Gunung Papandayan
Ke Gunung Papandayan sudah lama masuk wishlist tapi
baru terlaksana kali ini meskipun sudah 2x ke Garut. Seperti Gunung Galunggung,
ke Papandayan ini juga bisa langsung dicapai dengan menggunakan kendaraan. Jadi
cocok buat pendaki pemula ataupun yang malas naik gunung berjam-jam, sementara
di Gunung Papandayan kita bisa melihat langsung kawah yang tidak begitu jauh
dari parkiran dan dengan sedikit usaha bisa ke puncak.
Gunung Papandayan berada di Cihuripan-Garut dengan ketinggian
2.665 mdpl. Jadi kalau kalian mau menikmati sensasi di puncak gunung, melihat
sunrise, kawah tanpa perlu repot maka Gunung Papandayan ini adalah salah satu
alternatifnya.
Jadi, setelah Jum’atan di Mesjid Raya Samarang setelah
dari Kawah Kamojang, kami melanjutkan perjalanan menuju Gunung Papandayan.
Melewati jalan Raya Samarang hingga mencapai jalan raya Kawah Papandayan. Sebelum
naik ke Gunung Papandayan kami makan siang terlebih dahulu. Di sepanjang jalan
kita bisa melihat pemandangan Gunung Cikuray yang eksotik dan Gunung Papandayan
dengan kawah terbukanya. Agak amaze juga kami yang tadinya menikmati
pemandangan kawah ini dari jalan ternyata sampai di kawah ini menggunan
kendaraan. Tak terasa hahaha.
|
Salah satu view Gn. Cikuray yang kita dapat ketika menuju Gn. Papandayan |
Melewati jalan raya Kawah Papandayan yang tentu saja
mengarah ke parkiran dekat kawah kita harus menempuh sekitar 10km perjalanan
mendaki. Untung mobilnya baru balik dari bengkel hahahha. Karena mendaki gunung
maka sepanjang jalan tentu saja pemandangannya adalah landscape kota yang
terlihat dari atas, hijaunya hutan dan persawahan, dan gunung lain seperti
Gunung Cikuray. Hingga akhirnya sampai di loket masuk, di sini kita membayar
tiket untuk berkemah Rp. 55.000/orang dan Rp. 25.000 per mobil untuk parkir
(karena berkemah 1 malam jadi kita bayar parkir Rp. 50.000). dari loket
melewati belokan terakhir kira2 200m kita sampai di parkiran.
Area parkiran ini biasa di sebut dengan Camp David. Parkiran
di sini antara parkiran buat yang berkemah dan tamu biasa lokasinya terpisah. Untuk
yang berkemah lokasinya di depan Pos 3 (mungkin biar lebih gampang
pengawasannya). Setelah parkir kemudian kita melapor ke Pos 3, di sini kita di
register di satu form dengan menuliskan nama, jumlah peserta, dan nomor telpon
darurat (keluarga atau teman yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat). Nah, di
Camp David ini juga terdapat cottage-cottage loh, bisanya dipakai untuk
gathering yang pesertanya banyak. Misalnya saat itu ada sekitar 150 anak-anak
SD yang berkunjung ke sini.
|
Lokasi parkir/Camp David |
Dari parkiran selanjutnya kita akan melewati jalan
setapak untuk menuju ke kawah. Nah buat kalian yang gak mau capek bisa
menggunakan ojeg gunung yang ada di gerbang (jangan tanya harganya karena saya
tidak tahu hahhaa). Dengan ojeg ini pengunjung bisa ke kawah, Ghoeber Hut
hingga Pondok Salada (mempunyai jalur sendiri), selain dibutuhkan uang tentu
saja nyali yang besari untuk naik ojeg ini karena melewati jalur ekstrim, jadi
kalian mau pilih mana?.
|
Di sini ada ojeg gunung |
|
Trek dari parkiran menuju kawah |
Kawah Papandayan
Karena Gunung Papandayan adalah salah satu gunung
aktif di Indonesia, jadi kita bisa menyaksikan pemandangan kawah dengan kepulan
asap dan bau belerang. Sebagai catatan, Gunung Papandayan letusan dasyatnya
terjadi tahun 1772 dimana tanpa ada peringatan gunung ini meletus yang menghancurkan
6 desa dan menewaskan sekitar 3.000 penduduk. Tidak terbayangkan kalau letusan
ini terjadi di zaman modern seperti sekarang ini pastilah lebih banyak korban
jiwanya. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2002.
Kawah Papandayan mempunyai luas sekitar 8Ha dengan
banyak lobang-lobang magma yang terus menerus mengeluarkan asap belerang. Letusan
dasyat membentuk tebing-tebing/patahan dan hutan mati yang menjadi salah satu
daya tarik gunung ini.
|
Kawah Papandayan |
|
Kawah Papandayan |
Berjalan sepanjang jalan menuju kawah, sudah terlihat
material bebatuan bekas-bekas letusan, juga terdapat hutan-hutan yang menjadi
batas area dengan kawah. Di jalur ini disediakan saung-saung tempat istirahat
dan beberapa toilet. Di sepanjang jalur ini juga kita lihat sungai yang
mengalirkan air belerang panas. Buat pengunjung, jangan melewati batas yang sudah
ditentukan karena ini adalah area berbahaya, dan setiap saat bisa saja terjadi
sesuatu yang tidak kita inginkan.
|
Perjalanan menyusuri bibir kawah |
Sampai di tempat istirahat, dimana tempat ini adalah
favorit pengunjung karena di pertigaan ini banyak terdapat warung dan toilet.
juga merupakan pertigaan dimana ke kiri mendaki dan mengarah ke hutan Mati,
Tegal Alun dan Pondok Saladah (camping ground) sementara ke kanan adalah area
trekking yang alami menuju Ghoeber Hut Camping Ground... Sebenarnya kedua
jalannya tetap saja bertemu pada satu titik karena jalannya memutar namun trek yang
harus ditempuh disesuaikan dengan tujuan, misalnya untuk berkemah di Ghoeber
Hut silahkan ambil kanan nanti akan memutar ke Pondok Saladah, Hutan Mati atau
Tegal Alun dan turun lagi ke kawah. Kalau kalian tujuannya hanya berwisata silahkan
ambil jalur kiri.
Ghoeber/Gober Hut Camping Ground
Untuk ke Ghoeber Hut ini kita melewati jalur kanan
ketika sampai dipertigaan kawah. Di sini kita melewati suasana yang berbeda
karena melewati hutan (tapi tetap saja ada jalur buat motor hahaha). Selain itu
kita bisa melihat pemandangan berupa patahan-patahan bukit yang membentuk
tebing-tebing 90 derajat. Mungkit terbentuk akibat letusan dasyat tahun 1772.
Dari pos jika ke kiri kita bisa menuju ke Pondok Saladah
Camping Ground namun tujuan kita bukan ke sana. Menyusuri tebing yang tadi
terlihat dari bawah, kami mencari posisi buat memasang tenda. Kami memasang
tenda di pinggir hutan dan berjarak sekitar 10m dari bibir tebing di sekitar
kami sudah berdiri tenda-tenda dan bertambah terus hingga malam. Ghoeber Hut
ini cocok buat yang suka hunting sunrise dengan latar Gunung Cikuray.
|
View ketika matahari terbenam dari Ghoeber Hut |
|
Menikmati matahari terbenam dari Ghoeber Hut |
Hanya saja, di
sini ataupun di Pondok Saladah gangguan buat tenda adalah babi hutan. Makanya kalau
kita tidak di tenda atau mau tidur, makanan harus di gantung dipohon dengan
tinggi minimum 2m. Setelah memasang tenda, selanjutnya menikmati pemandangan, meskipun
tidak terlihat sunset tapi semburat cahaya matahari tebenam sudah cukup
menambah kecantikan pemandangan dari atas. Untuk makan malam, kami belanja di
warung dengan menu nasi goreng dan goreng-gorengan. Di saat malam inilah ada
kejadian tenda salah seorang pengunjung robek-robek diserang babi hutan,
sebabnya mereka meninggalkan makanan di tenda sementara mereka istirahat di
warung, dan akhirnya dengan tenda robek mereka pindah ke dekat pos (untuk tidak
hujan saat itu).
Malam kamipun tidur meringkuk dalam sleeping bag ditemani
angin gunung yang bergemuruh laksana ombak Pantai Selatan yang sesekali mau
menerbangkan tenda kami.
Bangun pagi setelah subuh, saatnya menunggu sunrise. Tidak
perlu berjalan jauh, cukup berdiri di pinggir tebing menunggu matahari yang
berlahan mengintip di balik Gunung Cikuray.semburat cahaya pink, emas dan
kemerahan membuat pemandangan di depan mata laksana lukisan alam. Lukisan Sang Pencipta....
|
Sunrise di Ghoeber Hut |
Baca juga link terkait:
- Gunung Papandayan 2: Pndok Saladah, Hutan Mati dan Tegal Alun
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!