Taman Nasional Gunung Halimun Salak: Mengunjungi Curug Seribu dan Curug Sawer

Malam tahun baru, karena tidak ada kegiatan yang dilakukan bersama, kami tidur lebih awal bersama dinginnya udara Gunung Salak. Sebelumnya kami menikmati makan malam dsengan nasi yang dimasak sendiri serta rending yang dibawa dari rumah. Kami sudah memperkirakan pastilah tengah malam akan terbangun dengan meriahnya perayaan pergantian tahun. Bener saja, tepat jam 12 kami tebangun oleh suara kembang api riuh rendah. Kami keluar kamar, ikut menikmati pemandangan kembang api. Terlihat percikan-percikan kembang api di kota bawah juga kembang api dari masyarakat terdekat dan dari beberapa pengunjung penginapan. Setelah beberapa lama kamipun melanjutkan tidur…..
Pagi-pagi, kayaknya males banget beranjak dari tempat tidur….. setelah sarapan jam 7 pagi berupa nasi goreng (free dari penginapan buat 4 orang), kegiatan disisi dengan main disekitar penginapan. Jam 8 saya dan  Revan berencana ke Curug Seribu dan Curug Muara. Karena info awal trek menuju kesana lumayan jauh, jadi cuman saya dan Revan saja yang ke sana. Setelah mempersiapkan segala sesuatu (gak pake mandi hehehehe) kami pun berangkat. Jarak dari penginapan ke gerbang masuk Curug Seribu gak terlalu jauh, palingan sekitar 3km. Jalan masuk ke Curug Seribu/Muara tidak begitu jauh dari Curug Cigamea.
Di parkir banyak sekali terlihat motor-motor dan beberapa mobil, sepertinya kepunyaan pengunjung yang kempind di sini. Setelah parkir, kamipun turun. Di bawah terlihat berjejer kiri-kanan warung warung dengan bale-bale yang diisi oleh pengunjung yang makan minum atau tidur-tiduran. Nah disini kita akan melihat 2 spanduk yang menunjukkan arah ke Curug Seribu di kanan dan Curug Ciparay Muara Herang di sebelah kiri.
Kamipun mengambil arah kanan ke Curug Seribu.Oh iya di sini juga terpasang sanduk-spanduk yang meningatkan agar para penderita asma dan penyakit jantung dilarang ke Curug Seribu.
Melewati spanduk kemudian kita akan melewati area camping ground yang luas, terlihat lumayan banyak tenda-tenda yang berdiri hari itu.
Camping Ground
Setelah melewati camping ground kita akan memasuki jalan menurun, tapi gak usah kuatir, jalannya rapi/bagus yang dipasagi bebatuan gunung. Disini kita bisa jalan santai dengan menikmati udara pegunungan.
Beberapa ratus meter kemudian kita akan menemukan loket masuk. Di sini kita akan didata/di catat, gak sampe detail kok, gak pake tinggal KTP segala hehehhe. Cuman ditanya asal daerah. Biaya masuk per orang adalah Rp. 10.000. Dari pos ini kita akan memasuki jalur trekking yang lumayan ekstrim, jalurnya sampai ke menurun menyusuri pinggir bukit dengan kemiringan lebih dari 75 derajat. Karena jalurnya berada di sisi bukit, kita harus extra hati-hati. Di sepanjang jalur terlihat banyak pengunjung yang berhenti sejenak untuk istirahat (ini baru turun loh, belum pulangnya hehehe). Di beberapa titik terlihat spanduk-spanduk yang dipasang sebagai peringatan buat pengunjung supaya berhati-hati ataupun jangan membuang sampah sembarangan.
Setelah melewati turunan terjal dengan perjuangan penuh darah dan air mata…. (kayak merebut kemerdekaan aja ya guys… ) kita akan bertemu dengan Curug Sawer. Curug ini cocok dijadikan tempat istirahat sejenak, biasanya dipake buat foto-foto hehehe. Curug ini tidak terlalu besar, airnya juga tidak jatuh langsung ke kolam tapi melewati bebatuan tebing. Nah kalau sudah ketemu curug ini, melewati sedikit tebing di depan kita akan melihat Curug Seribu di kejauhan dengan suara gemuruhnya…
Curug Sawer
Curug Sawer
Dari Curug Sawer kira-kira 10 menit kita akan bertemu Curug Seribu, curug yang menyandang predikat sebagai curug tertinggi di Jawa Barat. Kalau kalian ke sini, cobalah perhatikan tebing di sisi kiri, akan terlihat banyak curug-curug kecil. Jadi gak salah kalau curug ini dinamakan curug Seribu.

Tebing kanan terdapat banyak curug kecil-kecil
Tebing kiri adalah lokasi yang tepat untuk menikmati keindahan curug ini. Tapi karena tinggi dan besarnya aliran air yang jatuh, kita akan terkena tampias dan akan sedikit ribet kalau mengambil foto apalagi dengan slow speed, selalu saja terlihat bintik-bintik air di hasilnya. Di sisi tebing terpasang pagar pembatas dari kayu yang menandakan agar pengunjung tidak melewati batas tersebut. Turun ke bawah, ke area sungai, terlihat banyak pengunjung, ada yang mandi, foto-foto atau cuman sekedar menikmati pemandangan. Di bawah juga dipasang tali pembatas dengan kain berwarna merah, ini adalah batas pengunjung.
Nah buat kalian yang lapar atau haus, tersedia warung yang jualan sate dan snack/minuman ringan. Harga sebotol minuman mineral 600ml disini Rp. 10.000, lebih dari 2x lipat harga normal, wajar sih mengingat medan yang ditempuh untuk mencapai area ini hehehehe.
Cuman sayang, cukup banyak sampah berserakan di area bawah terutama bekas botol minuman mineral. Meski saya menemukan 2 orang petugas/relawan yang mengumpulkan sampah dan mengangkutnya ke atas tetap saja masih ada sampah berserakan.
Setelah puas mengambil foto kami balik…. Perjalanan pulang ditempuh dengan tenaga lebih hua hua hua….. berat ya buat yang gak suka olah raga seperti saya… Di beberapa titik terjadi kemacetan gan…. dah kayak antrian nonton Avengers. Ini karena jalan yang sempit, harus geatian ditambah ada yang berhenti istirahat, etc, etc. Jadi kalo kalian beniat berkunjung ke sini silahkan bawa tubuh yang fit… :p
Macet... macet...
Gak perlu detail ya pembaca, pokoknya kami harus balik segera karena mau ke Curug Muara Herang hehehe. Karena jalurnya beda, jadi kami harus balik lagi ke gerbang depan….. di sinilah aku merasa sedih….

Link terkait:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)