Pesona Alam Minangkabau: Air Terjun Nyarai



 "Begitu menyentuh sejuknya air sungai, kelelahan karena perjalanan langsung hilang"

12. Air Terjun Nyarai
Rabu, 28 Juni 2017
Mengunjungi Air Terjun Nyarai ini adalah salah satu wishlist saya tahun ini dan merupakan kelanjutan perjalanan di mudik tahun lalu yang tidak kesampaian. Belajar dari tahun lalu, kali ini kami berangkat pagi.
Tidak sulit untuk mencapai lokasi yang berada di Lubuk Alung, Padang Pariaman ini. Dari pusat kota Padang menuju utara (ke arah Bukuttinggi) melalui jalan propinsi, akan terlihat jelas plang besar yang berada di sisi kanan jalan. Menuju arah air terjun ini juga dipasang petunjuk-petunjuk arah disisi-sisi jalan. Di sana terpampang jelas tulisan ‘Wisata Minat Khusus, Air Terjun Nyarai”. Mengapa minat khusus? Karena trekkingnya yang lumayan lama sekitar 2-2,5 jam kondisi normal berjarak sekitar 5km memasuki Hutan Gamaran. Jadi diperlukan fisik yang kuat dan yang paling penting keinginan yang kuat. Dan sebagai catatan, lokasi wisata ini juga sudah pernah diliput tim My Trip My Adventure (MTMA) yang disiarkan oleh salah satu TV Swasta nasional.
Sampai di parkiran mobil (kalau motor bisa lanjut ke posko) yang tahun lalu terakhir kami sampai sini. Karena saya membawa banyak ponakan kecil-kecil, jadi yang gak sanggup jalan menunggu di lokasi ini. Dan di sini anak-anak bisa menunggu sambil berenang karena dilewati aliran sungai yang sangat jernih dan dangkal. Hanya saya, Adi (sepupu) dan Ocha (ponakan) yang berangkat. Dari sini kami naik ojek ke posko yang jaraknya sekitar 1km, dengan ongkos Rp. 10.000 PP.
Sampai di posko sudah banyak berkumpul kelompok-kelompok kecil, ada yang dibriefing dan ada yang menunggu. Kemudian kami registrasi, cukup mencatat nama dan asal, kemudian membayar tiket masuk Rp. 20.000 per orang, min. 5 orang per paket jadi kami meski bertiga harus membayar Rp. 100.000 sudah termasuk guide. Jadi semua rombongan yang ke Nyarai meskipun 1 orang akan ditemani 1 orang guide (lumayan kan buat meningkatkan perekoniman masyarakat sekitar). Setelah mendapatkan guide kamipun berangkat. 
Posko Nyarai
Briefing
 
Awal trek kita melewt semak belukar dengan jalan tanah yang dipadatkan. Di sekeliling terlihat bukit-bukit perawan yang termasuk dalam kawasan hutan konservasi. Kemudian kami menemukan aliran sungai, disini kita bisa menemukan sebuah warung yang menjual aneka makanan dan minuman ringan. Di sini juga dijadikan tempat istirahat pengunjung yang akan memasuki area hutan ataupun pengunjung yang pulang karena kelelahan. Di sini juga bisa dipakai untuk bersantai ataupun berenang buat pengunjung yang tidak kuat trekking.
 
 
Memasuki kawasan hutan, disini ada spot yang disebut Ngungun, berupa area sungai yang  cukup dalam, berair jernih sehingga kelihatan dasar sungai, berwarna hijau tosca. Di atas Ngungun ini ada aliran yang cukup deras melewati dua tebing, kelihatannya dalam, mirip Leuwi Liek di Bogor, tapi tentunya disini lebih besar dan lebih bagus.
Ngungun
Ngungun
Tidak beberapa jauh kami menemukan Batu Tudung, yaitu batu yang bertumpuk di atas batu lain, dan spot di sini sangat-sangat menggoda sekali untuk berenang. Kamipun diberi waktu oleh guide untuk mengambil foto di sini. 
Batu Tudung
Batu Tudung
Batu Tudung
Selanjutnya, sepanjang perjalanan, kami menyusuri tebing yang berada dipinggir sungai, perlu kehati-hatian melangkah. Di bawah terlihat sungai yang mengalir deras dan bebatuan yang beraneka ragam ukuran sampai sebesar rumah (rumah tipe 24 atau 36 kali ya hahhaha). Benar-benar surga buat pecinta air dan sungai. Kalau sungai ini ada di Bogor, pastilah sudah ramai oleh pengunjung yang membludak seperti cendol (seperti yang kita lihat di kawasan Leuwi Hejo kala weekend).
Salah satu spot di jalur trekking
Salah satu spot di jalur trekking
Salah satu spot di jalur trekking
Salah satu spot di jalur trekking
Sampai di satu pertigaan, dimana ada 2 jalur. Jalur kanan menyeberang sungai dan jalurnya gak terlau ekstrim tapi agak jauh. Sementara jalur kiri agak dekat tapi jalurnya lebih ekstrim dan banyak pacet (karena jarang dilalui). Kami memilih jalur kanan, menyeberang sungai, meski dangkal tapi arusnya lumayan kuat jadi harus hati-hati ketika menginjak bebatuan. 
Persimpangan
Jalur sungai
Setelah menyeberang sungai, tidak beberapa lama akhirnya kami mendengar keriuhan pengunjung dikejauhan. Akhirnya sampai juga, total perjalanan sekitar 2 jam 15 menit. Untuk menyeberang, kami melewati jembatan pohon besar yang tumbang dan melintangi sungai. Buat yang gak bisa berenang mesti hati-hati karena di sekitar pohon airnya dalam sekitar 2m dan arusnya sangat deras. Begitu menyentuh sejuknya air sungai, kelelahan karena perjalanan langsung hilang.
Sampai diujung kemudian kami memanjam batu besar yang dibantu oleh pengunjung lain yang berada di atas. Sampai di sini, menyaksikan kemegahan Air Terjun Nyarai, cuman ada satu kata, megah!!!. Keindahan air terjun ini sukar dilukiskan dengan kata-kata. Dikelilingi tebing-tebing batu dan hutan perawan, diujung terlihat air terjun, bak lukisan!!!. 
Di bawah terlihat pengunjung berenang menikmati kesejukan air. Juga terlihat beberapa pengunjung loncat dari tebing kiri. Meski tidak ada tulisan peringatan ataupun tali pembatas, tampaknya pengunjung mengikuti petunjuk ketika di briefing untuk tidak mendekati air terjun, atau melewati kolam yang ada di antara dua tebing sempit. Secara logika benar juga karena di area tersebut adalah pertemuan aliran sungai dan air terjun dari atas, jadi disekitar kolam dekat air terjun akan terbentuk pusaran.
Di lokasi ini juga ada satu warung saja yang menjual aneka makanan dan minuman. Karena kecapean dan lapar, kami memesan mie instan dan teh hangat. Oh iya di sini gak ada makanan berat, jadi buat kalian yang mau ke sini silahkan bawa bekal makanan.
Selesai makan, kamipun berenang. Barang-barang bawaan dititip di warung. Karena Ocha tidak bisa berenang, kami hanya berenang di aliran sungai dekat warung. Di sini lumayan banyak juga pengunjung terutama anak-anak, atau orang dewasa yang menemani anak-anaknya berenang. Airnya yang dalam sekitar se dada orang dewasa dengan arus yang kuat. Jadi kalau membwa anak-anak harus tetap di awasi, usahakan berenang dipinggir sungai.
Ocha dan Adi
 
 
Setelah puas berenang, kamipun kembali. Meski berat hati beranjak dari kesegaran sungai ini. Kali ini kami menemupuh jalur yang berbeda. Tidak perlu menyeberang sungai, langsung menyisiri sisi sungai. Ternyata jalur pulang ini lebih ekstrim di banding jalur satunya, dan hutannya juga lebih rindang, dan perbedaannya lagi, banyak pacet!!!!. 
Jalur pulang
Pacet
Kembali dengan langkah ringan, kamipun sampai di Ngungun dan istirahat sejenak. Kemudian lanjut sampai posko. Kami menelepon ojeg yang tadi mengantar untuk dijemput dan diantar ke parkir mobil. Sampai diparkiran, mobil sudah siap dan kemudian kami kembali pulang.
Biaya-biaya:
-        Tiket masuk: Rp. 20.000 min. 5 orang (Rp. 10.000)
-        Parkir: gratis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Desa Puraseda 4: Curug Puraseda dan Curug Tengah