Kembali ke Kampung Wisata Ciwaluh: Berkemah dan Mengunjungi Curug Cisadane



Sabtu, 13 Juni 2020
Berkemah di Kampung Wisata Ciwaluh
Melanjutkan cerita tentang  Kampung Wisata Ciwaluh, sepertinya masih belum bisa move on dari kunjung sebelumnya, kami balik lagi ke sini untuk berkemah dan melanjutkan petualangan ke Curug Cisadane esok paginya. Kunjungan kali ini kami datang dengan rombongan yang lumayan banyak yaitu saya, Revan, Jay, Erland, Reza, Aidil, Ira dan Liki. Jadi kami menggunakan 4 motor ke sini. Karena berkemah, jadi gak perlu datang pagi-pagi. Kami berangkat sehabis zuhur, janjian, berangkat bareng dan sampai di lokasi jam 3 lewat.

Di lokasi kami ketemu mas Andri yang minggu lalu sempat diskusi mengenai ini. Kami diinfokan tentang lokasi berkemah, toilet, rencana ke Curug Cisadane esok pagi, dan makanan buat bekal ke curug serta makan siang sehabis dari curug. Untuk biaya masuk masih tetap Rp. 5.000 dan biaya berkemah belum ada tarif resminya sehingga bayar berkemahnya masih Rp. 5.000.

Karena sudah sore, pengunjung sudah mulai habis. Kami memasang tenda yang berjumlah 4 buah. Lokasi tenda kami berada dekat aliran Sungai Cisadane yang juga menjadi lokasi pemandian. Jam 5 sudah tidak ada pengunjung dan kamipun puas menikmati aliran Sungai Cisadane ini yang airnya sangat jernih dan dingin. Meskipun tidak dalam namun berarus lumayan deras dan enak buat main ban.
Malamnya kita habiskan dengan ngopi-ngopi, makan malam yang dibawa dari rumah dan main kartu.

Curug Cisadane
Pagi-pagi sekitar jam 6 kami sudah siap-siap untuk ke Curug Cisadane. Janjian dengan Mas Andri di parkiran dan kami ditemani oleh 2 orang guide dan kebetulan gabung dengan 2 orang pengunjung dari Depok. Ke curug kami cuman berenam minus Ira dan Aidil. Perjalanan ke Curug Cisadane ini memakan waktu kira-kira 2 jam perjalanan dalam keadaan normal.

Setelah semua siap kamipun menuju ke Curug Cisadane ditemani oleh 2 orang guide, 1 berjalan di depan dan 1 di belakang dengan jumlah peserta 8 orang (kami berenam dan 2 tamu lain). Berangkat pagi-pagi sekali sehingga cuaca masih sangat segar dengan sinar matahari yang masih lembut. Melewati sawah-sawah yang kemaren kami lewati seaktu ke Curug Ciawitali. Sampai di pertigaan ke Ciawitali kami berjalan lurus ke arah hulu Sungai Cisadane. Kebetulan tadi malam tidak hujan jadi air sungai sangat jernih dan debitnya normal.
Suasana pagi
Suasana pagi
Setelah melewati pematang sawah, naik turun bukit hingga kami sampai perbatasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan melintasi Sungai Cisadane untuk pertama kali. Melewati batas sungai kemudian kita akan memasuki area hutan. Karena jalur ini mengikuti jalur sungai makan akan selalu basah. Nah buat kalian yang mau ke sini, sebaiknya di musim kemarau karena kalau saya hitung pas berangkat ini kami menyeberangi 17x Sungai Cisadane, jadi kalau di musim hujan akan berbahaya kalu tiba-tiba airnya naik dan terjebak.
Mulai masuk hutan
Karena keluar masuk sungai, maka jalur yang kita lewati selalu basah jadi sangat hati-hati ketika melewati jalan tanah dan bebatuan yang licin. Seringnya kita melewati jalur bukit yang dibawahnya sungai/jurang dengan kontur miring. Terkadang kita menuruni bukit dengan berpegangan pada akar-akar pohon, di sini butuh kerja sama team untuk saling bantu-membantu.  Namun kelelahan ini tergantikan dengan pemandangan hutan dan sungai dengan bebatuannya yang cantik. Merasakan air sungai yang mengalir membuat badan terasa segar. Sesekali kami berhenti di spot-spot cantik untuk berfoto sekaligus rehat sejenak.
Melintasi sungai
Menuruni bukit
Menuruni bukit sambil memegang akar pohon
Tak terasa, kami menempuh 2 jam perjalanan, sampai di lokasi curug sekitar jam 9.00. beberapa puluh meter dari curug terdapat area yang rata dan cukup luas buat kalian yang mau berkemah di sini. Sampai di curug ternyata sudah ada beberapa pengunjung yang datang lebih dahulu.

Menyaksikan keindahan Curug Cisadane ini, menghilangkan kepenatan akibat 2 jam perjalanan. Dengan ketinggian sekitar 40-50m, curug ini mempunyai debit yang besar sehingga menghasilkan tampias yang memenuhi lembah. Air ini jatuh melewati batu tebing yang berwarna hitam yang mengkilat terkena cahaya matahari. Area yang selalu basah ini dipenuhi bebatuan yang licin dan tanaman-tanaman air yang tumbuh subur.

Untuk bermain air dan berfoto-foto, pengunjung tidak ada yang berani mendekati area curug, cukup dipinggir-pinggir kolamnya saja. Ada batang pohon besar mati yang melintang yang bisa dipakai buat berfoto dengan latar curug. Atau kalian juga bisa naik ke tebing yang ada di sisi kanan. Airnya yang dingin dan sangat segar benar-benar membuat badan menjadi segar kembali dan membangkitkan tenaga buat pulang nantinya.
Curug Cisadane
Curug Cisadane yang menyegarkan
Curug Cisadane yang menyegarkan
Setelah puas bermain air kemudian kami sarapan pagi yang tadi dipesan lewat Mas Andri. Meskipun menunya sederhana namun kami makan dengan lahap karena kelaparan. Sebelum pulang kami sempatkan untuk foto bersama di depan curug. Di perjalanan pulang kami berpapasan dengan banyak pengunjung yang datang berombong-rombongan, ada yang pakai guide ada yang gak pakai. Buat kalian yang sudah pernah ke Curug Cisadane ini tidak perlu membawa guide ke sini.
Berfoto sebelum pulang
Sampai di tenda, karena sudah basah-basah, kami lanjut berenang di Sungai Cisadane. Di lokasi sangat banyak pengunjung baik yang lokal atau pendatang yang biasanya berombongan. Yang paling banyak anggota rombongannya adalah komunitas bersepeda. Setelah puas bermain air kemudian menyantap makan siang berupa menu nasi liwet yang kami pesan lewat mas Andri. Setelah makan siang dan beberes kemudian lanjut pulang. Sayonara Kampung Ciwaluh, 2x datang ke sini dan tidak membuat bosan, mungkin suatu saat kami akan datang lagi ke sini untuk petualangan yang lain.
Bermain air sebelum pulang
Ngaliwet
Kunjungi juga link terkait:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)