Langkawi-The Jewel of Kedah Part 5: Mangrove Cruise at Kilim Karst Geoforest Park

Kilim Karst Geoforest Park
Kilim Karst Geoforest Park ini adalah salah satu dari 3 Geoforest yang membentuk Langkawi Geopark. Yang menjadi daya tarik geosite ini adalah hutan mangrove, fauna, goa dan tentu saja formasi bebatuan karst nya yang sangat unik. Untuk menikmati keindahan ini kita bisa menyewa boat ataupun mengikuti tur yang banyak kita temui di sudut pulau terutama di Pantai Cenang. Pilihan kedua ini adalah yang umum digunakan oleh wisatawan karena jauh lebih murah bisa seperlima dari biaya sewa boat.
Hari ke empat di Langkawi, harusnya kami melanjutkan ke Penang tapi kami memutuskan melanjutkan 2 hari di Langkawi sehingga penginapan yang sudah di bayar di Penang menjadi hangus. Juga kami pindah penginapan yang tidak jauh dari penginapan sebelumnya dengan harga yang lebih murah yaitu 45 RM/malam tanpa bayar tambahan holiday tax 10 RM. Hari ini kami pilih dengan mengikuti tur keliling Kilim yang umum disebut juga dengan Mangrove Tur. Kami membeli paket tur di sebuah operator trip (depan AB Hotel) di Cenang dengan biaya 50 RM/orang (sekitar Rp. 150.000) dan ini lebih murah dibanding kalau kita beli dari hotel atau agen yang mematok harga bisa di atas 100RM. Begitu membayar paket, kita akan mendapatkan stiker yang harus dipasang di dada nantinya. Untuk lamanya tur memakan waktu sekitar 5jam (berangkat jam 9 pagi dan kembali sekitar jam 2 atau jam 3 siang). Dan harap dicatat, untuk mengikuti tur kita harus mendaftar sehari sebelumnya.
Pagi-pagi peserta tur berkumpul di lobby hotel dan tepat jam 9 kami naik bus yang disiapkan, mirip bis pariwisata besar yang kita kenal di Indonesia. Bis ini akan mampir ke beberapa spot penjemputan. Agak lambat sih tapi resiko karena ikut tur hehehe. Hingga akhirnya bis penuh dan perjalanan lancar hingga ke Tanjung Rhu yang berjarak sekitar 30km dari Pantai Cenang. Kalau menggunakan motor mungkin bisa dicapai dalam waktu 30 menit tapi dengan bis ini ditempuh selama 45 menit. Didengar dari bahasanya, wisatawan yang bersama kami berasal dari Eropa/US, China, warga lokal dan dari Indonesia cuman kami berdua.
Melewati Tanjung Rhu, menyisiri pinggir pantai berpasir putih, terlihat sepi pengunjung. Di pinggir pantai terlihat deretan penginapan-penginapan sederhana dan tempat makan. Karena kami mengikuti tur jadi tidak bisa mampir padahal dari referensi, pantai ini juga salah satu spot untuk menyaksikan sunset. Dari Pantai Tanjung Rhu ke dermaga Mangrove Tur sudah sangat dekat berjarak sekitar 5 menit.
Sampai di dermaga sudah banyak sekali peserta tur dengan operator yang berbeda ataupun datang langsung untuk private trip. Peserta trip dikelompokkan berdasarkan stiker yang di pakai karena boat yang dipakai berbeda per operator. Untuk rombongan kami dibagi menjadi 2 boat yang masing-masing boat berisi sekitar 20 orang. Banyak sekali kapal-kapal yang akan membawa penumpang maupun kapal-kapal yang berlabuh di sini. Meskipun ramai tapi terlihat sanggat rapih dan bersih. Dermaga ini berada di area mangrove dan di laatar belakangi oleh perbukitan karst. Di kejauhan kita sudah bisa melihat Bukit Gorilla/The Gorilla Mountains. Dinamakan seperti itu karena bentuknya seperti gorilla di kejauhan.
Bukit Gorila
Setelah semua peserta naik, menggunakan life jacket (kapal belum berangkat kalua peserta belum menggunakan life jacket)  kemudian boat kami lambat laun meninggalkan dermaga. Baru berjalan saja kita sudah bisa menikmati keindahan hutan mangrove di kiri kanan jalur cruise. Jalur ini seperti menyusuri sungai padahal lautan. Melewati Bukit Kingkong kemudian mengambil jalur mangrove sebelah kanan. Indahnya lalur mangrove berkelok-kelok ini ditambah dengan bukit-bukit yang membentuk pulau-pulau karst kecil. Dengan keahliannya, pengemudi boat kami sering melakukan manuver dengan kecepatan penuh yang membuat peserta tur berteriak, takut bercampur senang. Jalur mangrove yang terkadang sempit dijadikan seperti ajang formula 1 heheheh. Dan arena ini menjadi semarak dengan banyak nya boat hilir mudik. 
Formasi bukit batu di Kilim Geoforest Park
Formasi bukit batu di Kilim Geoforest Park
Cukup lama berkeliling hutan mangrove sampailah kami di Eage Point, dimana areanya cukup luas, di pemberhentian pertama ini kita bisa melihat banyak burung elang yang menjadi maskot nya Langkawi. Burung-burung yang tadinya berada di pohon-pohon bakau begitu melihat ada kapal yang datang, mereka beratraksi dan bermanuver, jumlahnya sangat banyak sekali, menyambar-nyambar ke permukaan laut (sepertinya ada yang memberi ikan dari kapal lain). 
Eagle Point
Eagle Point
Selanjutnya kembali menyusuri hutan mangrove, sampai di pemberhentian kedua, kapal berhenti dipinggiran hutan mangrove. Di sini kita bisa melihat banyak monyet. Mungkin ini adalah atraksi biasa bagi kami tapi buat wisatawan lain adalah sesuatu yang baru. Monyet-monyet ini berenang menuju kapal kami dan loncat ke pinggiran kapal untuk meminta makan. Wisatawan yang membawa buah bisa memberi makan ke monyet-monyet ini yang sudah jinak (sebenarnya tidak disarankan memberi makan hewan liar). 
Monyet-monyet jinak yang mendekati kapal
Selanjutnya menuju pemberhentian ke tiga yaitu Crocodile Cave.  Meskipu namanya Crocodile Cave (Goa Buaya) namun tidak ada buaya di sini hanya namanya saja. Goa ini hanya berupa lorong/celah yang berada di bawah bukit karst. Karena mulut goa nya kecil dan rendah, kapal kami tidak bisa masuk tapi kapal yang lebih kecil yang buat privat tur bisa masuk. 
Bat Cave
Bat Cave
Dari Crocodile Cave selanjutnya mengambil jalur memutar, terlihat kapal-kapal cruise kecil dan wisatawan yang bermain kano memasuki lorong-lorong hutan mangrove. Ini bisa kalian lakukan jika mempunyai budget lebih dan lebih banyak waktu.
Pemberhentian selanjutnya adalah Bat Cave. Karena di sini semua penumpang turun untuk melakukan short visit ke dalam gua, jadi di jetty kecil goa ini sangat banyak sekali kapal berlabuh. Sebelum memasuki goa pengunjung harus membayar ongkos masuk 4RM/orang. Melewati jembatan kayu yang berada di pinggiran goa sampai ke mulut goa dan harus antre karena banyaknya pengunjung. 
Pemberhentian selanjutnya: Bat Cave
Kapal-kapal yang berlabuh di jetty Bat Cave
Ada guide yang memberikan penjelasan mengenai gua tersebut dan membawakan senter. Di dalam gua yang tidak terlalu besar dan pendek (kalau jauh dengan goa-goa yang kta kenal di Indonesia) terdapat ribuat kelelawar yang bergantung didinding-dinding goa. Pengunjung terlihat antusias menikmati goa ini (walaupun menurut kami biasa saja hehehe). Keluar goa kemudian memasuki hutan mangrove lagi dan keluar lagi melewati lorong-lorong goa. Kami cukup menghabskan 30 menit dari 45 menit yang di siapkan oleh guide. 
Kondisi Bat Cave
Kondisi Bat Cave
Dari Bat Cave kemudian mengambil jalur balik, menyisiri pinggir pulau, di hadapan kami adalah laut lepas, kemudian sampailah ke Puncak Kilim (Kilim Pinnacle), di sinilah terdapat landmark Kilim yang bertuliskan “Kilim Geoforest Park”. Kapal kami tidak terlalu mendekat supaya tulisan di landmark ini bisa terfoto utuh. Setelah beberapa menit diberi kesempatan mengambil foto kemudian kami melanjutkan mampir ke sebuah restoran terapung.
Perjalanan pulang dari Bat Cave
Kilim Pinnacle
Formasi bebatuan di sekitar Kilim Pinnacle
Mampir di restoran ini yang menunya didominasi oleh makanan laut. Jangan takut karena harganya normal, sama aja jika makan di restoran biasa padahal bisa saja pemiliknya memberi harga mencekik toh pengunjung terpaksa makan karena sudah lewat tengah hari namun di sini harganya sangat wajar. Restoran terapung ini mempunyai pemandangan yang sangat bagis, dikeliligi oleh pulau karst, dari sini terlihat Bukit Gozilla di kejauhan. Di resto ini juga tersedia karamba laut yang dibagi-bagi menjadi kolam-kolam yang diisi berbagai jenis ikan khas yang berusia puluhan tahun. Salah seorang petugas memberi hiburankepada pengunjung dengan memberi makan ikan dan mengelus-elus ikan seperti hewan peliharaan seperti pada manta ray. Ada juga ikan nemo, ikan buntel berwarna warni dll. Atraksi ini tidak dipungut biaya alias gratis. Bukan hanya itu, pengunjung juga bebas menggunakan toilet. 
Lokasi resto terapung
Salah satu atraksi di resto terapung
Salah satu atraksi di resto terapung
Salah satu sudut resto terapung
Setelah makan siang, sekitar jam 2 kami kembali ke jetty yang sudah tidak jauh lokasinya dari resto. Turun dari kapal, pengunjung bisa membeli cendera mata berupa foto-foto diri yang sudah dibingkai (tidak wajib beli), layaknya foto-foto sehabis wisuda hehehehe. Sampai di Cenang sekitar jam 3, dan sore nya dihabiskan bersantai di pantai sambil menunggu matahari terbenam.
Cendera mata dengan foto diri

Baca juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah