, lokasi ini benar-benar tertata rapi, dan di kelola dengan profesional dengan fasilitas pendukung yang boleh dibilang lengkap. Telihat ada tempat makan yang berjejer rapi seperti food court, musholla yang bagus, dan toilet. 
Pemandangan dari food court
Bekas tambang ini mendapat sentuhan orang berjiwa seni. Sisa bukit kecil yang paling depan di ukir membentuk ular naga dengan kepala di anak tangga bagian bawah dan ekor di bagian atas. Di puncak bukit yang sudah diratain terlihat patung Semar, di sini adalah salah satu favorit pengunjung untuk berfoto dengan latar bukit batu yang lebih besar. Memasuki area ini terdapat jembatan kecil yang dibawahnya terdapat kolam yang lumayan luas yang berisi ikan mas berwarna-warni.
Ukiran Naga: ikonnya Tebing Breksi
Ukiran Naga: ikonnya Tebing Breksi
Kolam beserta jembatan kecil pelengkap area wisata
Di tebing batu yang lebih besar terdapat ukiran-ukiran pewayangan. Ukiran yang dipahat langsung di batu cadas ini terlihat seperti lukisan besar dengan bingkainya. Untuk berfoto di sini tentu saja pengunjung harus bergantian, untung hari itu bukan weekend jadi pengunjung tidak terlalu ramai. 
Ukiran pewayangan pada dinding tebing
Naik ke atas bukit, melewati anak tangga-anak tangga, sampai di atas bukit yang masih menyisakan sedikit tanaman. Di atas sini disediakan spot selfie, tidak ada patokan ongkos per spot, hanya disediakan kotak untuk pembayaran seiklasnya. 
Spot selfie di atas tebing
Spot selfie di atas tebing
Tidak semua area kami jelajahi, selain salah waktu (terlalu panas) juga masih ada area yang dalam tahap pembangunan. Jika kalian ingin menjajah area ini dengan santai ada kuda yang siap sedia, juga tersedia jeep untuk menjelajah ke area selain Tebing Breksi. Momen yang pas untuk ke sini adalah ketika sunset karena berada di ketinggian seperti yang saya lakukan ketika mengunjungi Candi Ijo lalu.
Jeep yang bisa di sewa unuk berkeliling
Sendratari Ramayana/Ramayana Ballet Prambanan
Dapat WA dari teman kami (Mang Ujang) yang kebetulan lagi Jogja, malam ini mau menonton pertunjukan Epic Ramayana di Parambanan. Berada sekitar 18km dari Malioboro ini, menggunakan motor kami tempuh sekitar 45 menit. Sekitar magrib sampai di gerbang masuk Candi Prambanan, dan setelah tanya satpam ternyata lokasi sendratari ini bukan di sini tapi sebelumnya. Jalan balik, tidak jauh dari gerbang masuk kemudian belok kanan di lampu merah dan sampai di Sendratari ini.

Abis sholat Magrib di mushola sekitar sini kemudian beli tiket. Di loket terlihat harga karcis Rp. 125.000/orang. Cek di Tik*t.com terlihat harga Rp. 90.000, tanpa pikir panjang kami beli 2 tiket. Setelah di serahkan bukti pembayaran ke loket ternyata kami terkejut karena tiket pertunjukan yang kami beli adalah buat pertunjukan di Ramayana Ballet Purawisata yang berlokasi sekitara alun-alun Jogja yang gak mungkin terkejar. Sayang sudah jauh-jauh akhirnya terpaksa beli tiket baru seharga Rp. 125.000 orang untuk kelas rakyat jelantah hahaha.

Bertiga, saya, Revan dan Mang Ujang mengambil posisi duduk di deretan kursi kedua dari belakang. Terlihat kebanyakan penontonnya adalah warga asing dan rombongan anak sekolah. Panggung terbuka ini berlatarkan kompleks Candi Prambanan dengan tempat duduk melingkar dan di depan adalah panggung utama tempat penari performing.

Tepat sekitar jam 8, pertunjukan dimulai. Sama seperti Tari Kecak di Uluwatu yang pernah kami saksikan, di sini juga dimainkan epic Ramayana, yaitu cerita pertempuran antara Rama melawan Rahwana karena memperebutkan Dewi Sinta. Penari adalah menari bisu sementara jalan cerita dan musik di mainkan oleh artis yang berada di atas panggung.karena menggunakan bahasa Jawa, penonton di bantu dengan teks dalam bahasa Indonesia dan Inggris yang terbaca di layar/dinding dengan bantuan proyektor.

Jalan cerita di Prambanan ini lebih detail dibanding yang di Bali sehingga buat yang tidak biasa akan sedikit membosankan dengan durasi hampir 1,5 jam dibagi dalam 2 babak. Resume pertunjukan ini singkatnya, Sinta diculik oleh Rahwana dengan licik dan ingin mengawininya, Rama yang merupakan suami Dewi Sinta mengirimkan Hanoman yang berhutang budi untuk memastikan Sinta dalam keadaan sehat. Dalam usaha penyelamatan ini juga di bantu oleh Jatayu (Garuda) yang tewas ditangan Rahwana. Hanoman yang mengamuk di kerajaan Alengka dan bertarung dengan Indrajit anak Rahwana dan ditangkap. Setelah ditangkap, Hanoman di bakar hidup-hidup namun dengan api itu dia mengamuk membakar Alengka dan melarikan diri. 
Salah satu adegan, Dewi Sinta tergoda oleh seekor menjangan
Scene Hanoman dibakar
Kumbakarna, adik Rahwana yang menentang pembakaran Hanoman, diusir dari Alengka. Tokoh ini nanti tewas di tangan Rama. Kerajaan Alengka diserang oleh Rama dengan bantuan pasukan kera dan Laksamana (adik Rama). Dan dengan panah saktinya akhirnya Rahwana tewas di tangan “ Happy Ever After”. Namun di versi aslinya, Dewi Sinta dituduh ‘tidak suci’ lagi dan akhirnya Dewi Sinta bersumpah bahwa Rama adalah satu-satunya cintanya dan dia rela di telan bumi. Kemudian bumi terbelah dan keluarlah Dewi Pertiwi (Dewi Bumi/Kesuburan), memeluk Dewi Sinta dan membawanya ke dalam bumi. Rama yang menyesal berusaha membujuk Dewi Sinta kembali tapi tidak bisa, akhirnya Rama naik ke kayangan dan menjadi Dewa Wisnu. 
Adegan akhir Ramayana
Setelah pertunjukan usai, penonton dipersilahkan naik ke panggung untuk berfoto dengan para penari. Kami, yang sudah kemalaman dan belum makan malam melanjutkan menuju Gudeg Pawon. Warung gudeg ini unik karena baru buka jam 10 malam hahhaha. Jadi sangat cocok buat kalian yang suka keluyuran malam dan mencari makan enak. Meskipun malam, ternyata lumayan ramai pengunjungnya, sampai lesehan ke pinggir jalan. Sesuai namanya “Pawon” bearti dapur, karena pengunjung langsung bisa masuk ke dapur menyaksikan keadaan dapur tradisional tempat gudeg ini dimasak.
Gudeg Pawon
Gudeg Pawon
Ah... selalu ada yang baru di Jogja yang membuat pengunjungnya  selalu ingin kembali…




Baca juga link terkait:
- AirTerjun Kedung Pedut dan Gereja Ayam Bukit Rhema
- LavaTour Gunung Merapi dan Stonehenge
- Telaga Sarangan dan Air Terjun Tirtosari
- Grojogan Sewu
- Air Terjun Jumog dan Air Terjun Parang Ijo 
- Candi Sukuh
- Candi Cetho, Taman Saraswati dan Candi Kethek
- Gumuk Pasir Parangkusumo dan sunset Watu Gupit
- Teras Kaca Pantai Nguluran
- Pantai Buron dan Pantai Gesing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah