The Blue Paradise 3-Nusa Penida: Pantai Atuh, Batu Molenteng, Suwehan Beach dan Bukit Teletubbies
Sabtu, 13 Mei 2017,
Habis zuhur kami ke pelabuhan sekalian mengembalikan motor. Oh ya, meski pemiliknya tidak ada, motor cukup ditauh aja di dekat pelabuhan.
Tiket kapal Nusa Penida-Sanur Rp. 75.000, beda dengan tiket berangkat yang Rp. 100.000. Jam 13.30 kapalpun berangkat.
Good bye Nusa Penida, see you next..... thank you for the great journeys.....!!!!
PS:
Ini adalah hari ketiga kami di Nusa Penida. Hari
ini tujuan kami selanjutnya adalah Pantai Atuh, Batu Molenteng, Suwehan Beach
dan Bukit Teletubbies.
Setelah sarapan, sekitar jam 8 pagi berangkat.
Kali ini kami mengambil jalur barat (dari Pantai Toyapakeh arah ke kiri). Di jalur ini kami menyusuri jalan sepanjang pantai.
Di beberapa titik terlihat kampung nelayan yang bermata pencaharian sebagai
petani rumput laut. Kemudian kondisi jalan mendaki bukit dengan view laut
lepas. Selanjutnya kami melewati pusat (kota) keramaian dimana terdapat
pelabuhan. Di sini sangat ramai, dan menjadi pusat kegiatan di Nusa Penida.
9. Pantai Atuh
Jarak tempuh dari Toyapakeh ke Pantai Atuh
sekitar 1 jam. Sebelum mencapai spot ini, kita akan melewati wisata gua, Goa
Giri Putri, tapi kami tidak mampir di sini. Setelah sampai ke lokasi parkiran,
kami harus bayar tiket masuk sekitar Rp. 15.000, lumayan mahal dibanding spot
lain, karena lokasi ini adalah lokasi favorit. Di depan mata terhampar tebing
batu yang disisi kiri kanan nya adalah laut lepas. Kami harus berjalan di
tengah-tengah yang seolah-olah menjadi jembatan.
Di sisi kanan adalah tebing yang tidak ada akses
ke bawah menuju pantainya, jadi kita cukup memandang keindahannya dari atas
saja. Di kejauhan terlihat spot favorit juga, Batu Molenting (Batu Molenteng),
atau Pulau Seribu.
Update:
Pantai di atas sekarang diberi nama Diamond Beach dan sudah ada akses jalan turun
Ke sisi kiri, adalah pantai yang bisa di akses, karena tebingnya tidak tegak lurus seperti tebing sebelah kanan. Tangga-tangga ke bawah sudah terbuat dari beton. Jaraknya kira-kira 200m. Walaupun 200 meter, karena terjal, cukup menguras tenaga.
Pantai di atas sekarang diberi nama Diamond Beach dan sudah ada akses jalan turun
Ke sisi kiri, adalah pantai yang bisa di akses, karena tebingnya tidak tegak lurus seperti tebing sebelah kanan. Tangga-tangga ke bawah sudah terbuat dari beton. Jaraknya kira-kira 200m. Walaupun 200 meter, karena terjal, cukup menguras tenaga.
Karena masih pagi, sepertinya pengunjung baru
kami berdua. Jadi kami puas menikmati keindahan Pantai Atuh. Ombak pagi itu
lumayan besar tapi karena kejernihan airnya membuat Revan gak kuat untuk gak
mandi. Melihat kondisi pantai yang masih alami mbuat kita betah berlama-lama
disini.
Buat yang mau belanja makanan/minuman ringan, ada
beberapa warung yang menjual aneka minuman dan makanan ringan serta kelapa
muda. 1 kelapa muda harganya Rp. 20.000.
10. Batu
Molenteng
Batu Molenteng dalam bahasa Bali bearti Batu
Berjejer, banyak turis yang memberinya nama Pulau Seribu, jadi spot ini lebih
dikenal dengan sebutan Pulau Seribu. Jaraknya dari Pantai Atuh tidak terlalu
jauh, berada diujung bukit karang yang terlihat dari Pantai Atuh. Masuk ke lokasi
ini kita harus bayar sekitar Rp. 15.000 (10.000??).
Untuk menikmati view Batu Molenteng dari deket
kita harus menuruni bukit. Treknya lumayan terjal dan berbatu.
Sampai dibagian
yang rata terlihat 1 buah Rumah Pohon, kemudian beberapa puluh meter di depan,
dipinggir tebing juga terdapat 1 rumah pohon yang menjadi spot berfoto para
turis. Lanjut ke depan, kita akan sampai di ujung tebing, disinilah spot andalan
para turis. Di sini kita harus hati-hati karena pagar pembatas tebing hanya
terbuat dari kayu.
Setelah puas berfoto, kami melanjutkan perjalanan
ke spot berikutnya, Suwehan Beach.
11.
Suwehan Beach
Rencana awalnya sebenarnya kami akan mengunjungi Mata
Air Peguyangan, tapi akhirnya kami memutuskan ke Suwehan. Ke spot ini kami
mengandalkan Googe Map dan lokasi ini bukanlah lokasi yang populer dikalangan
turis.
Sampai di lokasi parkir yang tidak dijaga kami
langsung menuju pantai, melewati sebuah pura. Kemudian kami berjalan menyusuri
tebing. Awalnya kelihatan gampang tapi makin lama semakin terjal.
Kami juga sempat melewati sumber mata air yang
disucikan oleh masyarakat sekitar, dimana dilarang untuk mandi disana. Mata air
ini keluar dari tebing dan tertampung dikolam-kolam alami. Di batasi oleh jalan
setapak selanjutnya adalah tebing yang dibawahnya adalah laut/pantai.
Jarak beberapa puluh meter ke bawah, treknya
benar-benar terjal, hampir mempunyai kemiringan 90 derajat. Di spot ini
disediakan tali, jadi kita harus rapelling ke bawah. Jadi kalau tidak ada tali,
kita tidak akan bisa turun. Sampai di bawah saya baru sadari, ini adalah trek
yang paling ekstrim yang pernah saya lewati ketika ke pantai-pantai dan air
terjun.
Sampai di bawah, lagi-lagi ombaknya besar dan
tidak bersahabat. Karena spot andalannya berupa batu yang ada di laut dimana
kita harus berjalan sekitar beberapa ratus meter ke arah kiri, kami tidak bisa
mencapai lokasi tersebut. Ombak besar yang menghantam karang menghalangi
langkah kami. Jadi kami hanya berdiri di batu besar memandang ombak yang
memecah karang. Terlihat 2 bule yang berada di karang besar di depan kami,
sepertinya mereka gembira banget.... Gak begitu lama kamipun meninggalkan
lokasi dan bule di bawah...
Pantainya yang indah sedang berombak besar |
12. Bukit
Teletubbies
Spot terakhir yang kami datangi adalah Bukit
Teletubbies. Perjalanan ke sini penuh drama, karena baterai HP saya dan revan
sudah habis, kami akhirnya tanya sana sini. Sementara lokasi spot ini lumayan
tersembunyi dan sangat jauh (dan kami belum makan siang... hahahaha). Meski
sering nyasar akhirnya kami menemukan juga Bukit ini.
Kalau kamu pernah liat film kartun Teletubbies,
ya bukit nya mirip dengan film tersebut. Bukitnya berupa mirip mangkok-mangkok
yang tertelungkup dengan rumput hijan yang menyelimutinya. Tidak ada turis yang
datang hari itu, hanya ami berdua dan beberapa anak muda lokal yang asik
berfoto. Setelah puas melepas rasa ingin tahu kami akhirnya kamipun kembali.
Sampai di Toyapakeh sudah mulai sore, kamipun
makan siang dengan ...... pecel ayam yang sudah menjadi langganan beberapa hari
ini hahahaha.
Sore ini kamipun menikmati sunset yang indah di
Toyapakeh.
Minggu, 14 Mei 2017,
Ini adalah hari keempat di Nusa Penida, persiapan pulang. Pagi sampai siang
kami isi hanya dengan bermalasan dan berenang di pantai yang berasa sangat
sejuk meski cuaca cerah.Habis zuhur kami ke pelabuhan sekalian mengembalikan motor. Oh ya, meski pemiliknya tidak ada, motor cukup ditauh aja di dekat pelabuhan.
Tiket kapal Nusa Penida-Sanur Rp. 75.000, beda dengan tiket berangkat yang Rp. 100.000. Jam 13.30 kapalpun berangkat.
Good bye Nusa Penida, see you next..... thank you for the great journeys.....!!!!
PS:
-
Pulang dari Nusa Penida, saya kehilangan laptop dan
kamera sehingga semua foto-foto perjalanan selama setahun ini hilang, jadi
foto-fot di atas banyak yang diambil dari HP dan foto-foto yang sempat diupload
ke HP.
Link terkait:
Cuma mau bilang keren eren dan keren banget foto-foto ke nusa penida nya.
BalasHapus