Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 12: Curug Penganten, Curug Cibelener dan Curug Cihuru
Dari Curug Nangsi kami menuju ke daerah sekitar Pantai Palangpang
yang menjadi pusat Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark. Sepanjang jalan menuju area
pantai, diperbukitan terlihat hamparan kuning, mirip perbukitan Teletubbies. Jangan
salah, ini bukan rumput atau ilalang tapi padi huma, yaitu padi yang ditanam bukan
di sawah yang selalu tergenang air. Padi-padi Penganten. Berkeliling area
sepanjang pantai akhirnya kami memutuskan pilihan di sebuah penginapan di
pinggir jalan yang tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang. Penginapannya terbuat
dari kayu dengan tarif Rp. 250.000/malam. Kami book untuk 3 malam. Karena masih
hujan kamipun hanya beristirahat di kamar.
Curug Penganten
Pagi-pagi sekitar jam 7 kami sudah bersiap menuju Curug Penganten. Curug
ini berada di desa Mekarjaya-Ciemas yang berjarak sekitar 20km dari Pantai
Palangpang. Pagi itu cuaca berawan namun kami tetap melanjutkan perjalanan. Dari
Pantai Palangpang kami enuju ke arah Curug Cimarinjung, setelah tanjakan tidak
berapa jauh nanti ada pertigaan, kalau lurus ke Puncak Darma, ke kanan ke
Mekarjaya. Ambil ke kanan ini jalannya berupa cor-coran bukan aspal pada
umumnya. Tanjakannya di sini sangat tajam tajam dan berbelok-belok tapi
untunglah hampir tidak ada kendaraan saat itu. Dibandingin ke uncak darma,
tanjakan di sini lebih ekstrim jadi kalau kalian bawa mobil ke arah ini harap
diperhatikan kondisi kendaraannya.
Meskipun berbahaya tapi pemandangan di sini sangat bagus, di sinilah
terdapat Puncak Aher (eks Gubernur Jawa Barat yang banyak berjasa pada kemajuan
Geopark ini). Puncak Aher lebih tinggi dibanding Puncak Darma, di sini
pemandangannya lebih luas, bukan hanya pantai tapi juga pegunungan dan lembah.
Melewati Puncak Aher terus ke atas melewati perkampungan, kiri kanan
terlihat sawah huma yang mulai menguning yang tadinya saya kira ilalang (padi
yang ditanam di perbukitan bukan sawah). Hampir 2/3 perjalanan tiba-tiba turun
hujan yang sangat lebat dan terpaksa berteduh di sebuah warung yang ada di
pertigaan di area hutan karet.cukup lama menunggu hujan reda dan kami
berkenalan dengan seorang bapak yang mau ke ladangnya dan mendapatkan info
mengenai Curug Penganten.
Setelah hujan agak reda, kami mengikuti si bapak, memasuki jalan
membelah hutan karet sampai ke area perbukitan yang banyak ladang-ladang dan
padi huma. Wilayah ini sangat sepi, sangat langka sekali untuk melihat satu
rumah aja. Sampai di suatu pertigaan kami berpisah dan kami memasuki area jalan
desa berupa bebatuan. Melewati jalan bebatuan ini awalnya masih terlihat satu
dua rumah penduduk lama-lama tidak terlihat rumah sama sekali. Memasuki jalan
yang hanya cukup untuk satu motor kemudian menaiki bukit, karena jalannya licin
dan berlumpur, kadang-kadang kita harus turun dari motor dan di dorong. Sampai di
sebuah saung yang ternyata tempat pembuatan aren tradisional kami berteduh
karena tiba-tiba hujan kembali turn dengan lebatnya.
Kondisi jalan desa |
|
Kondisi jalan menjelang parkiran |
Menuju Curug Penganten |
Melintasi jembatan |
Jalan ke arah curug |
Curug Penganten saat hujan |
Curug Penganten saat hujan |
Aliran curug ini jatuh membentuk niagara kecil sepanjang lebarnya sungai
dan mengalir ke sungai yang juga aliran dari Curug Cibelener yang terlihat dari
jauh. Meskipun berbeda aliran, Curug Cibelener juga berwarna keemasan akibat
hujan. Curug Cibelener ini mempunya dua tingkatan dengan debit yang besar. Sebenarnya
pengunjung bisa mendekati curug ini, hanya saja untuk saat itu tidak
memungkinkan karena arus sungai yang deras. Berbeda dengan Curug Penganten yang
berada di tebing tebuka, Curug Cibelener berada di celah lembah sehingga
diperlukan usaha tambahan untuk mencapai curug ini.
Curug Cibelener dari kejauhan |
Tadinya kami berniat menerbangkan drone untuk melihat view kedua curug
ini dari atas cuman sayang kami tidak mendapat sinyal GPS sama sekali. Maklum areanya
sangat terpencil dan jauh dari mana-mana.
Setelah puas mengambil foto-foto curug ini yang sudah menggunakan DSRL
karena tampiasnya yang membuat basah lensa, kamipun kembali ke parkiran dan
melewati jalan yang tadi disarankan oleh ibu yang di sawah. Dari jembatan kayu,
kami mengambil jalan naik hingga mencapai jalan setapak. Di pinggir jalan setapak
terdapat saluran irigasi kecil. Berjalan memutari bukit hingga sampai di dekat
Curug Cihuru. Berbeda dengan dua curug sebelumnya, Curug Cihuru airnya jernih. Kalau
dilihat dari jauh, curug ini bertingkat-tingkat hanya saja area disekitar curug
ditutupi oleh pepohonan sehingga tidak terlihat keseluruhan. Dari sini jalan
setapak berakhir di sawah bagian atas dan sudah dekat parkiran. Jadi kalau kalian
mau ke Curug Penganten sebaiknya melewati jalur ini.
Jalan pulang beda dengan jalan datang |
Curug Cihuru yang tertutup pepohonan |
Nama : Curug Penganten, Curug
Cibelener dan Curug Cihuru
Lokasi : Desa Mekarjaya, kec. Ciemas-kab. Sukabumi
Biaya : gratis
Baca juga link terkait:Lokasi : Desa Mekarjaya, kec. Ciemas-kab. Sukabumi
Biaya : gratis
- Curug Sodong, Curug Ngelay, Curug Ciateul, Curug Cikanteh, Curug Cikawung dan Pantai Palangpang
- Curug Nangsi, Curug Cikupa dan Curug Cibenda-Waluran
- Curug Luhur-Ciracap
- Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
- Pantai Pasir Putih-Ujung Genteng
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!