Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kapas Biru
Seolah-olah ingin membayar dendam yang tak sampai,
akhirnya kali ini kami mengunjungi lagi perbatasan Lumajang-Malang. Kunjungan
sebelumnya bulan September 2018 hanya ke Tumpak Sewu dan Coban Ciblungan tapi
kali ini kami ingin mengunjungi lebih banyak coban (air terjun) di sekitaran
perbatasan Lumajang-Malang.
Dari Madakaripura di Probolinggo kami menuju Lumajang
dengan jarak tempuh sekitar 3 jam. Berbeda arah dari kunjungan sebelumnya yang
dimulai dari Malang. Karena jalur yang kami lewati adalah jalur propinsi maka
kondisi jalannya padat dipenuhi oleh bis-bis dan truk-truk. Memasuki kota
Lumajang selanjutnya menuju ke arah Malang karena tujuan kami adalah area
wisata di sekitar Tumpak Sewu yang ada di perbatasan Lumajang-Malang.
Mendekati wilayah perbatas, suasana jalan mulai sepi,
view di sepanjang perjalanan di dominasi oleh pegunungan. Di Jembatan Gladak
Perak kami berhenti sebentar untuk mengambil foto. Jembatan ini mempunyai
panjang sekitar 100m dan dibawahnya mengalir sungai Besuk Sat dan pemandangan
berupa perbukitan hijau sejauh mata memandang. Harap di catat bahwa area ini
berada di lereng Gunung Semeru. Jembatan ini ada dua, yang kami lewati adalah
jembatan baru sementara di sebelah kanan adalah jembatan zaman Belanda, lebih
kecil dan hanya di batasi oleh bambu... ngeri ya guys hehehhe.
Jembatan Gladak Perak |
Melanjutkan perjalan, melewati perbukitan yang
mengingatkan saya akan perjalanan dari Praya ke Gili via Pusuk. Setelah
melewati perbukitan selanjutnya jalan menurun hingga memasuki kawasan wisata,
dan ini ditandai dengan mulai banyaknya pohon-pohon salak, dimana-mana salak,
di sini salak, disana salak... salak, salak dan salak hahahhaha.
Sampai di gerbang
Tumpak Sewu, kami langsung menuju parkiran (gerbang Lumajang bukan Malang),
karena pas ke sini dulu ada penginapan yang sedang dibangun. Benar saja, di
depan parkiran, penginapannya sudah selesai. Penginapan ini juga terdapat
tempat makan, jadi kami makan di sini hampir 3x sehari selama di sini hahaha.
Dan karena kami menginap di sini, kami tidak bayar ongkos parkir. Oh iya, sewa
kamar di sini Rp. 150.000/malam.
Setelah menaroh
barang-barang dan beberes, kami masuk lagi ke Panorama Tumpak Sewu, meskipun
dulu sudah pernah ke sini tapi kali ini sekalian menemani Noey. Karena sudah
sore, gerbang Panorama sudah tidak ada yang jaga, jadi masuknya tidak ada
pungutan.
Sampai di Panorama
sudah hampir sunset, meskipun begitu cuaca cerah sehingga air terjun yang ada
di bawah terlihat jelas berbeda dengan kunjungan sebelumnya yang berkabut.
Hanya sebentar di sini karena tidak beberapa lama kemudian azan magrib.
Malam, kami makan malam
di warung ibu penginapan, menunya lumayan enak, favorit saya adalah ayam penyet
dan nasi goreng. Kalo kalian menginap di sini, warung ibu ini bisa menjadi
pilihan mengingat warung makan agak susah di sini.
Pagi-pagi, agak
mendung, sekitar jam 8 kami berangkat menuju Coban Kapas Biru, coban yang
menjadi alasan utama untuk kembali lagi ke Lumajang. Jarak dari Tumpak Sewu ke
parkiran Coban Kapas Biru sekitar 3km. Di sebelah kanan terdapat spanduk besar
yang menunjukkan arah coban ini. Masuk sekitar 50m kami sudah sampai di
parkiran yang dikelilingi oleh perkebunan salak.
Karena
belum ada penjaga loket, kami bermaksud langsung ke arah coban. Sebelumnya
mampir dulu di sebuah warung dan mendapatkan informasi mengenai coban dan
treknya dari bapak tua penjaga warung.
Salak-salak dan salak |
Memasuki
perkebunan dan melewati jalan setapak di antara pohon-pohon salak. Selanjutnya sampai
di pinggir bukit. Di bawah dan dikejauhan sudah terlihat perbukitan dengan
sungai yang mengalir meliuk diantar celah bukit. Di kejauhan sudah terlihat
satu coban yang berada di sisi tebing sebelah kanan. Tebing-tebing yang mengelilingi
lembah ini mempunyai ketinggian bervariasi antar 150-200m
Selanjutnya
menuruni tangga tegak lurus. Karena anak tangganya dari besi, dan habis hujan
jadi sangat licin dan harus berhati-hati sewaktu turun. Sampai di bawah di
tanah yang agak rata kemudian berjalan kembali. Tidak beberapa jauh terlihat
lagi curug dibagian kanan yang agak tertutup pepohonan. Di sebelah kiri juga
terlihat coban yang tinggi setinggi tebing tempat dia jatuh meskipun debitnya
tidak terlalu tinggi. Di kejauhan, di puncak tebing terlihat Coban Wolu atau
Coban Sriti yang fenomenal dengan total ketinggian 150m.
Jalur menuju coban |
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek |
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek |
Salah satu coban yang kita temui di jalur trek |
Menuruni
lereng bukit hingga sampai ke tempat agak rata dimana ada aliran air jernih air
dari tebing dan mengalir ke sungai yang berwarna coklat. Kembali menaiki bukit
dan memutar dan terlihat lagi 1 coban yang jatuh di antara rimbunnya pepohonan.
Coban Jago Gereng/Greng |
Terus
menyusuri jalan landai sampailah kami di dekat persawahan yang tidak terlalu
luas. Dari sini kita bisa melihat coban yang besar dari tebing bukit yang
menurut bapak yang bekerja di sawah, nama coban tersebut adalah Coban Jago
Gereng/Greng (kira-kira begitulah namanya hahahha).
Sampai di Coban Kapas Biru |
Dari
sawah, jalannya sudah rata, dan tidak begitu jauh berjalan kita sudah berada di
hadapan Coban Kapas Biru. Berada di tengan jalan sini bearti kita melihat 2
pemandangan coban yang saling berhadapan..... emeijing banget ya guys..... Kami
menaroh barang-barang di saung, satu-satunya saung yang ada di sini. Saung ini
dikelilingi pepohonan dan rumpun-rumpun bambu dan karena berada di bawh lembah,
suasanan di sini sangat asri dan sejuk, mirip padepokan kungfu di film-film
Mandarin hahahha. Di sini juga sudah ada 2 orang pengunjung lain, jadi sangat
sepi tidak seperti wisata air terjun umumnya.
Coban Kapas Biru |
Coban Kapas Biru |
Di
depan kami terlihat coban yang sangat spektakuler. Dengan ketinggian sekitar 100m
dan mempunyai tebing tegak lurus dan sangat unik karena berwarna coklat
kemerahan. Anak sungai Besukbang ini di puncak nya terlihat kecil dan ketika
melewati celah sempit kemudian jatuh di ketinggian dan karena debitnya yang
sangat besar, aliran air ini membesar sampai ke bawah seingga terlihat seperti
kerucut.
Air
sungai yang jernih dan dingin ini mengalir melewati celah-celah bebatuan
kemudain mengalir seperti coban-coban yang banyak di sepanjang tebing-tebing
curam ini ke Sungai Besukbang-Glidik yang berhulu di Gunung Semeru. Tidak ada
salahnya berendam dan bermain air di anak sungai coban ini.
Untuk
berfoto di dekat air tejun haruslah ekstra hati-hati karena harus melewati
bebatuan yang sangat licin dan berlumut. Ditambah dengan angin dan tampias yang
dhasilkan oleh hempasan air terjun yang jatuh ke kolam membuat posisi berdiri
tidak stabil. Untuk berfoto dekat air terjun, kami menggunakan hp tahan air
bukan kamera karena takut rusak. Karena derasnya air terjun, sangat-sangat tidak
disarankan mendekati kolamnya, cukup berfoto di bebatuannya saja.
Berfoto dekat Coban Kapas Biru |
Semakin
siang semakin ramai pengunjung ke coban ini, meskipun tidak seramai pengunjung
coban-coban yang mainstream. Beristirahat sebentar di saung sebelum melanjutkan
perjalalanan pulang yang lumayan menguras tenaga ini.
Nah
buat kalian pecinta air terjun, coban ini harus masuk ke wishlist kalian. Untuk
ke sini jangan lupa siapkan fisik dan mental, serta perbekalan karena di
sepanjang jalur menuju coban ini tidak bakalan ada warung. Dan jangan lupa,
jaga terus kelestariannya dengan cara tidak merusak lingkungan yang dilewai dan
jangan membuang sampah sembarangan.....
Informasi:
Nama : Coban (Air Terjun) Kapas Biru
Lokasi : Dusun Mulyoarjo, Ds. Pronojiwo. Lumajang-Jawa
Timur
Biaya: HTM Rp. 7.000 parkir Rp. 5.000
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!