"Tour de Java" Bagian 16: Mengunjungi Air Terjun Blawan, Air Terjun Sulfur Kalipait dan Kawah Wurung-Bondowoso
Melanjutkan postingan sebelumnya,
dari Teluk Ijo kami keluar dari kawasan ini sudah habis Ashar jadi sudah
kesorean sementara tujuan selanjutnya adalah Ijen via Bondowoso jadi mau gak
mau kami harus menginap di kota terdekat yaitu Jember. Dari Teluk Ijo ke kota
Jember berjarak (liat Maps) hampir 4 jam walaupun pada kenyataannya lebih dari
4 jam karena kondisi jalan.
Di luar dugaan ternyata jalur
Banyuwangi-Jember boleh dikata sangat rawan sepanjang jalur Gunung Gumitir. Di luar
dugaan, jalur gunung ini penuh turunan dan belokan-belokan tajam sehingga
kendaraan berjalan antri karena banyak truk-truk melambat, ditambah suasana
malam dan gerimis kabut. Akhirnya Alhamdulillah kami sampai di Jember malam. Mencari
tempat makan (yang ternyata di sini sangat murah makanannya!) sambil mencari penginapan
online yang dapat Rp. 160.000 per kamar di Jalan Gajah Mada.
22 Januari 2020, hari ke-14 ‘Tour
de Java’
Bondowoso
Tujuan kami ke Bondowoso ini
adalah ke Gunung Ijen, tau kan, selain Bromo, Ijen adalah tujuan wisata
andalannya Jawa Timur. Sebenarnya untuk ke Ijen ini lebih cepat via Banyuwangi
sekitar 1,5jam dan hampir 2x via Bondowoso yaitu 3 jam. Kami ambil Bondowoso
karena kondisi kendaraan berupa city car sementara jalur Bondowoso ini sangat
landai (meskipun ada beberapa tanjakan tapi tidak terlalu ekstrim dan juga
ingin mengeksplor Bondowoso dengan mengunjungi spot Air Terjun Blawan, Kalipait
dan Kawah Wurung. Sebenarnya bisa aja sih mengunjungi ketiga lokasi tersebut
dari Banyuwangi karena jalurnya juga bertemu di Paltuding, lokasi loket masuk
ke Kawah Ijen, namun tujuan selanjutnya adalah jalur selatan Jawa, ini menjadi
alasan kami juga untuk mengambil arah Bondowoso.
Dari Jember kami berangkat
sekitar jam 8 pagi, memasuki area pegunungan kita akan disuguhi pemandangan
hijau hutan-hutan dan perkebunan. Jalur ini sangat sepi, entah jarang yang
melewati jalur ini atau karena weekday, karena itu usahakan kondisi kendaraan
dalam keadaan prima. Desa yang kami temui (Alhamdulillah) yang merupakan desa
wisata adalah Desa Sempol. Desa ini dihuni oleh para pekerja perkebunan teh,
jadi jangan heran kalau rumah hunian mereka terlihat sederhana dan seragam. Karena
untuk ke Kawah Ijen di malam hari sementara masih jam 11-an, jadi masih ada
waktu untuk eksplor Sempol ini.
Air Terjun Belawan/Blawan
Dari jalan desa ke arah Air Terjun
ini tidak terlalu jauh, namun kondisi jalannya kurang bagus. Apalagi beberapa
ratus meter sebelum parkiran kondisi jalannya menurun tajam, jalannya hanya
cukup untuk satu mobil ditambah belokan tajam, aduhai... mengalahkan jalur ke Ijen
hahahha. Sebelum mencapai perkiran kita akan melewati area wisata yang disebut
Niagara Mini, yang merupakan air terjun kecil dilengkapi taman bermain, aliran
sungai ini menjadi salah satu dari dua sungai yang bertemu di Air Terjun
Blawan.
Sampai di parkiran sudah ada
petugas yang memberi info, jadi parkiran ini untuk ke Air Terjun Blawan dan
Pemandian Air Panas yang berada di samping parkiran. Tujuan kami ke sini hanya
ke Air Terjun Blawan jadi gak masuk ke pemandian air panas. Untuk tiket ke air
terjun Rp. 5.000/orang dan kalau mau ke pemandian air panas Rp. 10.000/orang.
Jarak dari parkiran ke air terjun
sekitar 200m, melewati anak tangga-anak tangga dan tebing. Sebelum sampai, di
dkat pohon besar ada mata air panas, di sini kita bisa cuci muka atau sekedar
merasakan air panas berbelerang ini.
Air Blawan ini adalah gabungan
dari dua sungai, salah satunya Sungai Kalipait yang alirannya dari Kawah Ijen
sehingga mengandung belerang. Debit air nya sangat besar dan bergemuruh apalagi
malam sebeumnya hujan. Air terjun ini mempunyai ketinggian sekitar 30m namun
cuman setengahnya yang terlihat dari pinggir antara 2 lembah. Dan uniknya lagDesa
Asembagus-Situbondo, jadi airnya tidak mengalir seperti sungai pada umumnya.
Air Terjun Blawan |
Air Terjun Blawan |
Air Terjun Sulfur Kalipait
Air terjun ini adalah aliran dari
Sungai Kalipait, berjarak sekitar 8km dari Air Terjun Blawan. Tidak susah kok
ke lokasi ini karena berada persis di pinggir jalan menuju Kawah Ijen. Aliran sungai
ini berasal dari Kawah Ijen jadi mengandung sulfur dengan kadar tinggi. Jika kadar
sulfur tinggi maka dilarang mendekati aliran sungai ini, karena ada kasus warga
pingsan ketika melewati jalur ini.
Air sungai di sini, karena
mengandung sulfur jadi berwarna hijau kecoklatan. Bebatuan tebing nya berwarna
kecoklatan dan kekuningan di bagian yang terkena aliran sungai. Bebatuannya
bertingkat-tingkat dan memudahkan pengunjung untuk naik hingga ke atas, tapi
tetap harus berhati-hati!.
Jadi buat kalian yang mau ke
Kawah Ijen, gak ada salahnya mampir di sini meskipun hanya sekadar buat
berfoto-foto.
Kawah Wurung
Kalau kalian baca informasi di
internet umumnya banyak yang menyebutkan bahwa kondisi jalannya sangat jelek
menuju lokasi ini tapi stop... karena sekarang jalannya sudah di cor jadi
kendaraan roda 2 dan 4 sudah bisa masuk sampai parkiran. Dan ketika kami ke
lokasi ini sedang ada pembuatan jalan lingkar sehingga nantinya pengunjung bisa
berkeliling diantara bukit-bukit disekitar Kawah Wurung.
Untuk ke lokasi ini kita meewati
3 pos penjagaan, di pos 1 dan 2 kita cukup registrasi tanpa dipungut bayaran
dengan menuliskan tujuan kita (misalnya ke Kawah Ijen). Di pos kedua kita bisa
istirahat karena di sini ada cafe dan toilet. Harap diingat di sini banyak
sekali perkebunan kopi jadi kita juga akan melewati pabrik pengolahan kopi di
sini. Di pos 2 ini kita juga bisa melihat Kawah Wurung dari kejauhan.
Sampai di loket masuk, kita akan
dikenai tiket Rp. 5.000 per orang. Sepertinya kali ini kami tidak beruntung. Pertama,
kelaparan dan tidak ada warung makan hanya warung yang menjual mie instan dan
kedua gerimis cukup lebat sehingga kabut sangat tebal. Tidak ada pengunjung
selain kami berdua, namun ramai oleh pekerja yang membuat jalur lingkar area
wisata di sini.
Pemandangan di sini sangat indah,
sekeliling berupa pergunungan yang didominasi oleh kebun-kebun sayur sedikit
terlihat hutan. Untuk ke Kawah Wurung kita harus mendaki bukit yang mirip
savana. Di atas bukit yang lebih mirip tebing patahan. Di atas sini terdapat
landmarknya Kawah Wurung dan disediakan spot-spot foto. Dari atas sini kita
bisa melihat bukit-bukit kecil mirip gunung-gunung kecil dan salah satunya
adalah Kawah Wurung, namun lagi-lagi sayang sekali kami tidka bisa melihat
apa-apa karena tertutup kabut tebal. Cukup lama juga kami di sini, menunggu
kabut berlalu namun tidak berhasil dan sudah semakin sore dan harus segera
melanjutkan perjalanan ke Paltuding, gerbang menuju Kawah Ijen.
Kawah Wurung dalam keadaaan kabut tebal |
Kawah Wurung dalam keadaaan kabut tebal |
Kawah Wurung dalam keadaaan kabut tebal |
Silahkan baca link terkait:
- Pantai Watu Dodol
dan Jawatan Perhutani Benculuk
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!