Jelajah Lombok Bagian 7: Goa Sumur/Bat Cave, Selong Selo Resort dan Bukit Batu Idung
Gua Sumur/Bat Cave
Seperti yang saya tulis sebelumnya,
karena datang kepagian dan tidak ada cahaya matahari masuk jadi kami kembali
lagi ke Gua Sumur setelah mengunjungi Pantai Mawi dan Pantai Semeti. Dari
Pantai Semeti kembali lagi ke arah Pantai Kuta mengikuti jalur lingkar pulau. Sampai
di parkiran kemudian jalan sebentar
menuju rumah penjaga gua yang tepat
berada di sebelah kanan mulut gua.
Oh iya, selama di goa kami tidak
menemukan kelelawar meskipun ada tercium bau belerang (kotoran kelelawar),
mungkin kelelawar ini sudah tidak ada karena semakin ramainya area ini atau
juga juga berada di lorong goa yang gelap.
Dan sembari menunggu makanan siap
dihidangkan, tidak ada salahnya berfoto di spot-spot sekitar restoran berupa
taman dan kolam renang yang tentu saja view nya menghadap ke Pantai Selong
Belanak. Setelah hidangan datang dengan menu tradisional (sesuai pesanan) kami
menikmati makan siang. Setelah itu istirahat sebentar sebelum melanjutkan
perjalanan ke Batu Idung untuk menikmati matahari terbenam. Begitu membayar
bill, yeayyy lumayan dapat diskon 50% hehehe.....
Batu Idung atau Bukit Batu Idung ini berada di perbatasan daerah Lembar dan Gerung-Lombok Barat. Lembar dikenal sebagai pelabuhan penyeberangan ke Bali atau kota-kota di NTB-NTT. Jadi tidak terlalu sulit sebenarnya untuk menuju lokasi ini, cukup arahkan kendaraan ke Pelabuhan Lembar, kira-kira 8km nanti ada pertigaan memasuki jalan desa dan nantinya akan ada pertigaan lagi ke arah kanan dan sampai di sini kondisi jalan sudah mendaki. Jalannya lumayan kecil, berbelok-belok mendaki hingga sampai di sebuah gapura sederhana petunjuk ke Batu Idung. Dari jalan raya Pelabuhan Lembar ke sini bisa tanya-tanya ke penduduk lokal agar tidak nyasar.
Jalan raya Kuta-Selong Belanak |
Jalan masuk mobil ke arah lokasi gua |
Di rumah jaga tertulis tiket masuk ke
gua Rp. 50.000, saya kurang tahu apakah ini tiket masuk untuk wisatawan lokal
atau asing karena kebetulan yang jaga ini adalah temannya Santi. Jadi intinya
saya dan Revan tidak bayar, apakah gratis atau dibayarin sama Santi hahahha.
Sudah ada guide yang menunggu kami dan
mengantar ke gua. Harap di catat bahwa gua di sini bukan seperti gua yang
pintunya berada di sisi bukit namun berada di atas tanah, jadi mirip mulut
sumur makanya nama gua ini adalah Gua Sumur. Untuk turun ke dasar gua, kami
melewati tangga yang dibuat dari kayu yang dirangkai sedemikian rupa. Lumayan
deg-degan dan untungnya tidak terlalu tinggi hanya sekitar 5-6m. di bawah sudah
ada beberapa pengunjung lain namun tidak beberapa lama kami di bawah mereka
selesai kemudian hanya tinggal kami berempat.
Di bawah kami berada di ruang
melingkar dengan diameter sekitar 20m dan terdapat lorong gua yang gelap dan bukan
trek untuk pengunjung. Tujuan utama pengunjung datang ke sini adalah menikmati fenomena
‘Ray of Light (ROL)’ yaitu bias cahaya matahari yang melewati area gelap
melalui celah dan membentuk garis. Dan titik jatuh matahari berada di mulut gua
dan satu lagi lobang yang cukup besar. Dan ROL ini muncul tergantung posisi
matahari dan bisa berubah. Untuk hari ini ROL muncul antara jam 11.00-jam 15.00.
hanya saja, untuk menguatkan bias ini bisa mengguakan asap (salah satu trik
fotografi). Dan guide kami sudah siap dengan membakar ranting untuk
menghasilkan asap.
Setelah bias cahaya yang masuk
terlihat kuat, kami bisa berfoto di dalam cahaya ini. Supaya lebih bagus,
tingkat keterangan (brightness) di HP bisa di atur dengan menurunkannya
sehingga latarnya bisa terlihat gelap. Titip favorit untuk mendapatkan ROL di
goa ini adalah bukan dari mulut goa tempat kami turun tapi adalah lobang yang
berada tepat di tengah goa yang berdiameter sekitar 2m. Selain itu juga terdapat ROL di sekitar tangga
turun. Di sini juga di sediakan properti berupa payung yang bisa dipakai oleh
pengunjung untuk berfoto.
Jalan masuk dari parkiran |
Menuruni tangga gua |
View dari dalam gua |
Ray of Light @Gua Sumur |
Ray of Light @Gua Sumur |
Lewat tengah hari kami naik dan
ngobrol sebentar di saung, mengobrol sambil menikmati garis pantai nun jauh di depan.
Juga terlihat perbukitan yang mulai habis di tambang, berharap semoga goa ini
tetap seperti ini dan tidak tinggal sejarah.
Selong Selo Resort
Tujuan utama kami ke Selong Selo adalah menikmati makan siang dan kebetulan adalah tempat Santi bekerja. Resort ini adalah resort eksklusif dengan villa-villa yang berada di perbukitan yang menghadap ke Pantai Selong Belanak. Juga ada kolam outdoor yang menghadap ke pantai. Dengan pemandangan yang di tawarkan, gak salah banyak artis-artis yang berlibur ke Lombok menginap di sini.
View dari saung |
Tujuan utama kami ke Selong Selo adalah menikmati makan siang dan kebetulan adalah tempat Santi bekerja. Resort ini adalah resort eksklusif dengan villa-villa yang berada di perbukitan yang menghadap ke Pantai Selong Belanak. Juga ada kolam outdoor yang menghadap ke pantai. Dengan pemandangan yang di tawarkan, gak salah banyak artis-artis yang berlibur ke Lombok menginap di sini.
View dari Selong Selo Resort |
Kolam renang outdoor |
Batu Idung atau Bukit Batu Idung ini berada di perbatasan daerah Lembar dan Gerung-Lombok Barat. Lembar dikenal sebagai pelabuhan penyeberangan ke Bali atau kota-kota di NTB-NTT. Jadi tidak terlalu sulit sebenarnya untuk menuju lokasi ini, cukup arahkan kendaraan ke Pelabuhan Lembar, kira-kira 8km nanti ada pertigaan memasuki jalan desa dan nantinya akan ada pertigaan lagi ke arah kanan dan sampai di sini kondisi jalan sudah mendaki. Jalannya lumayan kecil, berbelok-belok mendaki hingga sampai di sebuah gapura sederhana petunjuk ke Batu Idung. Dari jalan raya Pelabuhan Lembar ke sini bisa tanya-tanya ke penduduk lokal agar tidak nyasar.
Kira-kira 50 sampai di rumah penduduk
kemudian parkir. Di sini tidak ada tiket masuk, hanya bayar tiket sekilasnya
saja yang kami beyar setelah turun dari Batu Idung.
Dari parkiran kemudian kami trekking
melewati kebun masyrakat. Makin lama kondisi jalan semakin naik yang cukup
menguras tenaga dan keringat. Jalannya berupa jalan tanah jadi bisa ditebak
kalau musim hujan akan becek dan musim panas begini menjadi berdebu. Kira-kira
20 menit trekking akhirnya sampai ke puncak bukit.
Ternyata puncak bukitnya berbeda
sekali dari yang saya bayangkan. Saya mengira hanya ada batu-batu dan pepohonan
ternyata di sini sudah di kelola dengan bagus dan rapih.di sepanjang sisi
tebing diberi pagar dan dibuat jalan setapak paving block. Juga ada taman
dengan spot-spot selfie yang tentu saja gratis. Terdapat juga warung yang
menjual aneka makanan dan minuman ringan yang harganya normal seperti warung-warung
yang ada di bawah.
Lokasi parkir |
Trekking ke puncak |
Di puncak bukit ini kita bisa melihat sekeliling,
360 derajat. Ke arah barat kita bisa melihat laut dan garis pantai sepanjang Sekotong,
di bagian utara terlihat perbukitan dengan perkampungan penduduk, di arah
sebaliknya terlihat bukit-bukit berlapis yang diselang-selingi oleh
perkampungan penduduk. Karena posisinya ini, Batu Idung dijadikan spot untuk
melihat matahari terbenam/sunset dan matahari terbit/sunrise.
Di sebelah kanan terdapat batu yang
menonjol yang berwarna kecoklatan, dan jika dilihat dari bawah akan terlihat
seperti hidung, makanya bukit ini diberi nama Bukit Batu Idung. Di batu ini
pengunjung bisa berfoto-foto, tapi harus hati-hati karena tidak ada pagar
pengaman dan langsung berhadapan dengan jurang.
Sambil menunggu matahari terbenam,
kami memesan makanan dan minuman ringan.sementara itu ada beberapa pengunjung
memasang tenda untuk berkemah. Hanya saja saya tidak melihat toilet di sini
(saya tidak tahu apakah ada toilet di warung). Setelah menunggu akhirnya
matahari terbenam menhasilkan semburat keemasan. Walaupun tidak sepurna karena
banyak awan namun berada di tempat yang indah, semuanya akan terlihat indah. Sebelum
gelap kami kembali turun karena tidak
ada penerangan disepanjang jalan.
Sebelum penginapan kami mampir ke
sebuah rumah makan yang menjual Sate Rembiga, salah satu makanan khas Lombok. Sate
ini mirip dengan Sate Maranggi khas Purwakarta dengan menggunakan daging sapi
dan bumbu yang manis pedes. Dan kebetulan tempat yang kami datangi sangat
terkenal sehingga pengunjungnya sangat ramai. Ya begitulah Lombok, dengan pemandangan
yang indah dan makanan yang enak...!!!
Salah satu spot Batu Idung |
Sunset di Batu Idung |
Sate Rembiga yang mirip Sate Maranggi |
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!