Rencana awal yang hanya mengunjungi Curug Puraseda danCurug Tengah sekarang bertambah karena bertemu teman baru. Kali ini kami di
ajak ke Curug Cisuren dan Curug Cisaat. Curug Cisuren masih ada di sekitaran
Curug Puraseda (Kampung Cengal) sementara Curug Cisaat berada di Kampung
Cisaat.
Trekking melewati jalan yang tadi kami lalui,
mengikuti jalur sungai nanti kita akan bertemu pertigaan dimana ada aliran
sungai kecil disebelah kiri atau sebelah kanan kalau dari parkiran. Menyeberang
sungai kecil ini kemudian kita memasuki kebun masyarakat. Di kebun ini terlihat
banyak pohon duren yang siap panen.
Setelah melewati kebun sekitar 100m dikejauhan
terlihat 2 curug yang berdampingan Curug
Cisuren. Di sebelah kanan curugnya lebih kecil dibanding yang sebelah kiri.
Tapi kalau curah hujan sedang tinggi, debit air di kedua curug ini akan
berlimpah.
Curug ini lumayan tinggi, sekitar 20m dengan lebar
sekitar 5m dan membentuk dua undakan. Untuk ke undakan pertama kita harus
melewati tebing batu hingga sampai di bawah air terjun. Di undakan pertama ini
kita bisa berbaris untuk berfoto bersama tapi harus hati-hati jangan sampai
tergelincir. Di bawah tidak terdapat kolam sehingga kita tidak bisa berenang di
sini hanya bermain air di bawah guyuran air terjun.
|
Curug Cisuren
|
|
Curug Cisuren
|
|
Curug Cisuren
|
Setelah mengambil beberapa foto bergantian kami
melanjutkan perjalanan, tujuan selanjutnya adalah Curug Cisaat.
Karena Curug Cisaat berbeda lokasi/arah dari 3 curug
sebelumnya, kami hars balik lagi ke lokasi parkiran/start awal. Sebelum
jembatan, kami berbagi kelompok, 4 orang ke parkiran mengambil motor dan
sisanya memotong jalan melewati persawahan hingga mencapai jalan utama menuju
Kampung Cisaat. Di sebuah warung/satu-satunya warung diarea ini, sebelum
jembatan kami parkir motor dan beristirahat sambil ngemil. Oh iya, sebenarnya
di warung ini kita bisa parkir untuk mencapai 4 curug ini sekaligus, jadi kita
cuman bayar parkiran satu kali.
|
Warung tempat parkiran ke Curug Cisaat |
Setelah mengganjal perut, kami melanjutkan perjalanan
menuju Kampung Cisaat. Ada 2 alternatif di sini, lewati jalur sungai ke hulu
atau melewati jalan menanjak dan berbatu. Kami memilih berangkat melewati jalan
biasa dan pulangnya melewati trek sungai.
Sekitar 50 meter dari warung setelah jembatan ada
pertigaan, kanan ke Kampung Cisaat dan lurus ke Kampung Citugu. Maengambil
jalur kanan, kami melewati jalan berbatu dan menanjak. Di jalur ini kita juga
bisa melihat satu air terjun di bukit sebelah kanan yang belum di explore.
|
Gapura Kampung Cisaat |
|
Trek ke Curug Cisaat |
Beberapa ratus meter berjalan, kemudian ada jalan
setapak ke arah kanan kemudian menuruni bukit (buat yang belum tahu bisa
bertanya ke penduduk lokal atau membawa guide). Menuruni bukit yang lumayan
terjal dan licin karena lokasi ini belum dibenahi dan belum dikelola. Karena
licin beberapa anggota harus ‘ngesot’ hahaha. Sekitar 100-200 meter ke bawah
kita bisa menemukan Curug Cisaat.
|
Menuruni bukit |
Curug ini realatif baru diekspos, jadi masih jarang
pengunjung kesini. Terdapat 2 undakan. Untuk ke atas harus benar-benar
hati-hati karena bebatuannya sangat licin. Mempunyai ketinggian sekitar 20
meter dan pada saat kami datang airnya masih berwarna hijau, bening dan dingin.
Karena kami sudah berniat mandi di sini, kamipun berenang di kolam yang tidak
begitu luas yang ada di bawah curug yang dalamnya sekitar 1 meter. Rasanya
benar-benar menyegarkan sehingga kami lumayan lama di sini.
|
Berenang di kesegaran Curug Cisaat |
|
Berenang di kesegaran Curug Cisaat |
|
Berenang di kesegaran Curug Cisaat |
|
Berenang di kesegaran Curug Cisaat |
|
Berenang di kesegaran Curug Cisaat |
Sekitar jam 13.30 kami harus turun karena mulai
gerimis dan air mulai berubah keruh. Menyusuri sungai, kami melewati bebatuan
besar dan mennyeberangi sungai yang harus membuat kami ekstra hati-hati.
Terdapat juga satu curug kecil di tengah perjalanan.
|
Jalur sungai via jalur sungai |
|
Jalur sungai via jalur sungai |
|
Curug kecil di trek sungai |
|
Kembali ke parkiran |
Sampai di warung dan berganti pakaian kemudian
melanjutkan perjalanan pulang. Tidak lupa membayar uang parkir Rp. 5.000
walaupun tidak ada tarif khusus. Dan seperti perkiraan kami, di tengah
perjalanan kami diguyur hujan lebat dan angin kencang. Dan istirahat sejenak
menikmati makan siang yang telat adalah suatu kebahagiaan tersendiri.
|
Menikmati makan siang yang terlambat |
Link terkait:
Keren2 bgt Uda curugnya.
BalasHapus