Eksplor Gunung Kidul-Pacitan III: Pantai Banyu Tibo, Pantai Buyutan dan Pantai Ngiroboyo
Hari Jum’at, tanggal 18 Agustus
2017. Hari kedua di Pacitan. Pagi-pagi sekitar jam 8 sesudah sarapan, kami
menuju Pantai Banyu Tibo. Dengan mengandalkan Google Maps kami menuyusuri jalan
yang pagi ini terasa sangat sepi. Atau memang begini suasana jalan raya Kalak
setiap hari?. Tapi meski sangat sepi
kami mengendarai motor (bukan kami sih tapi Revan hahahaha) tidak terlalu
ngebut.
6. Pantai Banyu Tibo.
Jarak Pantai Klayar ke Banyu Tibo
sekitar 9 km lebih dan bisa ditempuh kira-kira 30 menit. Meski jalur utama
kondisi jalannya sangat mulus, begitu memasuki beberapa kilo jalan menuju
pantai masih terasa alami, di kelilingi oleh perkebunan jati.
Sampai di pinggir pantai, kami
parkir di area yang sudah disediakan. Tiket masuk Rp. 5.000/orang dan ongkos
parkir Rp. 2.000. Dari parkir kita sudah bisa melihat langsung pantai Banyu
Tibo. Sesuai namanya, Banyu Tibo, air jatuh, yaitu sebuah air terjun yang jatuh
langsung ke pantai.
Pagi itu angin sangat kencang
serta ombak yang besar. Jadi pengunjung tidak diperbolehkan turun ke pantai.
Jadi kami hanya mengambil foto air terjun yang unik ini saja. Karena depannya
laut lepas, kita hanya bisa mengambil foto dari sudut kiri dan kanan. Meski
berada di atas karang, kita mesti tetap hati-hati karena ombak besar bisa
datang tiba-tiba.
Kami juga sempat berfoto di kolam
di atas tebing, kolam yang menampung air sebelum jatuh ke pantai. Di sini juga
ada beberapa warung yang menjual aneka makanan dan minuman ringan, jadi kamu
bisa duduk-duduk di warung menikmati makanan kecil sambil menikmati pemandangan
pantai di depan.
Berdasarkan info dari petugas di
sana, untuk turun ke pantai, menunggu air surut sekitar jam 10 atau jam 11,
tapi karena waktunya sedikit kamipun melanjutkan ke destinasi berikutnya.
7. Pantai Buyutan
Jarak dari Pantai Banyu Tibo ke
Pantai Buyutan hampir 10km, atau ditempuh sekitar 45 menit. Arah tujuan kami
mendekati Pantai Klayar. Memasuki jalan desa yang masih terasa asri, dan tentu
saja sepi.
Beberapa kilo memasuki pantai,
terihat kiri-kanan pemandangan yang kecoklatan akibat musim kering. Ada
beberapa titik yang hanya bisa dilewati satu mobil (kalau bawa mobil). Beberapa
ratus meter sebelum pantai, terlihat kebun sayur yang luas, yang belum
ditumbuhi (habis panen) sengan saung-saung yang bertebaran di dalam kebun yang
sangat luas ini.
Sebelum memasuki pantai kami
membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000 per orang (sudah termasuk parkir). Dari
titik ini, terlihat dari kejauhan Pantai Buyutan. Melihat pantai ini
mengingatkan saya dengan Pantai Pandawa di Bali. Hanya saja di sini terdapat
batu karang besar-besar di pinggir laut. Dan perbedaan yang sangat mencolok,
pantai ini sangat-sangat sepi.
Turun dari pos, kami melewati
turunan yang terjal dan berbelok. Sampai di pantai hanya terlihat 2 orang
pengunjung salain kami. Terlihat juga warung-warung berjejer dekat area tebing,
beberapa kelihatan kosong. Kami memesan 2 kelapa muda hijau, yang rasanya
sangat manis karena baru dipetik. Dan membuat surprise, harganya cuman Rp.
5.000 wow... murah banget kan.. hahahha.
Karena sepi banget, pantai ini
berasa jadi pantai pribadi. Saya kurang mengerti kenapa pantai ini sangat sepi.
Padahal dengan pasir putih dan pemandangannya yang boleh di adu dengan
pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi. Apalagi dengan bebatuan karang
yang menghiasi laut nya, pantai ini istimewa.
Ombak yang menghempas jauh dari
pantai, membuat air lautnya dekat pantai bisa buat berenang asal jangan terlalu
jauh dari pantai. Mungkin pantai ini kurang dikenal masyarakat lokal dan
pendatang karena promosi nya yang kurang. Mudah-mudahan pantai ini akan ramai
ke depannya dan memberi nilai ekonomis buat masyarakat sekitar.
Karena kami harus menunaikan
sholat Jum’at, kamipun bergegas mencari Mesjid. Dan di desa yang kami lalui kami
mampir di Mesjid kecil dan sederhana untuk menunaikan sholat Jumat. Sepanjang
kutbah, saya cuman manut-manut, maklum ceramahnya pakai bahasa Jawa hahahha.
Mesjid untuk sholat Jum'at |
Selanjutnya kami kembali ke
penginapan di Pantai Klayar dan sekaligus makan siang. Tujuan berikutnya yaitu
Pantai Ngiroboyo, yang berlawanan arah dari kedua pantai yang tadi kami
kunjungi.
8. Pantai Ngiroboyo dan Susur Sungai Maron
Setelah makan siang dan istirahat
sejenak, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Ngiroboyo. Jarak pantai ini dari
Klayar sekitar 7km. Masih mengandalkan Google Map kami menuju pantai Ngiroboyo
ini.
Jalur menuju pantai |
Tiket parkir Rp. 5.000. Tidak
terlalu banyak pengunjung sore itu. Pantai nya terlihat sepi, hanya beberapa
pengunjung yang berfoto-foto. Pasirnya di dominasi warna hitam karena mengandung
banyak bijih besi. Pantainya berupa teluk kecil dengan ombak yang besar.
Pengunjung bisa bermain air asal jangan terlalu ke tengah.
Andalan wisata pantai ini adalah
susur sungai, yaitu Sungai maron yang bermuara di pantai ini. Ongkos naik
perahu mesin adalah Rp. 100.000 untuk 1 perahu dengan maksimal 5 orang
penumpang. Karena kami cuman berdua, jadi kami tetap harus membayar Rp.
100.000.
Setelah naik, kemudian perahu
berlahan-lahan meninggalkan bantaran sungai. Meski ini adalah muara sungai, kamu
jangan membayangkan airnya kotor seperti muara-muara sungai di kebanyakan
sungai yang bermuara ke laut apalagi seperti teluk Jakarta!. Di sini airnya
berwarna hijau tosca dan bersih. Tidak kelihatan sampah yang engotori sungai.
Di kiri kanan bantaran sungai
terlihat bukit-bukit batu dan kebun-kebun masyarakat yang didominasi oleh
pepohonan kelapa. Hanya terlihat satu dua petani yang bekerja di kebun. Tidak
terlihat rumah-rumah penduduk di sepanjang bantaran sungai. Dan menurut info
dari pemilik perahu, sungai ini lumayan dalam, sekitar 4-6 meter loh!!!.
Sama seperti di jalan raya, perahu
melaju di bagian kiri, seolah-olah ada dua jalur. Jalur kanan dipakai oleh
perahu yang kembali. Sesekali kami berpapasan dengan perahu-perahu yang membawa
wisatawan lain, yang menimbulkan riak air yang membuat perahu bergoyang. Oh
iya, buat pengunjung yang tidak bisa berenang, disediakan life vest
(pelampung).
Pohon kelapa 'L' |
Susur sungai ini tidaklah sampai
ke ujung sungai hahahha, hanya sampai di titik yang ada pohon besar yang
menjorok ke sungai. Di sini pengunjung bisa berhenti sejenak untuk sekedar
berenang atau berselfi-ria. Disediakan ayunan untuk berfoto. Karena kami tidak
siap berbasahan, kamipun melanjutkan perjalanan balik. Total susur sungai PP
sekitar 45 menit. Lumayan kan...!!
Setelah sampai kembali ke tempat
semula, kami sejenak bermain di pantai yang sepi ini. Setelah mengambil
beberapa foto, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Pantai Klayar untuk menikmati
sunset.
Baca juga link
terkait:
terimakasih gan.. Artikel nya sangat membantu
BalasHapusSenang bisa membacanya
Untung saya mampir di sini
moga bisa berkunjung ke pacitan gan