5 Pesona Gunung Papandayan Bagian 1: Kawah Papandayan dan Ghoeber Hut Camping Ground

Gunung Papandayan
Ke Gunung Papandayan sudah lama masuk wishlist tapi baru terlaksana kali ini meskipun sudah 2x ke Garut. Seperti Gunung Galunggung, ke Papandayan ini juga bisa langsung dicapai dengan menggunakan kendaraan. Jadi cocok buat pendaki pemula ataupun yang malas naik gunung berjam-jam, sementara di Gunung Papandayan kita bisa melihat langsung kawah yang tidak begitu jauh dari parkiran dan dengan sedikit usaha bisa ke puncak.

Gunung Papandayan berada di Cihuripan-Garut dengan ketinggian 2.665 mdpl. Jadi kalau kalian mau menikmati sensasi di puncak gunung, melihat sunrise, kawah tanpa perlu repot maka Gunung Papandayan ini adalah salah satu alternatifnya.

Jadi, setelah Jum’atan di Mesjid Raya Samarang setelah dari Kawah Kamojang, kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Papandayan. Melewati jalan Raya Samarang hingga mencapai jalan raya Kawah Papandayan. Sebelum naik ke Gunung Papandayan kami makan siang terlebih dahulu. Di sepanjang jalan kita bisa melihat pemandangan Gunung Cikuray yang eksotik dan Gunung Papandayan dengan kawah terbukanya. Agak amaze juga kami yang tadinya menikmati pemandangan kawah ini dari jalan ternyata sampai di kawah ini menggunan kendaraan. Tak terasa hahaha.
Salah satu view Gn. Cikuray yang kita dapat ketika menuju Gn. Papandayan
Melewati jalan raya Kawah Papandayan yang tentu saja mengarah ke parkiran dekat kawah kita harus menempuh sekitar 10km perjalanan mendaki. Untung mobilnya baru balik dari bengkel hahahha. Karena mendaki gunung maka sepanjang jalan tentu saja pemandangannya adalah landscape kota yang terlihat dari atas, hijaunya hutan dan persawahan, dan gunung lain seperti Gunung Cikuray. Hingga akhirnya sampai di loket masuk, di sini kita membayar tiket untuk berkemah Rp. 55.000/orang dan Rp. 25.000 per mobil untuk parkir (karena berkemah 1 malam jadi kita bayar parkir Rp. 50.000). dari loket melewati belokan terakhir kira2 200m kita sampai di parkiran.

Area parkiran ini biasa di sebut dengan Camp David. Parkiran di sini antara parkiran buat yang berkemah dan tamu biasa lokasinya terpisah. Untuk yang berkemah lokasinya di depan Pos 3 (mungkin biar lebih gampang pengawasannya). Setelah parkir kemudian kita melapor ke Pos 3, di sini kita di register di satu form dengan menuliskan nama, jumlah peserta, dan nomor telpon darurat (keluarga atau teman yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat). Nah, di Camp David ini juga terdapat cottage-cottage loh, bisanya dipakai untuk gathering yang pesertanya banyak. Misalnya saat itu ada sekitar 150 anak-anak SD yang berkunjung ke sini.
Lokasi parkir/Camp David
Dari parkiran selanjutnya kita akan melewati jalan setapak untuk menuju ke kawah. Nah buat kalian yang gak mau capek bisa menggunakan ojeg gunung yang ada di gerbang (jangan tanya harganya karena saya tidak tahu hahhaa). Dengan ojeg ini pengunjung bisa ke kawah, Ghoeber Hut hingga Pondok Salada (mempunyai jalur sendiri), selain dibutuhkan uang tentu saja nyali yang besari untuk naik ojeg ini karena melewati jalur ekstrim, jadi kalian mau pilih mana?.
Di sini ada ojeg gunung
Trek dari parkiran menuju kawah
Kawah Papandayan
Karena Gunung Papandayan adalah salah satu gunung aktif di Indonesia, jadi kita bisa menyaksikan pemandangan kawah dengan kepulan asap dan bau belerang. Sebagai catatan, Gunung Papandayan letusan dasyatnya terjadi tahun 1772 dimana tanpa ada peringatan gunung ini meletus yang menghancurkan 6 desa dan menewaskan sekitar 3.000 penduduk. Tidak terbayangkan kalau letusan ini terjadi di zaman modern seperti sekarang ini pastilah lebih banyak korban jiwanya. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2002.

Kawah Papandayan mempunyai luas sekitar 8Ha dengan banyak lobang-lobang magma yang terus menerus mengeluarkan asap belerang. Letusan dasyat membentuk tebing-tebing/patahan dan hutan mati yang menjadi salah satu daya tarik gunung ini.
Kawah Papandayan
Kawah Papandayan
Berjalan sepanjang jalan menuju kawah, sudah terlihat material bebatuan bekas-bekas letusan, juga terdapat hutan-hutan yang menjadi batas area dengan kawah. Di jalur ini disediakan saung-saung tempat istirahat dan beberapa toilet. Di sepanjang jalur ini juga kita lihat sungai yang mengalirkan air belerang panas. Buat pengunjung, jangan melewati batas yang sudah ditentukan karena ini adalah area berbahaya, dan setiap saat bisa saja terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan.
Perjalanan menyusuri bibir kawah
Sampai di tempat istirahat, dimana tempat ini adalah favorit pengunjung karena di pertigaan ini banyak terdapat warung dan toilet. juga merupakan pertigaan dimana ke kiri mendaki dan mengarah ke hutan Mati, Tegal Alun dan Pondok Saladah (camping ground) sementara ke kanan adalah area trekking yang alami menuju Ghoeber Hut Camping Ground... Sebenarnya kedua jalannya tetap saja bertemu pada satu titik karena jalannya memutar namun trek yang harus ditempuh disesuaikan dengan tujuan, misalnya untuk berkemah di Ghoeber Hut silahkan ambil kanan nanti akan memutar ke Pondok Saladah, Hutan Mati atau Tegal Alun dan turun lagi ke kawah. Kalau kalian tujuannya hanya berwisata silahkan ambil jalur kiri.

Ghoeber/Gober Hut Camping Ground
Untuk ke Ghoeber Hut ini kita melewati jalur kanan ketika sampai dipertigaan kawah. Di sini kita melewati suasana yang berbeda karena melewati hutan (tapi tetap saja ada jalur buat motor hahaha). Selain itu kita bisa melihat pemandangan berupa patahan-patahan bukit yang membentuk tebing-tebing 90 derajat. Mungkit terbentuk akibat letusan dasyat tahun 1772.

Melewati dataran kemudian kita akan mendaki bukit yang lumayan curam dan menguras tenaga. Karena menyusuri lereng gunung jadi kita harus jalan hati-hati karena jurang. Tapi tetap semangat karena di depan kami adalah rombongan ibu-ibu dan bapak tua serta keluarganya. Jadi semangat dan tidak mau kalah. Sampai di atas dimana terdapat jalur rata berupa jalan yang berada dipinggir tebing. Di sini kita bisa berfoto sejenak dengan view Gunung Cikuray di kejauhan atau duduk-duduk di pinggir tebing (jangan di tiru hehehe). dari sini ke Ghoeber Hut hanya sekitar 100 m melewati bukit yang dipangkas membentuk sebuah jalan.
Rute menuju Ghoeber Hut
Salah satu view di jalur menuju Ghoeber Hut
Salah satu view di jalur menuju Ghoeber Hut
Sampai di Pos penjagaan, di sini terdapat beberapa warung yang biasanya buka dari Jum’at-Minggu, jadi jangan takut kelaparan karena di sini di jual dari nasi goreng, mie instant hingga minuman ringan. Di pos ini juga menjadi batas untuk kalian yang mau ke Tegal panjang yang kabarnya menempuh 2 jam perjalanan. Jadi kalau kalian berniat ke Tegal Panjang harus registrasi dan wajib memakai guide. Dan infonya dari Tegal Panjang ini bisa tembus hingga  Pengalengan. Di dekat pos ini juga tersedia mushola dan 4 toilet buat yang berkemah.

Dari pos jika ke kiri kita bisa menuju ke Pondok Saladah Camping Ground namun tujuan kita bukan ke sana. Menyusuri tebing yang tadi terlihat dari bawah, kami mencari posisi buat memasang tenda. Kami memasang tenda di pinggir hutan dan berjarak sekitar 10m dari bibir tebing di sekitar kami sudah berdiri tenda-tenda dan bertambah terus hingga malam. Ghoeber Hut ini cocok buat yang suka hunting sunrise dengan latar Gunung Cikuray.
View ketika matahari terbenam dari Ghoeber Hut
Menikmati matahari terbenam dari Ghoeber Hut
Hanya saja,  di sini ataupun di Pondok Saladah gangguan buat tenda adalah babi hutan. Makanya kalau kita tidak di tenda atau mau tidur, makanan harus di gantung dipohon dengan tinggi minimum 2m. Setelah memasang tenda, selanjutnya menikmati pemandangan, meskipun tidak terlihat sunset tapi semburat cahaya matahari tebenam sudah cukup menambah kecantikan pemandangan dari atas. Untuk makan malam, kami belanja di warung dengan menu nasi goreng dan goreng-gorengan. Di saat malam inilah ada kejadian tenda salah seorang pengunjung robek-robek diserang babi hutan, sebabnya mereka meninggalkan makanan di tenda sementara mereka istirahat di warung, dan akhirnya dengan tenda robek mereka pindah ke dekat pos (untuk tidak hujan saat itu).

Malam kamipun tidur meringkuk dalam sleeping bag ditemani angin gunung yang bergemuruh laksana ombak Pantai Selatan yang sesekali mau menerbangkan tenda kami.

Bangun pagi setelah subuh, saatnya menunggu sunrise. Tidak perlu berjalan jauh, cukup berdiri di pinggir tebing menunggu matahari yang berlahan mengintip di balik Gunung Cikuray.semburat cahaya pink, emas dan kemerahan membuat pemandangan di depan mata laksana lukisan alam.  Lukisan Sang Pencipta....
Sunrise di Ghoeber Hut

Baca juga link terkait:
- Gunung Papandayan 2: Pndok Saladah, Hutan Mati dan Tegal Alun



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah