"Tour de Java" Bagian 23: Mengunjungi Coban Tangkil, Coban Tarzan, Coban Jahe dan Sumber Pitu-Malang


27 Januari, 2020 Hari ke-19 ‘Tour de Java’
Hari ke-2 di Kota Malang. Tujuan kali ini masih di sekitaran kaki Gunung Bromo, yaitu hunting air terjun yang masih dalam satu kawasan yaitu Coban Tangkil, Coban Jahe, Coban Tarzan dan Sumber Pitu (bukan yang di Pujon ya...).

Coban Tangkil
Coban Tangkil ini masih satu kawasan dengan Coban Jahe 1, Coban Jahe 2, Coban Jahe 3, dan Coban Tarzan yaitu berada di Dusun Krajan, Jabung. Jadi kalau mau ke Coban Tangkil dan Coban Tarzan maka tujuan pertama kita adalah Coban Jahe yang lebih dikenal dikalangan wisatawan.

Jarak dari kota Malang ke coban ini sekitar 30km atau 1 jam perjalanan dengan motor. Awalnya kami menggunakan Google Maps dengan kata kunci ‘Coban Tangkil’. Perjalanan ke sini treknya tidak naik turun bukit tapi landai hanya saja jalan desa nya tidak terlalu mulus. Dan seperti sebelum-sebelumnya, Maps ini membawa kami ke jalan kecil, masuk perkebunan dan lucunya ketika bertanya ke ibuk-ibuk yang sedang mengambil rumput malah ketakutan dan kabur (ibuknya gak ngerti bahasa Indonesia hehehe). Akhirnya kami mencoba mengarahkan Maps ke Coban Jahe. Sebelum melanjutkan perjalanan kami sarapan dulu, warung mie ayam yang jarang sekali di desa yang kami lewati.

Meanjutkan perjalanan, beberapa kilo dari tempat warung makan akhirnya kami sampai di kawasan wisata Coban Jahe. Untuk ke Coban Tangkil kami ambil gerbang sebelah kanan hingga sampai di warung yang juga jadi loket dan parkiran. Nah warung ini dihuni oleh Mas Zainul yang dulu juga membuka dan mengelola Coban Jahe 2 (menurut beliau) namun sekang mas Zainul hanya mengelola Coban Tangkil, Coban Jahe 3 dan Coban Tarzan.
Loket/warung Mas Zainul
Untuk ke Coban Tangkil kita harus pakai guide dan motor hingga parkiran terakhir. kami diantar oleh Mas Zainul, saya naik motornya sementara Revan naik motor sendiri. Berbeda jalur dengan Coban Jahe 3 danCoban Tarzan, maka Coban Tangkil ini melewati Coban Jahe 1. Jalurnya terbilang ekstrim, melewati perkebunan dengan jalan setapak menyusuri pinggir tebing yang dibawahnya sungai, jalur yang biasa dilewati pekebun. Untung Mas Zaenul sudah biasa melewati jalur ini meskipun saya yang numpangnya deg-degan kayak naik ojeg ke Coban Kaca di Batu.
Trekking menuju Coban Tangkil
Hingga perjalanan kita dengan motor sampai di pinggir sungai kemudian harus parkir dan dilanjutkan dengan jalan kaki alias trekking. Trekking ini kitra-kira 15 menit, menyeberang sungai beberapa kali dan naik turun bukit hingga kami sampai di depan Coban Tangkil.

Coban ini tesembunyi di ujung lembah yang dikelilingi hutan dan semak. Mempunyai ketinggian sekitar 20m dengan bentuknya yang unik. Air terjun ini tidak jatuh ke kolam di bawahnya melainkan mengalir melewati tebing tegak lurus yang berwarna kehitaman sehingga tidak terbentuk kolam dalam di bawahnya. Karena cobannya berbentuk aliran maka di sini juga tidak ada tampias air.
Coban Tangkil
Coban Tangkil
Coban Tangkil
Melihat suasananya sekitarnya, jelas bahwa coban ini jarang sekali dikunjungi, masih asri. Mas Zainul terlihat sesekali membersihkan area sekitar coban dari rumput-rumput liar. Harus kita apresiasi seorang Mas Zainul yang merawat dan menjaga keasrian coban-coban di kawasan ini.

Coban Tarzan
Setelah sampai kembali ke loket/warung Mas Zainul kami istirahat sebentar sambil makan duren yang kebetulan dijual oleh Mas Zainul dan istri, durian lokal yang rasanya lumayan enak. Dari loket ini kita akan menuju Coban Tarzan dan Coban Jahe 3 yang di kelola oleh mas Zainul, untuk 2 coban ini tiket masuknya Rp. 10.000/orang dan parkir motor Rp. 5.000. Jalurnya berbeda arah dengan Coban Tangkil dan Coban Jahe 1 dan 2. 
Jalur ke Coban Tarzan
Coban Tarzan
Dari loket ini kita akan menyusuri jalan setapak berupa tanah merah sekitar 300m. Melewati bukit dengan yang kiri kanannya ditumbuhi semak-semak dan kebun. Juga terdapat penangkaran rusa semi alami dengan memagari sebagian bukit. Sampai di depan coban, terlihat air terjun menyerupai miniatur Coban Tangkil dengan ketinggian sekitar 12m. Debit airnya tidak terlalu besar sehingga kolamnya tidak dalam. Air terjunnya terlihat asri dan jarang dikunjungi.

Coban Jahe 3
Coban ini adalah airan dari Coban Tarzan, jadi coban ini terlihat ketika kita menuju Coban Tarzan yang berada di atasnya. Coban ini tidak terlalu tinggi, sekitar 8-10m. Mengalir dari bebatuan tebing berwarna kehitaman sangat kontras dengan hijaunya tumbuhan di sekitar coban ini.
Coban Jahe 3
Setelah dari 2 coban ini kami kembali ke warung Mas Zainul, istirahat sebentar dan melanjutkan perjalanan menuju Coban Jahe 2 dan Coban Jahe 1.

Coban Jahe 2
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, coban ini yang pertama kita temui begitu memasuki kawasan ini. Di kawasan ini selain terdapat coban kecil dengan leuwi nya (sayang pada saat kami datang berwarna keruh) juga terdapat camping ground. Camping ground ini sudah disediakan banyak tenda-tenda mirip Indian Camp yang langsung bisa dipakai atau juga bisa bawa tenda sendiri.
Coban Jahe 2
Coban Jahe 1
Atau cukup ditulis Coban Jahe saja. Ini adalah coban pertama yang dibuka dan menjadi salah satu ikon air terjun di Malang ini. Lokasinya berbatasan langsung dengan area Coban Jahe 2 (beda pengelolaan). Untuk masuk kita membayar Rp. 10.000 dan  parkir motor Rp. 5.000.

Dari parkir kita sudah bisa melihat langsung Coban Jahe yang tingginya sekitar 20m. Trdapat kolam yang luas, karena debitnya yang besar di sini dilarang berenang atau mendekati coban. Di sekitar coban disediakan gazebo untuk istirahat dan menikmati keindahan coban ini.
Rumah Pohon di Coban Jahe
Bukan hanya coban, area ini lebih menawarkan keindahan alamnya. Dengan Hutan Damar milik Perhutani yang rapat, suasana asri sangat terasa, merasakan kesejukan dan suara-suara makluk hutan. Di sini pengunjung juga bisa berkemah, tersedia camping ground yang luas dan toilet yang banyak. Tapi buat kalian yang malas berkemah juga tersedia rumah pohon, yaitu penginapan yang berada di antara pohon-pohon damar dan berada di atas deretan warung-warung. Kami makan siang di sini meskipun tidak ada pilihan menu karena weekday dan banyak warung yang tutup.
Coban Jahe
Coban Jahe
Sumber Pitu
Karena masih ada waktu, meskipun sudah sangat mendung, kami menghabiskan waktu untuk mengunjungi Sumber Pitu yang ada di Tumpang. Jarak dari Coban Jahe ke Sumber Pitu ini sekitar 20km atau 40 menit perjalanan. Jalur ke Sumber Pitu ini juga menjadi alternatif ke Bromo, dan sudah dekat ke Pintu Taman Nasional. Oh iya, Sumber Pitu ini berbeda ya dengan Sumber Pitu yang ada di Pujon.
Dari jalan raya petunjuk ke coban ini kurang terlihat jadi harus teliti dan jangan malu bertanya ke penduduk lokal. Di parkiran (bayar parkir Rp. 5.000). Untuk ke coban sebenarnya ada ojeg pangkalan namun kami memutuskan jalan kaki ke coban yang ternyata sangat jauh (lebih dari 3km??). Jalurnya melewati bibir lembah, hutan dan tebing karena kita menuruni bukit hingga ke lembah.

Di tengah jalan hujan lebat turun hingga kami berteduh di sebuah rumah kosong. Rumah yang berada di lembah sempit dikelilingi tebing, serem juga ya. Setelah agak reda kami melanjutkan perjalanan hingga ke sungai. di ujung lembah terlihat air terjun kecil dengan ketinggain sekitar 15m dan berair coklat. Awalnya terlihat biasa sehingga kami menyeberangi sungai yang berada di depan air terjun untuk menuju ke Sumber Pitu yang ada di seberang.

Menaiki bukit hingga sampai di sebuah saung dan terlihat Sumber Telu. Sumber Telu ini airnya keluar dari celah bebatuan sepanjang tebing, dengan debit 1.600 L/detik dan menjadi salah satu sumber air untuk warga Malang. Di bawah sumber terlihat kolam yang sangat jernih airnya hingga terlihat dasar kolam, mugkin kedalamannya 4-6m. Di depannya terdapat bak penampungan air yang sangat besar yang menampung dan menyalurkan air. untuk naik ke atas bak ini kita bisa melewati tangga besi. Sebagian kecil aliran air ini dialirkan ke kolam buatan buat berenang pengunjung yang datang. jadi biar pengunjung tidak berenag di kolam bawah Sumber yang akan mengotori air.
Sumber Pitu yang menjadi salah satu sumber air warga Malang
Sumber Pitu yang menjadi salah satu sumber air warga Malang
Kolam buat pengunjung
Hanya sekitar 10 menit kami di sini tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh seperti ada yang runtuh yang membuat jantuh seperti berhenti. Ternyata air terjun yang tadinya kecil sekarang tiba-tiba mengamuk dengan debit air yang bergitu besar dan berwarna sangat coklat. Dengan sangat terburu-buru kami berlari dan menyeberang sungai hingga sampai di seberang (masih sempat ambil foto hehehe). Sampai di seberang merasa sangat bersyukur masih bisa sampai di seberang. Akhir petualangan yang sangat mendebarkan hari ini.
Air terjun yang tiba-tiba besar

Baca juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah