Desa Wisata Ciasihan Bagian 2. : Curug Kiara
Berdasarkan info dari guide kami
yang dulu memandu kami ke Curug
Cikaluwung Herang (lebih dikenal dengan nama Curug Bendungan) dan Curug Emas,
beliau sempat menyebut ada curug yang namanya Curug Kiara. Tapi karena aksesnya
belum di buka, jadi beliau tidak bisa membawa kami ke sana.
Nah berhubung
sekarang sudah di buka aksesnya, saya dan Revan berangkat ke sana weekend lalu
tepatnya, Sabtu 27 Januari 2018.
Hampir batal
karena Bogor di guyur hujan lebat dari Subuh, akhirnya kami berangkat sekitar
jam 8.30 pagi, karena cuaca mulai cerah. Juga, sempat galau, mau mencari curug
yang lebih dekat seperti Curug Cikaluwung atau Curug Idas yang ada di Desa
Cibitung Wetan.
Karena habis
hujan, pagi itu suasana jalan gak terlalu ramai. Hanya saja, seperti biasa
kemacetan di jalan Dramaga sampai IPB.
Menembus kemacetan dramaga |
Melewati jalan
yang biasa kami lewati sebelumnya (ke Ciasmara juga melewati jalan ini), kami
terus hingga ke pertigaan Cemplang. Nah sampai di Jembatan Cikaluwung, di kanan
ada gapura Selamat Datang di Desa Cibitung Wetan. Kami kemudian masuk ke desa,
setelah beberapa kali bertanya, ternyata tidak ada yang tahu lokasi Curug
Cikaluwung ataupun Curug Idas, akhirnya kami balik badan dan melanjutkan ke
Desa Ciasihan.
Untungnya dari
Cibitung Wetan ke Ciasihan tidak terlalu jauh. Akhirnya kami sampai di lokasi
wisata sekitar jam 10.30.
Ternyata
sekarang jalannya sudah bagus berpa cor-coran. Hanya saja, cor-coran ini tidak
sampai parkiran. Di ujung jalan cor-coran, jalannya masih seperti dulu, berbatu
dan Tanah merah. Di sini kami membayar tiket untuk perbaikan jalan Rp. 5.000
buat motor. Beberapa puluh meter di depan kami mengikutin petunjuk arah ke
Curug Kiara ke kanan. Dahulu kami ambil lurus, tapi karena pengelola Curug
Kiara dan Curug Ciparan/Seribu, berbeda, jadinya sekarang kami tidak melewati
gerbang Curug Ciparay/Seribu.
Jalan desa |
Dari pertigaan
ini ke parkiran, di rumah penduduk/dekat mushala berjarak sekitar 300m. Di tanjakan
yang lumayan sadis dan licin, saya turun dan jalan. Di atas jalanan jelek
hingga ke parkiran. Untungnya di sini pemandangannya sangat bagus. Persawahan
dengan terasering dan kebun sayur membuat kita betah berlama-lama memandangnya.
Dari parkir kami
jalan ke loket tiket sekitar 100m. Di loket kami membayar Rp. 10.000 per
orang. Oh iya, loketnya berada di depan curug kecil buat irigasi.
Dari loket
kemudian kami naik hingga saluran irigasi. Karena hampir tiap hari hujan, di
beberapa titik terlihat bekas-bekas longsiran. Agak ngeri juga sih kalau kita
melihat ke bawah dan membayangkan di sana ada aliran sungai yang menuju ke
Curug Ciparay dan Curug Seribu. Dan karena cuaca cerah, kami bisa melihat asap
dari Kawah Ratu.
Ada titik longsor |
Kawah Ratu di kejauhan |
Tidak sampai 30
menit jalan, kemudian kami melihat ada petunjuk arah ke kanan ke Curug Kiara
Terlihat jalan setapak yang sudah rapih dari bebatuan. Kurang dari 50 meter
kami sudah mendengar suara gemuruh air terjun. Sampai di pinggir sungai dengan
tebing dengan kemiringan sekitar 90 derajat, terdapat tangga kayu yang terlihat
kokoh dan kuat. Tinggi tangga yang harus kami lewati sekitar 10 meter.
Satu-satu, saya dan Revan turun tangga.
Turun tangga |
Sampai di bawah,
terlihat 2 pengunjung bersama guide nya. Tidak ada yang mandi di curug, hanya
mengambil foto-foto.
Agak mirip
dengan Curug Aseupan yang ada di Bandung, Curug Kiara ini juga tersembunyi
diantar tebing. Hanya saja, air disini sangat dingin dan sangat jernih karena
di atas langsung hutan, bukan ladang. Tinggi Curug sekitar 10 meter, setelah
jatuh, kemudian mengalir melewati batu besar selanjutnya membentuk leuwi dan
pusaran air. Karena saat ini cuman berdua plus 2 orang pengunjung lain, sama guide nya tidak diperbolehkan berenang, alasannya dalam.
Tidak beberapa lama, 2 pengunjung dan guidenya meninggalkan lokasi, otomatis cuman saya dan Revan yang tinggal. Agak serem-serem juga berdua, jadi saya dan Revan cuman dipinggirannya aja berendam dan mengambil foto.
Tidak beberapa lama, mulai berdatangan pengunjung lain. Saya dan Revan meninggalkan lkasi. Selanjutnya (berencana) mencari curug-curug yang ada di spanduk depan seperti Curug Bidadari, Curug Batu Ampar dan Curug Susun.
Awalnya kami mengikutin jalur ke Curug Cikaluwung Herang/Curug Bendungan yang dulu pernah kami kunjungi. Tapi pas mengintip-ngintip dari atas, tkami tidak melihat curug seperti yang ada di spanduk. Hanya aliran sungai biasa.
Kami kembali ke arah Curug Kiara. Di samping jalan masuk ke curug ada jalan setapak menuju ke sungai. Kira-kira 50 meter kami sampai di aliran sungai kemudian melewati jembatan bambu.
Menyusuri sungai ke arah atas, tetap kami tidak menemukan curug-curug yang dimaksud. Akhirnya kami cuman foto-foto aja hahahahha.
Setelah menyerah akhirnya kamipun kembali... berharap nanti kembali lagi mencari curug-curug yang masih misteri.
Sebelum ke parkiran kami sempatkan berfoto di dekat loket karcis. Di sini ada curug yang terbentuk dari aliran irigasi dan pemandangan yang sangat bagus. Menuju lokasi parkir hingga keluar dari Desa, kita disugihin pemandangan pedesaan yang benar-benar desa. Saya mengatakan, tiap sudut desa ini adalh indah. Kalau tidak percaya buktikan sendiri....!
Tidak beberapa lama, 2 pengunjung dan guidenya meninggalkan lokasi, otomatis cuman saya dan Revan yang tinggal. Agak serem-serem juga berdua, jadi saya dan Revan cuman dipinggirannya aja berendam dan mengambil foto.
Tidak beberapa lama, mulai berdatangan pengunjung lain. Saya dan Revan meninggalkan lkasi. Selanjutnya (berencana) mencari curug-curug yang ada di spanduk depan seperti Curug Bidadari, Curug Batu Ampar dan Curug Susun.
Awalnya kami mengikutin jalur ke Curug Cikaluwung Herang/Curug Bendungan yang dulu pernah kami kunjungi. Tapi pas mengintip-ngintip dari atas, tkami tidak melihat curug seperti yang ada di spanduk. Hanya aliran sungai biasa.
Kami kembali ke arah Curug Kiara. Di samping jalan masuk ke curug ada jalan setapak menuju ke sungai. Kira-kira 50 meter kami sampai di aliran sungai kemudian melewati jembatan bambu.
Menyusuri sungai ke arah atas, tetap kami tidak menemukan curug-curug yang dimaksud. Akhirnya kami cuman foto-foto aja hahahahha.
Berfoto di aliran Sungai Cikaluwung |
Berfoto di aliran Sungai Cikaluwung |
Berfoto di aliran Sungai Cikaluwung |
Berfoto di aliran Sungai Cikaluwung |
Sebelum ke parkiran kami sempatkan berfoto di dekat loket karcis. Di sini ada curug yang terbentuk dari aliran irigasi dan pemandangan yang sangat bagus. Menuju lokasi parkir hingga keluar dari Desa, kita disugihin pemandangan pedesaan yang benar-benar desa. Saya mengatakan, tiap sudut desa ini adalh indah. Kalau tidak percaya buktikan sendiri....!
Part 3 nya dong.. Pas ama track.. wekeke
BalasHapusada wisata kopinya ga mas di desa ciasihan?
BalasHapus