"Tour de Java" Bagian 5: Mengunjungi House of Sampoerna dan Mesjid Laksama Cheng Ho-Surabaya
11 Januari 2020
House of Sampoerna
House of Sampoerna
ini adalah sebuah museum di Surabaya yang juga merupakan salah satu situs
sejarah di kota ini. Loh kok masuk situs sejarah? Iya, karena awalnya bangunan
ini adalah sebuah panti asuhan pria di tahun 1858 (zaman Belanda). Kemudian
panti asuhan ini dipindahkan ke Malang. Bangunan ini dibeli oleh Seeng Tee dan
istri di tahun 1932 sebagai fasiltas pertama untuk memproduksi rokok dan tempat
ini dikenal dengan nama Pabrik Taman Sampoerna. Tahun 2002 tempat ini
direstorasi dan 2003 diresmikan hingga menjadi seperti yang kita lihat sekarang. selain museum, di sini juga disediakan bus gratis untuk berkeliling situs budaya di Surabaya pada hari-hari dan jam tertentu.
Situs Sejarah, House of Sampoerna |
Bus yang disediakan gratis |
Untuk memasuki
tempat ini kita tidak dipungut biaya, cukup memperlihatkan STNK kendaraan.
Memasuki bangunan utama, di bagian depan kita bisa menyaksikan perjalanan hidup
Seeng Tee selaku pendiri Sampoerna. Di artikel ini saya bukan mempromosikan rokok
ya teman-teman, saya sendiri gak merokok!. Di bagian ini kita bisa melihat
benda-benda peninggalan Seeng Tee seperti sepeda ontel pertama, miniatur toko
kelontong kecil (awal usaha beliau). Di sini kita bisa lihat bahwa kekayaan
pendiri usaha ini benar-benar di mulai dari 0. Juga terlihat jenis-jenis
tembakau dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan rokok.
Lusisan-lukisan tua |
Sejarah panjang Sampoerna |
Di bagian lain kita
bisa melihat pakaian/kebaya yang digunakan oleh Seeng Tee dan istri ketika
menikah. Juga terdapat perabot-perabot dan lukisan-lukisan tua yang tak
ternilai harganya. Karena benda-benda ini berumur tua, sebaiknya pengunjung
jangan menyentung benda-benda tersebut.
Benda-benda bersejarah peninggalan Seeng Tee dan istri |
Ke ruangan bagian
belakang kita bisa menyaksikan perlatan pembuatan rokok, cetakan buat kertas
rokok dan bungkus rokok. Juga kita bisa melihat produksi perusahaan ini dari
awal sampai sekarang. Nah, di sini juga terdapat alat-alat musik dan pakaian
anggota marching band, sebagaimana kita ketahui, perusahaan ini juga mempunyai
marching band yang sudah terkenal di dalam dan luar negri karena sering juga
ikut di event-event.
Naik ke tingkat
atas, melewati lorong tangga kayu kita akan sampai di ruangan laboraorium. Kita
bisa melihat peralatan lab yang sudah tua, saya kurang mengerti kegunaan lab
ini, mungkin mengecek kadar zat-zat dalam tembakau atau apalah itu.... Dari
ruangan atas ini melewati dinding kaca kita bisa melihat hall yang sangat luas,
di situlah ribuan pekerja menghasilkan rokok lintingan dan kretek. Sekarang
bagan ini sudah tidak difungsikan hanya terlihat mesin-mesin yang berjejer
rapih.
Mesin-mesim tua pebuatan rokok |
Selesai ke bagian
utama, kami melanjutkan ke bangunan yang ada dibagian kanan. Di lorong antar
bangunan tersedia kursi-kursi buat istirahat dan pengunjung bisa berfoto-foto
karena fotogenik. Di area ini tersedia kafe (kami gak masuk ke kafe ini). Di
bagian belakang kafe ini ada juga art shop yang menjual aneka cendera mata
mulai dari kaos, tas, mug, dll. Dan disamping art shop ini juga ada ruangan
mirip ruangan kerja dan display aneka batik dan kerajinan tangan. Di salah satu
sudut bangunan ini kita juga bisa menemukan musholla dan toilet yang selalu
bersih bak toilet hotel bintang 5.
Istirahat sejenak |
Setelah puas
keliling museum kemudian kami melanjutkan makan siang di salah satu rumah makan
yang berjarak tidak lebih 100m dari museum. Sengaja mampir di tempat makan ini
karena mencoba lontong balap khas Surabaya. Rasanya mirip-mirip touge goreng
Bogor hanya beda bumbu dan ditambahkan kerang-kerang kecil. Lumayan buat
mengobati rasa penasaran kami akan makanan ini.
Lontong Balap |
Mesjid Cheng Ho
Dari House of
Sampoerna kami melanjutkan perjalanan ke Mesjid Cheng Ho yang berjarak sekitar
6km. Mesjid ini dibangun tahun 2001 dan selesai 2002 atas prakarsa Yayasan
Muhammad Cheng Ho dan warga keturunan Tionghoa di Surabaya. Mesjid ini
dinamakan untuk menghormati Laksamana Muhammad Cheng Ho, yang mengunjungi Asia
Tenggara dengan misi perdagangan, persahabatan dan syiar Agama Islam.
Mesjid Cheng Ho |
Meskipun tidak
terlalu luas namun mesjid ini mempunyai arsitektur yang unik, perpaduan
arsitektur Arab dan China/Tionghoa. Terdapat relief-relief yang bertuliskan
Allah dan Muhammad dan bedug. Di sini juga terlihat miniatur kapal yang
dgunakan oleh Laksamana Cheng Ho untuk mengarungi samudra.
Miniatur kapal Cheng Ho |
Salah satu sudut mesjid Cheng Ho |
Istirahat sejenak di
mesjid ini dan sekaligus menunggu waktu sholat Ashar. Terlihat juga beberapa
musafir/traveler yang singgah di mesjid ini. Selesai sholat Ashar kami kembali
ke penginapan untuk beristirahat.
PS:
Untuk makan malam, selama 2 malam kami makan malam di jalan Kranggan, karena tidak jauh dari penginapan. di sepanjang jalan ini kalau malam banyak sekali street food. Cobalah menanyakan harga terlebih dahulu jangan kayak kami yang makan ikan yang harganya hampir sama dengan harga di Hotel Bintang 5 hahahha.
Untuk makan malam, selama 2 malam kami makan malam di jalan Kranggan, karena tidak jauh dari penginapan. di sepanjang jalan ini kalau malam banyak sekali street food. Cobalah menanyakan harga terlebih dahulu jangan kayak kami yang makan ikan yang harganya hampir sama dengan harga di Hotel Bintang 5 hahahha.
Silahkan baca link
terkait:
Silahkan baca link
terkait:
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!