Jelajah Ciletuh-Pelabuhan Ratu Geopark Bagian 9: Pantai Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan-Ujung Genteng
Hari kedua di Ujung Genteng. Pagi-pagi sudah sangat mendung.
Meskipun begitu kami memaksakan jalan karena Ringgo dan Jay harus balik ke
Bogor sesudah Zuhur. Pagi sampai siang ini kami berencana mengunjungi Pantai
Tenda Biru, Pantai Cibuaya dan Pantai Pangumbahan.
Pantai Tenda Biru
Karena Jay sudah berpengalaman beberapa kali ke pantai ini
dan berkemah di sana jadi kami mengikutinya. Untuk ke pantai ini, kami kembali
lagi dari arah pintu masuk. tidak terlalu sulit menemui pantai ini, melewati
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana banyak kapal-kapal nelayan bersandar.
Dari TPI kita akan bertemu portal, portal ini sekaligus
menjadi batas tanah masyarakat dengan tanah TNI. Untuk mobil tidak bisa lewat
tapi motor bisa. Kemudian sekitar 1km kita akan melewati hutan dan semak-semak
hingga di ujung jalan dan bertemu parkiran. Di sinilah terdapat warung tenda
biru dimana nama pantai ini berasal, lucu juga yah hehehe..
Gerbang masuk Pantai Tenda Biru |
Jalan masuk hutan |
Inilah yang menyebabkan pantai ini namanya Pantai Tenda Biru |
Setelah hujan tersisa rintik-rintik kami pun menuju ke arah
pantai. Nah, pantai ini agak-agak mirip Pantai Santolo di Garut. Di saat kami
datang, air laut sedang surut, ombak memecah jauh di tengah, dan jarak antar
ombak ke bibir pantai lebih dari 100m. Dalam jarak ini kita bisa berajalan di
air laut yang dalamnya semata kaki hingga sebetis.
Berbeda dengan Pantai Santolo yang pantainya dipenuhi oleh
‘lumut hijau’, panyai ini dipenuhi oleh rumput laut. Banyak terdapat ikan-ikan
kecil yang terjebak dalam kolam-kolam alami dan makluk laut lainnya. Di sini
kita juga bisa menyaksikan banyaknya burung-burung laut yang mencari makan
ikan-ikan kecil yang terjebak tanpa di ganggu oleh keberadaan manusia.
Pantai Tenda Biru saat surut |
Pantai Cibuaya
Balik lagi ke arah penginapan, dalam suasana hujan kami
menuju Pantai Cibuaya. Hanya berjarak sekitar 500m dari penginapan. Pantai ini,
meskipun hari Minggu, sangat sepi, hanya kami berempat pengunjungnya. Dan
banyaknya warung yang berjejer, tidak semuanya buka.
Pantai ini sangat unik. Meskipun tidak berpasir halus, pantai
ini dipenuhi oleh bebatuan koral yang sudah mati. Ombaknya memecah jauh ke
tengah. Dekat pantai terdapat semacam aliran sungai dengan air yang jernih
berwarna hijau tosca. Meskipun terlihat tenang sebenarnya terdapat arus bawah,
jadi kalau berenang jangan terlalu jauh.
Dan uniknya lagi, setelah aliran sungai ini, terdapat bebatuan karang
yang menjadi batas dengan ombak. Di area ini banyak warga yang memancing.
Di sini kami berenang dan bermain air di bawah hujan. Serasa
punya pantai pribadi…
Serasa punya pantai pribadi |
Serasa punya pantai pribadi |
Melewati sisi pantai, kami menuju Pantai Pangumbahan, yang
sebenarnya kami sudah ke sana hanya saja melewati jalan lain. Dan pantai ini
satu garis dengan Pantai Pasir Putih atau boleh dibilang tidak ada batas-batas
nya, sehingga ada yang mengatakan Pantai Pasir Putih itu adalah Pantai
Pangumbahan. Tujuan kami sebenarnya tentu saja ingin melepas tukik (anak penyu)
ke laut yang merupakan daya tarik utama Pantai Pangumbahan.
Sampai di gerbang konservasi Penyu, kami harus bayar tiket
Rp. 10.000, dan kami mendapat info bahwa pelepasan tukik dilakukan jam 17.30
dan harus berada di lokasi jam 17.00. Hanya saja, kalau kami beli tiket pagi
itu, sorenya boleh kembali lagi dengan membawa tiket yang sama.
Setelah sepakat kami pun membeli tiket dan masuk (masih dalam
suasana hujan lebat). Di dalam terdapat beberapa bangunan. Kantor, bangunan
yang berisi kolam-kolam pemeliharaan penyu, dan buat tukik.
Di kolam-kolam pemeliharaan terdapat beberapa kolam. Kolam
untuk induk penyu, penyu remaja dan anak-anak penyu. Di kolam-kolam ini
terdapat penyu-penyu langka dan albino, yang kalau di luar pastilah dihargai
sangat mahal. Dan kami diijinkan oleh petugas untuk mengangkat penyu dan
berfoto. Untuk tukik yang berumur beberapa hari, berada di ruang lain.
Kami diperlihatkan ratusan tukik yang berumur beberapa hari yang siap dilepas
sorenya.
Kolam penyu remaja |
Selanjutnya bagian belakang terdapat lokasi ‘pengeraman’ dan
penetasan penyu. Telur-telur penyu yang di ambil dari pantai dimana penyu
bertelur, di bawa ke lokasi ini. Terdapat puluhan lobang-lobang untuk menaruh
telur penyu dengan tanda kapan telur-telur penyu mulai di taroh. Terbayang kan,
sudah berapapuluh ribu penyu-penyu yang di tetaskan dan di lepas di pantai
pangumbahan ini. Dan dari sekian banyak tukik yang dilepas mungkin sedikit saja
yang bisa bertahan hidup di lautan luas. Oh iya, sekadar informasi, seekor
penyu mempunyai daya ingat yang sangat kuat seperti gajah, dimana dia dilepas
maka jika suatu hari dia bertelur maka akan kembali ke pantai saat dia di
lepas. Nah.... ayo kita bersama-sama menjaga kelestarian alam dengan menjaga
penyu-penyu ini.
Area penetasan penyu |
Tukik berusia beberapa hari siap dilepas |
Oh iya sebenarnya masih ada panta-pantai yang bagus setelah
Pantai Pagumbahan, cuman sayang aksesnya masih sangat susah. Salah satunya
adalah Pantai Ombak Tujuh, dan menurut info untuk kesana harus pakai guide/ojek
lokal menggunakan motor trail dengan biaya sekitar 200-an ribu PP. Dan kamipun
belum berniata untuk ke pantai tersebut.... one day maybe..!!!
Baca juga link terkait:
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!