Wisata Sejarah Banten Lama Bagian 1: Istana Kaibon dan Istana Surosoan

Minggu, 24 November 2019
Banten Lama atau Kota Kuno Banten adalah situs yang merupakan sisa-sia kejayaan Kerajaan Banten. Wilayah ini pernah diusulkan menjadi situs warisan dunia UNESCO tahun 1995 tapi gak tau kelanjutannya. Di situs Banten lama ini kita bisa menemukan reruntuhan Istana Kaibon, Istana Surosoan, Mesjid Agung Banten, Mesjid Pecinan Tinggi, Meriam Ki Amuk, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesvara dan Pelabuhan Karangantu, yang kami kunjungi tapi masih ada beberapa lagi yang belum kami kunjungi.
Sebagai catatan, saat kami berkunjung, situs-situs di Banten Lama dalam tahap revitalisasi, jadi situs-situs ini sedang dipercantik dengan dibuatkan pagar, taman-taman, jalan setapak, jalan raya, landscape dll. Karena belum selesai dan masih dalam tahap pengerjaan jadi wajar kalau sedikit terkesan berantakan.

Latar Sejarah
Sekitar 5 abad silam, Banten masuk bagian Tatar Pajajaran hingga datang Sunan Gunung Jati yang mengislamkan wilayah ini sekitar tahun 1525. Selama beberapa waktu memerintah kemudian Sunan Gunung Jati digantikan oleh anaknya Sultan Maulana Hasanudin tahun 1552 yang berpusat di Surosoan. Di Surosoan inilah di bangun istana, alun-alun dan mesjid juga pelabuhan di Pabean (Labuan) dan Karangantu.
Di masa pemerintahan Maulana Yusuf, putra Maulana Hasanudin, pemnbangunan dirampungkan dan keraton dibentengi dan pembangunan sistim irigasi dan persawahan. Masa kejayaan Banten terjadi di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan mengalami kemunduran setelah beliau di gulingkan oleh anaknya sendiri Sultan Haji di tahun 1672 dengan masuknya VOC di pemerintahan. Dan Banten kehilangan eksistensi/dihapuskan oleh Stamford pada tahun 1813. Pertikaian dengan VOC menyisakan kehancuran dan meninggalkan puing-puing seperti yang kita lihat di Istana Kaibon dan Istana Surosoan.
Kami memilih Banten Lama untuk liburan kali ini karena lokasinya yang tidak begitu jauh dari Bogor (sekitar 3 jam perjalanan melewati tol Merak). Jadi wisata sejarah ini kami tidak perlu menginap alias bisa bolak-balik. Dari Bogor berangkat jam 5.30 pagi dan sampai di Banten Lama sekitar jam 9 pagi (termasuk istirahat di salah satu rest area di tol Merak). Untuk ke Banten Lama jika menggunakan mobil via tol Merak kita harus keluar di KM71 dan ambil kiri. Dari sini ke Banten Lama berjarak sekitar 12km. Dari keluar tol ini kita ambil kiri untuk memutar jalan hingga sampai nantinya di pertigaan Jalan Raya Banten (jalan yang kita lalui kalau tidak melewati tol dari Jakarta). Dari pertigaan ini kita ambil kanan ke arah Banten Lama. Di jalan ini nanti kita akan menemukan gapura ucapan selamat datang di kawasan wisata Banten Lama.

Istana/Keraton Kaibon
Ini adalah spot pertama yang kami kunjung karena paling gampang ditemukan, berada di sisi jalan raya. Sebenarnya ada spot-spot sebelum ini yaitu beberapa makam tokoh Banten seperti Makam Sultan Maulana Yusuf, Makam Arya Mandalika (Putra Sultan Maulana Yusuf) dan Makam Panglima, tapi kita tidak kesana, di weekend ini biasanya banyak peziarah yang lokasi makam tersebut.
Sesuai namanya, Istana Kaibon (Keibuan), istana ini adalah pemberian raja, Sultan Syafiudin kepada ibunya Ratu Aisyah. Namun istana ini dihancurkan Belanda sekitar tahun 1832 karena raja menolak permintaan Belanda untuk melanjutkan pembangunan jalan raya Anyer-Panurukan dan pelabuhan.  
Sampai di lokasi Istana Kaibon, kami memarkirkan mobil di sisi jalan yang pas untuk satu mobil berdekatan dengan pagar besi yang mengelilingi area istana. Tidak terlihat area parkir lain di sini. Untuk ke gerbang depan yang berjarak sekitar 50m, terlihat masih dalam tahap pembangunan, jadi kami lewat jalan tikus di ujung pagar. Pengunjung saat itu sangat sedikit hanya beberapa orang saja. Dan tidak ada loket atau bayar parkir di sini.  

View reruntuhan Keraton Kaibon

View reruntuhan Keraton Kaibon
Memasuki area istana, terlihat taman yang baru ditata, dengan tanaman-tanaman baru, jalur trek untuk pengunjung dan lampu-lampu taman yang terlihat baru dipasang. Istana sendiri terlihat berupa reruntuhan, mirip keadaannya di banyak candi di Indonesia. Jika masih berdiri utuh pastilah akan terlihat indah sebuah kompleks istana seluas 4 hektar. Meskipun berupa reruntuhan tapi bisa kita lihat kuatnya dan kokohnya pondasi istana ini demikian juga dengan dinding-dinding yang terbuat dari bata berlapis. 
Gerbang bersayap
Menuju titik awal, yaitu gerbang depan yang terdiri dari gerbang bersayap berupa candi bentar khas banten. Terdapat 5 pintu yang merupakan simbol sholat 5 waktu. Di depan gerbang ini sudah dipercantik dengan adanya trek/jalan setapak buat pengunjung serta taman-taman. Dari gerbang utama kita melihat Gerbang Paduraksa yang terlihat sejajar. Gerbang Paduraksa ini khas Bugis dengan gapura diatasnya. Gerbang ini menjadi penghubung antara bangunan utama dan tempat beristirahat Ratu Aisyah. 
Gerbang Paduraksa

Gerbang Paduraksa
Memasuki area istana dari di sebelah kiri gerbang adalah bangunan utama istana. Kalau kita menaiki istana ini melewati anak-anak tangga akan terlihat hall yang luas dengan pilar-pilar tinggi dan di depannya berupa mihrab yang menunjukkan bahwa bangunan utama ini adalah sebuah mesjid. Dari bangunan ini terlihat bahwa istana atau masyarakat Banten sangat kental ke-Islamannya. Menuruni istana ini melewati sisi lain kita bisa melihat tembok dalam dengan pintu-pintu berbentuk kurva (gaya Belanda). 
Bangunan Utama

Reruntuhan bangunan utama
Reruntuhan pilar-pilar bangunan utama

Sisa-sisa lokasi mihrab

Salah satu sudut di bangunan utama
Salah satu sudut di bagunan utama
Di bagian tengah, seperti yang saya tulis di atas adalah Gerbang Paduraksa yang artistik, yang menjadi ikonnya istana ini. sayang nya gerbang ini penuh coretan-coretan/grafiti dari tangan-tangan tak bertanggung jawab. 
Gerbang Paduraksa

Selanjutnya adalah bangunan yang merupakan tempat istirahat Ratu Aisyah. Terlihat ruangan persegi empat yang seolah-olah adalah ruang bawah tanah. Ruangan ini diyakini sebagai kamar tidur ratu. Menurut penelitian ruangan ini dikelilingi oleh sistim pendingin menggunakan aliran air. Nah kalau kita lihat ada bekas-bekas saluran air, jadi dulunya komplek istana ini dikelilingi dengan sistim pengairan atau jalur air, seolah-olah istana ini berada di atas air. Waaahhh pasti indah ya....

Ruang tidur Ratu Aisyah
Bangunan tempat beristirahat Ratu Aisyah
Istana Surosoan/Surosowan
Istana Surosoan/Surosowan ini berjarak sekitar 1km dari Istana Kaibon. Dari Istana Kaibon kira-kira beberapa puluh meter kita akan menemukan pertigaan, ambil ke kiri hingga sampai nanti ke Komplek Istana Surosoan, ambil lurus saja memasuki area parkiran karena ke kanan kita menuju ke Pecinan Tinggi, Benteng Speelwijck dan Pelabuhan Karangantu. Area ini selain Istana Surosoan juga ada Alun-alun/Taman, Museum Kepurbakalaan Banten Lama dan Mesjid Agung Banten Lama yang paling ikonik di area wisata Banten Lama ini.
Parkiran di sini berupa tanah lapang/tanah kosong yang dikelola oleh masyarakat sekitar dengan tarif Rp. 10.000 per kendaraan. Mirip dengan pasar, area ini dipenuhi oleh pedagang yang sangat ramai yang menjual aneka macam makan minum, buah-buahan dan cendera mata. keramainan ini terlihat hingga memasuki Taman yang sedang tahap renovasi. Sayang sekali taman yang sudah sangat cantik ini ditemukan sampah disana-sini.
Jalan menuju kompleks Istana dan Mesjid
Istana Surosoan ini ada di sebelah kiri, dikelilingi oleh tembok setinggi 2 meter. Kompleks istana ini sangat luas, sekitar 3 hektar. Dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanuddin, Sutan pertama Kerajaan Banten yang juga anak Sunan Gunung Jati. Istana ini dibangun berbarengan dengan Mesjid Agung Banten dan selanjutnya pembangunannya diteruskan oleh penguasa-penguasa sesudahnya. Istana Surosoan hanya meninggalkan puing-puing karena dihancurkan oleh Belanda semasa pemerintahan Sultan Syafiudin yang menolak pembangunan jalan Anyer-Panarukan.
Di depan/di luar pagar Mesjid Agung Banten kita bisa melihat pondasi-pondasi bekas Istana Surosoan. Memasuki gerbang istana kita bisa melihat langsung reruntuhan istana ini. pondasi-pondasi yang rata dengan tanah dengan susunan batu bata merah. Kehancuran istana ini juga menandakan lenyapnya Kesultanan Banten.
Salah satu gerbang istana
Di salah satu sudut halaman terdapat ruang terbagi 2 yang sepertinya adalah kamar mandi penghuni istana. Ini ditandai dengan adanya sumur yang tidak berapa jauh dari ruangan ini. Konon, sumber air selain dari sumur juga air yang berasal dari Danau Tasikardi yang berjarak sekitar 2km dari istana (bisa kita lihat skema nya di Musium Kepurbakalaan Banten Lama). Dari sudut ini juga kita bisa naik ke atas tembok/pagar istana yang areanya lumayan luas. Dari ketinggian sekitar 2 meter ini kita bisa melihat ke arah komplek istana dan Mesjid Agung Banten.
Salah satu sudut komleks istana
Reruntuhan Istana Surosoan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah