"Tour de Java" Bagian 3: Mengunjungi Kelenteng Kwan Sing Bio - Tuban

Tuban
Kota Tuban ini berbatasan langsung dengan Rembang yang juga bearti diperbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kota ini kita lewati hanya jika menyusuri Jalur Pantai Utara (Pantura) bukan melewati jalan tol ke Surabaya.
Kami hanya mampir di kota ini setelah dari Lasem menuju Surabaya, kebetulan elewati, jadi kami mampir di Kelenteng Kwan Sing Bio, menikmati kuliner khas Tuban yaitu Rajungan Kare (buat yang ga tau, rajungan itu sejenis kepiting). Yang banyak lagi, sepanjang jalan di Tuban ini banyak banget kita temui buah Lontar yang pohon-pohonnya banyak berderet di sepanjang jalan. Buah Lontar ini rasanya mirip buah nipah/kolang-kaling hanya saja lebih besar dan sadapannya bisa buat dijadikan gula, gula semut dan gula merah.

Kelenteng Kwan Sing Bio
Info mengenai kelenteng ini kami dapat dari salah seorang tamu tempat kami menginap di Lasem bahwa ada kelenteng yang berada di pinggir jalan dan menghadap pantai utara. Jadi setelah dari Pasujudan Sunan Bonang (sehabis Jumatan) kami mengarahkan Maps ke kelenteng ini meskipun ternyata tidak perlu karena berada di Pantura.
Sampai di lokasi, ternyata di luar tebakan saya, kelentengnya bukan di pinggir laut tapi berada di seberang jalan walaupun jarak pantainya sangat dekat hahahha. Memasuki kompleks kelenteng ini kami cuman lapor ke satpam, hanya bilang kami mau jalan-jalan. Kemudian masuk area parkir di halaman samping yang ternyata sangat luas (konon luas kompleks ini 4 hektar).
Dari parkiran ini kita disambut oleh patung raksasa Dewa Kwan Kong, Dewa Plindung/Dewa Perang yang di yakini oleh umat Budha, Tao dan Kongucu. Patung ini mempunyai ketinggian 30 meter, yang terbesar se Asia Tenggara, dan kelenteng ini satu-satunya yang menghadap ke pantai yang diresmikan tahun 2017 lalu. Buat kalian yang muslim di salah satu sudut parkir di sini, disediakan musholla lengkap dengan tempat wudhu dan toilet. oh iya, masuk ke sini gratis ya tanpa dipungut bayaran. Oh iya, kelenteng ini sebenarnya sudah berdiri tahun 1773 dan yang kita lihat sekarang sebagian besar adalah tambahan. 
Patung Dewa Kwan Kong setinggi 30m
Berjalan ke sebelah kanan patung kita akan menemukan taman Patung Naga dan Macan, patung ini adalah patung naga dan macan yang berbahagia, dilihat dari wajahnya yang seperti tertawa. Mulut kedua patung yang terbuka ini juga menjadi gerbang masuk/lorong goa. Di antara patung ini ada jembatan merah kecil (Blessedness Bridge) yang dibawahnya ada kolam dan ikan-ikan. 
Taman Naga dan Macan
Blessedness Bridge
Lanjut ke sebelah kiri, berbatasan dengan pagar kompleks kelenteng terdapat Taman Panda. Di sini kita bisa menemukan patung-patung Panda yang menjadi karakter utama dalam film Kung Fu Panda. Patung-patungnya dibuat dalam berbagai pose kungfu. Di sini juga bisa dijadikan tempat istirahat karena banyak pepohonan dan gazebo. Jga terdapat jembatan-jembatan buat kalian yang hobby foto selfie.
Taman Panda
Selanjutnya memasuki bagian utama kompleks Kelenteng, kita melewati pintu pintu Barat. Begitu memasuki pintu ini kita akan merasa berada di film-film Mandarin. Berada di halaman yang sangat luas, di sisi kanan, mendominasi bangunan di sini, adalah sebuah gedung besar yang dipakai untuk berbagai kegiatan, seperti pertemuan.Bangunan bertingkat ini menghadap ke Pantai Utara. 
Bangunanan besar bak Iistana raja
Bangunanan besar bak Iistana raja
Bangunanan besar bak Iistana raja
Di bagian tengah, yang menjadi pusat perhatian adalah semacam gazebo, mirip tempat istirahat raja-raja. Bangunan ini dikelilingi oleh kolam yang berisi banyak ikan warna-warni. Di sekitar gazebo ini juga dilengkapi dengan pintu gerbang, jembatan dan patung 2 ekor naga.
Gazebo di bagian tengah
Gazebo di bagian tengah
Yang menarik lagi, di sini terdapat tempat makan/kantin yang menyediakan makanan gratis buat kalangan tidak mampu/umum atau buat kalian yang sedang dalam perjalanan (tapi saya kurang tahu apakah hidangannya bisa juga buat muslim apa tidak, silahkan ditanya ya...).  
Kantin dengan hidangan gratis
Menuju jalan keluar kita akan melewati lorong besar. Di dinding lorong ini kita bisa melihat peta Indonesia dan China. Nah di sisi kanan terdapat pintu untuk menuju tempat ibadah jadi yang boleh masuk hanya buat yang beribadah aja. Kita harus menghormati area khusus ini jangan sampai para pengunjung mengganggu orang yang sedang beribadah.
Puas berkeliling kompleks kelenteng ini kemudian kami melanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya, kami mampir di sebuah rumah makan untuk makan siang. Menikmati hidangan khas Tuban yaitu Rajungan dengan bumbu kare. Menu yang satu ini baru pertama kali saya nikmati, sumpah ini enak banget hahahaha. Untuk satu porsi rajungan ini cukup mengeluarkan duit Rp. 100.000, gak terlalu mahal bukan?.
Rajungan kuah kare
Silahkan baca link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah