Hari kedua di
Majalengka, 23 Desember 2018
Tujuan kami
kali ini adalah Curug Tapak Kuda atau Curug Kapak Kuda. Curug ini berada di
Desa Sadawangi, kec. Lemahsugih. Dari kota Majalengka berjarak sekitar 45km
atau bisa ditempuh dengan motor sekitar 1.5jam. Karena tidak ada kemacetan di
Majalengka, jadi bisa terbayang lumayan jauh jarak curug ini dari tempat kami
menginap.
Karena sang
guide belum pernah ke sini, tapi tahu arah ke Desa Sadawangi. Ke curug ini juga
mengikutin arah ke Sumedang hanya saja pas keberangkatan, kami melewati jalur
pintas. Jalan yang kami lewatin tidak terlihat mobil pribadi, hanya sesekali
mobil-mobil yang membawa hasil pertanian dan motor. Jalur ini mempunyai view
yang sangat memukau, speechless...!!!!. dikelilingi oleh perbukitan yang
menghijau dan terasering persawahan yang sangat cantik. Kondisi jalan yang
jelek tidak terasa karena indahnya pemandangan yang kami lalui.
|
Kondisi jalan |
|
Kondisi jalan |
|
Salahs atu sudut desa yang kami lalui |
Sekitar 1jam
perjalanan kemudian kami memasuki jalan raya ke arah Sumedang kemudian bertemu
gapura Desa Sadawangi. Memasuki jalan desa yang terus menanjak, kami sempat
bertanya pada penduduk sekitar mengenai lokasi curug. Karena curug ini tidak di
kelola jadi tidak ada petunjuk arah.
Memasuki
sebuah gang ke arah kiri dari pintu masuk desa, sekitar 200m tidak ada jalan
lagi dan menumpang parkir di rumah penduduk. Penduduk di sini sangat ramah,
tipikal masyrakat pedesaan. Ngobrol dan istirahat sambil menikmati es doger
yang dijual dengan panggulan.
Menitipkan 3
motor di rumah penduduk, kami melanjutkan perjalanan. Melewati pematang sawah
yang menghijau kemudian menyusuri saluran irigasi. Menempuh perjalanan sekitar
300m kamipun sudah sampai di curug yang dituju, Curug Tapak Kuda. Di dekat
curug disediakan saung untuk beristirahat. Tapi sayang curug ini hanya dinikmati oleh penduduk lokal.
|
Menuju Curug Tapak Kuda |
|
View sekitar curug |
Curug ini
terdiri dari 2 tingkat/undakan. Melewati lembah sempit, curug ini mempunyai
ketinggian total sekitar 30-40m (?). Undakan pertama lebih tinggi dari undakan
kedua. Curug ini juga menjadi sumber air warga, sebagian melewati pipa-pipa
yang dialirkan ke rumah-rumah dan sebagian lagi melewati saluran irigasi kecil
untuk pengairan/sawah. Dari depan curug bagian bawah kami mengambil foto-foto
yang fotogenik karena curugnya memang cantik.
|
View Curug Tapak Kuda keseluruhan |
|
Full team |
Untuk melihat
curug bagian atas dari dekat kami harus menaiki tebing bukit di sebelah kanan. Harus
hati-hati melewati jalan setapak dengan tanah merah yang licin,lumayan ekstrim
dan ditambah banyaknya nyamuk. Sampai di atas barulah terlihat dengan jelas
keindahan curug bagian atas ini. Hanya saja kita tidak bisa turun kebawah, jadi
hanya bisa berfoto di pinggiran tebing.
|
Trek menuju cuug utama |
|
Berfoto di pinggir tebing curug utama |
Menjelang siang
kami melanjutkan perjalanan yaitu mengunjungi Curug Muara Jaya. Curug ini
searah jalan pulang ke penginapan. Berjarak sekitar 1 jam dari Curug Tapak
Kuda.
Jalan yang
ditempuh dari Curug Tapak Kuda berbeda dari jalan ketika berangkat. Walaupun demikian,
jalur ini juga tidak kalah indahnya. Di sebuah rumah makan yang yang terlihat
sederhana tapi pemandangannya sangat hijau, dikelililng oleh persawahan yang
menghijau.
|
Menikmati makan siang dengan view hijau |
Selanjutnya menuju
Curug Muara Jaya yang berada di Argapura. Melewati jalan yang lumayan ekstrim melewati
perbukitan dan lembah akhirnya kami sampai lagi di Terasering Panyaweuyan. Siang
itu spot ini ramai dikunjungi wisatawan.
|
Sampai kembali di Terasering Panyaweuyan |
Melewati petunjuk
arah ke Curug Muara Jaya, kami melewati sisi bukit menuruni lembah. Di depan
mata terlihat pemandangan spektakuler, di depan mata terlihat kaki Gunung Ciremai,
gunung tertinggi di Jawa Barat. Terlihat ladang-ladang dan perkampungan di
kejauhan bak hiasan dinding.
|
View dari Terasering Panyaweuyan ke Curug Muara Jaya |
|
View dari Terasering Panyaweuyan ke Curug Muara Jaya |
|
View dari Terasering Panyaweuyan ke Curug Muara Jaya |
Melewati pintu
gerbang pendakian Gunung Ciremai, kami mengikuti arah ke Curug Muara Jaya yang
berjarak sekitar 100m dari pintu gerbang pendakian. Sampai di loket kami
membayar uang parkir Rp. 3.000. Di loket pembayaran kami membayar Rp.
15.000/orang. Setelah ada mushola kecil dengan air yang sangat dingin, kami
sholat zuhur dulu di sini.
|
Loket masuk |
Melewati 190
anak tangga kami sampai di pelataran yang lumayan luas, di sini banyak pedagang
makanan dan juga terdapat panggung dengan live musik-nya. Di salah satu sudut
pelataran ini kita sudah bisa melihat Curug Muara Jaya dari kejauhan.
|
Tangga turun bagian1 |
Untuk ke
lembah kita harus melewati lagi sekitar 185 anak tangga. Jadi total anak tangga
untuk mencapai curug adalah sekitar 370 buah, masih kurang dari setengahnya
anak tangga yang ada di Curug Puncak Manik-Ciletuh.
|
Tangga turun bagian 2 |
|
Curug Muara Jaya dari kejauhan |
Sampai di
bawah terlihat curug undakan ke dua yang tidak terlalu tinggi. Air di kolamnya
terlihat berwarna kecoklatan mungkin akibat hujan di hulu sungai.
Untuk naik ke
atas ke curug utama, pengunjung dipungut lagi Rp. 2.000. agak lucu, padahal
tadi sudah bayar Rp. 15.000, jadi kita bayar mahal hanya melihat curug yang di
bawah hahahha. Karena curug utama ada di atas, mau tidak mau pengunjung harus
membayar lagi Rp. 2.000, sedkit tapi cukup menyebalkan.
|
Curug Muara bagian bawah |
|
Curug Muara bagian bawah |
Sampai di
atas, baru terlihat keindahan curug ini. Mempunyai ketinggian sekitar 15-20m
dan lebar. Meskipun airnya lumayan deras, kolam yang ada di bawah curug tidak
terlalu dalam sehingga pengunjung bisa bermain air di dekat curug. Banyak sekali
pengunjung di curug ini karena curug inilah yang paling terkenal di Majalengka.
Salah satu destinasi unggulan.
|
Curug Muara |
|
Ramai pengunjung di Curug Muara |
|
Berfoto di depan Curug Muara |
2x mengunjungi
curug, Curug tapak Kuda dan Curug Muara Jaya tapi tidak berenang, kami
berencana ke Green Canyon. Dalam kondisi hujan kami sampai ke lokasi yang
ternyata di tutup karena ada 5 pengunjung yang meninggal sebelumnya. Selanjutnya
kami menuju Kampoeng Air yang tidak jauh lokasinya dari Green Canyon.
Sampai di
Kampoeng Air ternyata sudah mau ditutup karena kami sampai jam 4 lewat sementara
wana wisata ini tutup jam 5 sore. Di tengah guyuran hujan lebat kami berteduh
di warung sekitara parkiran. Di temani kabut tebal kami berteduh samapi hujan
mulai reda dan kembali ke penginapan.
Komentar
Posting Komentar
Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!