Wisata Tenjolaya-Bogor Part II: Situs Megalitik Kawasan Cibalay dan Curug Cipeuteuy
Kemaren, 29 Januari 2017, melanjutkan perjalanan minggu lalu ke Tenjolaya, kali ini saya mengunjungi Situs Megalitik Cibalay.
Kali ini saya, Revan dan Otoy berangkat bareng. Menggunakan 2 motor, kami janjian bertemu di Pancasan. Sebenarnya trip kali ini hampir saja batal karena pagi-pagi sudah hujan. Akhirnya jadi juga berangkat jam 7-an. Selain mempersiapkan kamera, juga mempersiapkan waterproof bag, dan jaket. Juga gak lupa mempersiapkan makanan.
Rute yang kami ambil sama dengan rute sebelumnya. Klik link berikut: Curug Luhur dan Curug Kiara
Cuaca pagi itu bener-bener tidak bersahabat, mendung dan disepanjang jalan kadang-kadang disiram gerimis. Di beberapa tempat terlihat bekas hujan. Gunung Salak yang bisa anya terlihat jelas, pagi itu tertutup awan.
Petunjuk arah ke Situs ini tidaklah sulit, setelah melewati Curug Luhur, cuman sekitar 300m setelah tanjakan sadis, akan terlihat plang besar di sebelah kiri yang menunjukkan arah ke Situs.
Kami memasuki jalan yang lebarnya cuman cukup buat 1 mobil. Jadi kalau kalian ada yang bawa mobil, usahakan pagi-pagi, kalau kesiangan/sore, agak merepotkan kalau ada mobil balik dari arah depan. Jalannya lumayan mulus, menggunakan concrete/cor-coran. Setelah agak lama, mentok didepan terlihat satu rumah yang digunakan untuk parkir, terlihat lumayan banyak motor sekitar belasan dan 1 mobil.
Setelah parkir, kami pun jalan kaki, gak perlu takut karena jalannya terlihat jelas. Beberapa ratus meter di depan, jalannya terlihat baru di buat, dari bebatuan yang berakhir di Tanah yang agak luas (sepertinya nanti akan dijadikan buat parkir). Setelah itu kita akan melewati jalan setapak....
Melewati semak dan persawahan dengan latar Gunung Salak yang malu-malu, cukup membuat raga kita fresh...... segeeeeer.
Gak lupa kami selfie-selfie dulu hehehehe..... mumpung gak dilarang.
Di atas persawahan terlihat hutan pinus yang masuk wilayah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), yang juga adalah tujuan kami. Gak terlalu jauh, palingan 500m (kata si Ibuk yang jaga parkir sih 1km hehehe), akhirnya kamipun sampai di gerbang Kawasan Situs Cibalay.
Di atas persawahan terlihat hutan pinus yang masuk wilayah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), yang juga adalah tujuan kami. Gak terlalu jauh, palingan 500m (kata si Ibuk yang jaga parkir sih 1km hehehe), akhirnya kamipun sampai di gerbang Kawasan Situs Cibalay.
Oh iya belum dijelasin hehehe, biar gak bingung, Cibalay adalah nama Desa dimana situs-situs Megalitik ini berada, nah katanya sih ada 8 situs (dan masih ada yang baru ditemukan), di antaranya Situs Arca Domas (yang terluas), Situs Kebon Kopi, Situ Jami Picing, Situs Batu Bergaris, Situs Bale Kembang, dll. Situs Cibalay ini, menurut penelitian, sudah berumur 5.000-6.000 tahun. Nah kebayang kan, nenek moyang kita sudah mendiami wilayah ini sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Dan saat itu nenek moyang kita sudah mempunyai kebudayaan... bangga dong :D.
1. Situs Bale Kembang
Situs ini kita temukan persis di dekat gerbang masuk Kawasan Situs. Situs ini gak terlalu luas, kira-kira seluas lapangan bulu tangkis. Terlihat bekas galian Tanah, sepertinya ini baru ditemukan. Telihat susunan batu pipih-pipih dan ditengahnya terlihat menhir, jadi ini adalah tempat pemujaan jaman dulu.Di sekitarnya tersebar menhir-menhir yang lebih kecil.
Situs Bale Kembang |
2. Situs Arca Domas
Memasuki gerbang utama (eh iya, disini gak ada penjaga loketnya yes.... alias gak ada pungutan legal ataupun illegal hehehhe.... (cukup kita sebagai pengunjung merawatnya aja dengan tidak membuang sampah sembarang... hehehhe), terlihat tangga naik yang terbuat dari semen. Terlihat 2 orang karyawan sedang bersih-bersih area, meski cuman daun-daun yang jatuh, tetap dibersihkan, gak heran kawasan ini cling.....
Beramah-tamah sebentar, kami melanjutkan langkah. Terlihat batu-batuan berundak, serta menhir-menhir yang tersebar. Hanya satu kata.... takjub.... #emoji takjub.
Beramah-tamah sebentar, kami melanjutkan langkah. Terlihat batu-batuan berundak, serta menhir-menhir yang tersebar. Hanya satu kata.... takjub.... #emoji takjub.
Di naungi oleh pohon-pohon besar dengan akar-akar yang eksotis dan lumut-lumut tebal, menjadikan tempat ini bener-bener adem.... Situs ini dikelilingi oleh kawat, dan terlihat plang peringatan. Terlihat beberapa karyawan (?) yang sedang bersih-bersih.
Memasuki pintu masuk Situs... #takjub lagi. Terlihat bebatuan tersusun rapi, dan menhir yang tersebar. Saya membayangkan dahulunya apakah dijadikan tempat ini tempat berkumpul dalam artian religi? Perayaan? Ritual? Semedi? ... Tidak ada yang bisa menjelaskan dengan pasti ....
Menapaki jalan setapak yang rapih menuju saung di sebelah kiri, kami bertemu dengan pak Wahyu, Juru Kunci situs ini. Pak Wahyu juga menjelaskan kalau di sini juga salah satu Petilasan Prabu Siliwangi. Gak heran kalau disini banyak datang peziarah.
Oh iya di sini disediakan 2 saung. Pas kebetulan kesana, cukup banyak peziarah yang datang dari kemaren, artinya mereka bermalam disini. Nah buat kalian yang mau bermalam, silahkan, saungnya bisa dipakai atau kemping?
Dari Pak Wahyu juga saya dapat info kalau Situs ini (ada 4 situs termasuk Gunung Padang) berada dalam naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. Kok bisa? Nah itu juga yang menjadi pertanyaan saya hehehehe...
Sebenarnya ngobrol-ngobrol di saung juga sekalian menunggu hujan reda hehehehe.Setelah sedikit reda saya pun masuk kedalam area situs untuk foto-foto.
Setelah hujan agak redaan, kamipun menuju situs selanjutnya.
3. Situs Kebon Kopi
Tidak beberapa jauh dari Situs Arca Domas, di tengah perkebunan kopi, kita bisa melihat SItus Kebon Kopi. Areanya tidak terlalu luas. Ada beberapa menhir (lengkap dengan bebatuan disekitarnya) yang menyebar.
4. Situs Jami Picing
Beberapa ratus meter dari Situs Kebon Kopi kita akan menemukan Situs Jami Picing. Situs ini dinamakan sesuai dengan nama penemunya. Kita sebut aja Abah Picing :D. Menurut pak Wahyu, situs ini bisa dibilang Taman Sri Wedari, berupa taman yang ditengahnya dilalui kali kecil. Berada di tengah antar 2 bukit. Yang cukup emnarik di sini, ada sebuah batu menyerupai kursi dengan lekukan yang sesuai kontur tubuh manusia. Apakah kursi ini digunakan oleh tetua atau orang yang berpengaruh pada zamannya?
Di luar area pagar, di sebelah kiri kita bisa menemukan situs yang sepertinya masih baru. Juga di kanan atas kita bisa menemukan beberapa situs.
Mengambil jalan kiri, naik ke perbukitan memasuki hutan bambu, beberapa ratus meter didepan akan ada jalan bercabang 2. Ke kanan menuju Situs Batu Bergores dan ke kiri menuju Curug Cibalay (info nya ini dapat dari Pak Wahyu setelah kami balik ke saung hehehe). Awalnya kami mau ke curug Cibalay, pas dipertigaan ini kami ragu, karena sudah jauh (padahal kata pak Wahyu cuman 200 m hahahha), akhirnya kami memutuskan balik. Jalan menuju saung, di kejauhan di bukit seberang terlihat situs, ternyata itu adalah situs Batu Bergores (info dari pak Wahyu lagi hehehe). Kami janji nanti akan balik lagi ke sini buat hunting Curug Cibalay, Situs Batu Bergores dan situs lainnya.
Setelah sampai ke saung dan ngobrol sebentar dengan pak Wahyu, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Cipeuteuy.
5. Curug Cipeuteuy
Jalan ke curug berlawanan lokasinya dengan situs, dari saung kita ambil ke kiri, melewati sisi bukit/hutan bambu.
Beberapa ratus meter di depan kita akan memasuki hutan pinus. Di hutan pinus kita akan menemukan Camping Ground, terlihat beberapa tenda yang terpasang dan satu warung.
Gak jauh dari camping ground, menuruni bukit sekitar 50 m kita akan menemukan Curug Cipeuteuy.
Curug Cipeuteuy, adalah curug kecil, ada curug-curug kecil di sepanjang tebingnya yang airnya berkumpul di satu kolam yang bening. Kebetulan hari itu debit airnya kecil, seharusnya curug utamanya beraliran lumayan besar.
Ada 3 orang anak muda (2 cewe dan 1 cowo) asik selfie-selfie tiada henti di depan curug. Jadi biarin dulu deh, saya ke bawah dulu mengambil foto, di aliran curug ada lagi curug kecil yang jatuh dan melewati tebing sempit.
Setelah mengambil foto dan naik lagi ternyata anak-anak muda tersebut belum selesai selfi... OK.. kesabaran Aa udah lewat, akhirnya saya tegus aja minta gantian saya mau ambil foto.
Setelah selesai ambil foto kamipun kembali. Sesuai kesepakatan, kami bertiga setuju untuk ke Curug Ciampea.
Oh iya, karena tidak ada karcis masuk ke situs dan curug, kami cuman ngasih duit jajan buat anak Pak Wahyu...
Sebelum pulang kami sempat berfoto dengan pak Wahyu
Melewaati sisi Situs, terlihat karyawan yang sedang membersihkan area situs dari dedaunan, gak heran kalau area ini bersih dan terawat. Mudah-mudahan area ini akan tetap terjadi dan dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Di sepanjang perjalanan menuju parkiran, kami berpapasan dengan pengunjung-pengunjung yang baru datang, mulai dari anak-anak muda berkelompok sampai keluarga yang kelihatan seperti ingin pergi berziarah. Sampai di parkiran kami pamit ke ibu yang punya rumah, dan cukup bayar parkiran Rp. 5.000.
Biaya-biaya:
- Parkir di rumah warga: Rp. 5.000
- Masuk situs: 0 (seiklasnya ada kotak amal)
- Masuk curug: 0
Link terkait:
- Curug Ciampea
- Curug Luhur dan Curug Kiara
- Curug Nangka
- Curug Kawung dan Curug Daun
- Pura Pasar Agung dan Kampoeng Salaka
- Curug Cipeuteuy dan Leuwi Anteng
- Curug Sawer
Memasuki pintu masuk Situs... #takjub lagi. Terlihat bebatuan tersusun rapi, dan menhir yang tersebar. Saya membayangkan dahulunya apakah dijadikan tempat ini tempat berkumpul dalam artian religi? Perayaan? Ritual? Semedi? ... Tidak ada yang bisa menjelaskan dengan pasti ....
Menapaki jalan setapak yang rapih menuju saung di sebelah kiri, kami bertemu dengan pak Wahyu, Juru Kunci situs ini. Pak Wahyu juga menjelaskan kalau di sini juga salah satu Petilasan Prabu Siliwangi. Gak heran kalau disini banyak datang peziarah.
Dari Pak Wahyu juga saya dapat info kalau Situs ini (ada 4 situs termasuk Gunung Padang) berada dalam naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten. Kok bisa? Nah itu juga yang menjadi pertanyaan saya hehehehe...
Sebenarnya ngobrol-ngobrol di saung juga sekalian menunggu hujan reda hehehehe.Setelah sedikit reda saya pun masuk kedalam area situs untuk foto-foto.
Situs Arca Domas |
Situs Arca Domas |
Situs Arca Domas |
Setelah hujan agak redaan, kamipun menuju situs selanjutnya.
3. Situs Kebon Kopi
Tidak beberapa jauh dari Situs Arca Domas, di tengah perkebunan kopi, kita bisa melihat SItus Kebon Kopi. Areanya tidak terlalu luas. Ada beberapa menhir (lengkap dengan bebatuan disekitarnya) yang menyebar.
Situs Kebon Kopi |
Situs Kebon Kopi |
Beberapa ratus meter dari Situs Kebon Kopi kita akan menemukan Situs Jami Picing. Situs ini dinamakan sesuai dengan nama penemunya. Kita sebut aja Abah Picing :D. Menurut pak Wahyu, situs ini bisa dibilang Taman Sri Wedari, berupa taman yang ditengahnya dilalui kali kecil. Berada di tengah antar 2 bukit. Yang cukup emnarik di sini, ada sebuah batu menyerupai kursi dengan lekukan yang sesuai kontur tubuh manusia. Apakah kursi ini digunakan oleh tetua atau orang yang berpengaruh pada zamannya?
Situs Jami Picing |
Situs Jami Picing |
Situs Jami Picing |
Situs Jami Picing |
Kursi batu (kiri) |
Mengambil jalan kiri, naik ke perbukitan memasuki hutan bambu, beberapa ratus meter didepan akan ada jalan bercabang 2. Ke kanan menuju Situs Batu Bergores dan ke kiri menuju Curug Cibalay (info nya ini dapat dari Pak Wahyu setelah kami balik ke saung hehehe). Awalnya kami mau ke curug Cibalay, pas dipertigaan ini kami ragu, karena sudah jauh (padahal kata pak Wahyu cuman 200 m hahahha), akhirnya kami memutuskan balik. Jalan menuju saung, di kejauhan di bukit seberang terlihat situs, ternyata itu adalah situs Batu Bergores (info dari pak Wahyu lagi hehehe). Kami janji nanti akan balik lagi ke sini buat hunting Curug Cibalay, Situs Batu Bergores dan situs lainnya.
Setelah sampai ke saung dan ngobrol sebentar dengan pak Wahyu, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Cipeuteuy.
5. Curug Cipeuteuy
Jalan ke curug berlawanan lokasinya dengan situs, dari saung kita ambil ke kiri, melewati sisi bukit/hutan bambu.
Menuju Curug Cipeuteuy |
Beberapa ratus meter di depan kita akan memasuki hutan pinus. Di hutan pinus kita akan menemukan Camping Ground, terlihat beberapa tenda yang terpasang dan satu warung.
Camping Ground |
Camping Ground |
Curug Cipeuteuy, adalah curug kecil, ada curug-curug kecil di sepanjang tebingnya yang airnya berkumpul di satu kolam yang bening. Kebetulan hari itu debit airnya kecil, seharusnya curug utamanya beraliran lumayan besar.
Ada 3 orang anak muda (2 cewe dan 1 cowo) asik selfie-selfie tiada henti di depan curug. Jadi biarin dulu deh, saya ke bawah dulu mengambil foto, di aliran curug ada lagi curug kecil yang jatuh dan melewati tebing sempit.
Setelah mengambil foto dan naik lagi ternyata anak-anak muda tersebut belum selesai selfi... OK.. kesabaran Aa udah lewat, akhirnya saya tegus aja minta gantian saya mau ambil foto.
Curug Cipeuteuy |
Curug Cipeuteuy |
Oh iya, karena tidak ada karcis masuk ke situs dan curug, kami cuman ngasih duit jajan buat anak Pak Wahyu...
Sebelum pulang kami sempat berfoto dengan pak Wahyu
Melewaati sisi Situs, terlihat karyawan yang sedang membersihkan area situs dari dedaunan, gak heran kalau area ini bersih dan terawat. Mudah-mudahan area ini akan tetap terjadi dan dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Di sepanjang perjalanan menuju parkiran, kami berpapasan dengan pengunjung-pengunjung yang baru datang, mulai dari anak-anak muda berkelompok sampai keluarga yang kelihatan seperti ingin pergi berziarah. Sampai di parkiran kami pamit ke ibu yang punya rumah, dan cukup bayar parkiran Rp. 5.000.
Biaya-biaya:
- Parkir di rumah warga: Rp. 5.000
- Masuk situs: 0 (seiklasnya ada kotak amal)
- Masuk curug: 0
Link terkait:
- Curug Ciampea
- Curug Luhur dan Curug Kiara
- Curug Nangka
- Curug Kawung dan Curug Daun
- Pura Pasar Agung dan Kampoeng Salaka
- Curug Cipeuteuy dan Leuwi Anteng
- Curug Sawer
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!