Menyibak Keindahan Sukamakmur III: Curug Saridun dan Curug Cisarua


"Melewati kondisi jalan yang jauh dari kata 'bagus' dan terabaikan itu tersimpan keindahan yang tak terbayangkan sebelumnya"

Melanjutkan ekplore Sukamakmur dari kunjungan sebelumnya, silahkan cek di sini Curug Ciherang dan Rumah Pohon serta Curug Cipamingkis dan Curug Arca. Kali ini kami mengunjungi Curug Saridun dan Curug Cisarua yang masih berada di Sukamakmur-Bagor.

Berangkat dari rumah sekitar jam 8.30 pagi dan ditemani oleh Revan dan Erlan. Terjebak kemacetan di Jalan Baru karena pembangunan tol selanjutnya kami masuk tol Sentul Barat dan keluar Sentul City, selanjutnya mengikuti jalan ke Leuwi Hejo. Di daerah ini, jalan yang cuman beberapa bulan diperbaiki sudah mulai terlihat kerusakan disana-sini, dan saya gak ngerti ini kualitas jalannya seperti apa hingga sebentar aja sudah rusak, beda banget kalo dibandingin sama jalan-jalan di Jogja, Pacitan, Bangka atau jalan-jalan di bukit barisan di daerah terisolir Padang Pariaman yang mulus dan berkualitas baik....

Melewati Ciberem Loji, kami ambil kanan ke arah Jonggol, terlihat di sini jalanan makin parah gak ada perbaikan berbulan-bulan. Karena membawa mobil kecil/city car, saya agak was-was. Masih untung rasa kesal ini diobati oleh pemandangan dikiri kanan berupa perbukitan dan sawah yang menghampar.

Sampai di Pasar Jonggol, kami ambil kanan arah Cibodas hingga sampai di pertigaan Gunung Batu dan Curug Ciherang, kami ambil arah Ciherang. Makin kesini kondisi jalannya makin jelek, lobang-lobang menganga serta aspal yang begelombang yang siap memakan korban yang tidak hati-hati.

Melewati pertigaan Curug Ciherang kami melanjutkan perjalanan memasuki hutan pinus hingga melewati Curug Cipamingkis. Di hutan pinus terlihat warung-warung kayu kecil berbaris di sisi kiri jalan. Banyak yang kosong.. ini menandakan jarang wisatawan yang berkunjung atau melewati jalan ini. Selanjutnya di sebelah kiri jalan terlihat gapura Curug Cisarua, terlihat tidak ada pengunjungnya dan warung dipinggir jalan sebelum masuk gapura juga terlihat tutup.
Salah satu view di perjalanan
Selanjutnya kami melewati plang Curug Arca, masih terlihat kosong, tidak ada pengunjung ataupun penjaga, masih seperti terakhir saya kesini beberapa bulan lalu. Sayang sekali padahal curug ini sangat bagus… Kondisi jalan setelah Curug Arca makin memburuk, apalagi pas naik dan putaran kekanan, harus sangat hati-hati karena tidak terlihat ada kendaraan dari atas karena tertutup tebing. Di jalur ini, aura Cibodas yang terkenal sebagai penghasil sayuran sudah terlihat. Di kiri kanan jalan terlihat banyak pedagang sayuran dan buah yang tentunya masih seger-seger. Terlihat berjejer rapi warung-warung sederhana yang ddengan sabar menunggu pembeli yang tentu saja jarang datang.
Pedagang sayur dan buah yang masih seger-seger
Beberapa ratus meter didepan kami mulai bertanya kepada penduduk lokal arah ke Curug Saridun dan untuk memasitikan kami menanyakan lagi ketika mulai mendekati arah yang ditunjuk. Patokannya adalah jalan beton sebelum sekolah SD. Kami sempat melewati sekolah ini, setelah putar balik kami masuk ke jalan yang dimaksud. Jalanyang sudah dibeton ini cuman cukup untuk satu mobil. Berjalan sekitar 200-300m kami sampai di ujung jalan dan parkir di pinggir jalan. Ada beberapa anak-anak yang bermain di bawah pohon dekat parkiran, dan menunjukkan arah ke curug.

Setelah mempersiapkan kamera, makanan/minuman, hammock (yang ternyata gak kepakai hehehe), pakaian ganti, kami berjalan melewati jalan setapak. Jalan setapak yang kira-kira 100 meter berakhir di ladang sayuran, terlihat di kiri kanan ladang wortel, kol yang ditumpang sari dengan cabe yang sudah siap panen, dan kol putih. Seorang ibu yang sedang membersihkan tanah memberi petunjuk jalan ke arah kebun kopi.Berjalan di sela-sela wortel kami memasuki kebun teh dan selanjutnya melewati kebun tomat yang buahnya bikin kita surprised, buah nya gede-gede yang bikin kita pengen masak sambel ijo hahahaha. Juga tercium wangi bunga kopi seperti wangi bunga cempaka. Terlihat juga system penyiraman dengan menggunakan nozzle yang berputar sehingga bisa menyiram tanaman di radius tertentu. Ada beberapa anak-anak yang sedang bermain menunggu ibunya bekerja di ladang, 2 orang dari mereka ikut kami ke curug.
Di antara kebun wortel
Setelah melewati kebun sayuran, selanjutnya kita menuruni bukit. Jalan setapak beralaskan tanah merah dan dikelilingi kebun kopi. Di sini kita harus hati-hati melangkah karena tanahnya rawan longsor. Disisi kanan terlihat jurang yang lumayan dalam. Tidak terlalu jauh, sampai dibawah terlihat curug yang kami cari, Curug Saridun!!.
Curug Saridun
Untuk mendekati curug ini, kami harus menyeberangi aliran sungai. Meski kecil tapi kalau hujan kita harus hati-hati karena bisa jadi airnya tiba-tiba menjadi besar dan menyebabkan kita terjebak ataupun hanyut.

Tinggi curug ini sekitar 20-25m dengan kondisi kemarau seperti ini debitnya bisa dikatakan besar. Jadi bisa dibayangkan debitnya kalau di musim hujan. Berada ditengah-tengah lembah, dengan tebing batu yang tegak lurus, terlihat curug ini sangat istimewa, A Hidden Paradise!!!.
Curug Saridun
Curug Saridun
Curug Saridun
Aku bias loncat....
Revan sama Erlan memutuskan buat mandi di curug ini, kalo saya berenangnya nanti pas mampir di Curug Cisarua. Berbeda dengan curug-curug yang ada di daerah Sentul, disini kolam/leuwi nya tidak terlalu luas dan dalam, menandakan Curug ini mempunya jenis bebatuan yang tahan erosi (pengikisan). Di belakang curug terlihat ada cerukan, jadi kalau kita jalan ke sini, kita bisa memoto curug dari arah belakang curug.
View dari belakang curug

View dari belakang curug
Setelah puas mandi dan berfoto kami menyantap hidangan yang sudah disiapkan dari rumah. Lumayan buat mengganjal perut.
Makan dulu yes....
Setelah makan, kami beberes untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Cisarua.

Baca juga:
- Curug Ciherang dan Rumah Pohon
- Curug Cipamingkis dan Curug Arca

Berbalik arah, searah jalan pulang, kami mampir di Curug Cisarua. Kami parkir mobil di depan warung kosong tapi ada penjaganya, ibu-ibu. Kami menitipkan mobil ke beliau.
Memasuki gapura, tidak terlihat penjaga loket. Memasuki area dalam, terlihat areal yang tertata rapih, berupa taman dan rerumputan, juga terlihat saung kecil untuk istirahat pengunjung. Area ini juga bisa dipakai untuk kemping. Terdapat ada 4 kamar toilet di sudut taman. Namun sayang sekali tidak ada pengunjung yang terlihat.
Menuju curug, terdapat 2 jalan , ke kiri ke arah Villa yang bisa dilewati mobil dan kanan ke arah curug berupa jalan setapak. Mengambil jalan setapak menyusuri sungai kecil di sebelah kiri dengan kondisi terus menanjak naik, terlihat pemandangan yang indah.
Menuju curug Cisarua
View dari atas bukit
Tidak usah membayangkan jalanan ekstrim karena jalan menuju curug ini sudah rapih berupa bebatuan gunung yang disusun. Kira-kira 200 meter trekking akhirnya kamipun sampai di Curug Cisarua.
Meski musim kemarau, masih terlihat debit air yang lumayan besar. Dengan banyak undakan menambah kecantikan curug ini.
Ada spot foto yang dipersiakan, yang terbuat dari bambu sehingga membentuk jembatan, sayang kondisinya sudah lapuk. Pengunjungpun cuman kami bertiga dan ditambah 2 orang yang sudah datang duluan.
Curug Cisarua
Curug Cisarua
Ini kalo motonya pake HP hehehe
Sekarang giliran saya mandi menikmati kesegaran curug ini sementara Revan dan Erlan beristirahat. Menikmati kesegaran air ini , cukuplah merefresh dan menambah tenaga untuk melanjutkan perjalanan pulang. Tidak cukup mandi di bagian bawah yang kolamnya tidak terlalu dalam, kita bisa naik ke curug melalui sisi kanan tebing. Meski ada banyak pijakan, tetap harus waspada.
Curug Cisarua and I
Curug Cisarua and I
Setelah puas menikmati kesegaran curug Saridun dan Curug Cisarua, kamipun melanjutkan perjalanan pulang. Kalau mengingat lama perjalanan dan kondisi jalan yang akan dilalui pastilah membuat kita malas pulang, tapi nikmati saja perjalanannya…..

View sepanjang perjalanan
View sepanjang perjalanan
PS:
Curug Cisarua dan Curug Saridun berada di Kec. Sukamakmur tapi masyarakat luas lebih mengenal wilayah ini sebagai kec. Jonggol.
Dulu memang daerah ini berada dalam satu kecamatan, tapi semenjak Negara Api menyerang, wilayah ini memisahkan diri menjadi kecamatan sendiri

Komentar

  1. Ini berkunjungnya hari apa?
    Waktu itu akhir sept saya ke saridun hari biasa,jalanannya mmg rusak parah.

    Pas perjalanan pulang jalanan didominasi turunan, sy pakai motor matik, karena sering nahan rem, akhirnya rem motornya blong, Alhamdulillah kejadiannya pas di jalanan yg agak landai, walaupun di depannya ada turunan lagi. Sempet berhenti sekitar 15 menit menunggu cakram kembali dingin, dan rem kembali normal, baru lanjut pulang.

    Hati² kalau pakai matik disana terutama yg blm tau kondisi jalan, matik rawa blong di jalanan yg didominasi turunan, udah bbrp kejadian.

    BalasHapus

Posting Komentar

Leave you message here...!!!
Tinggalkan komentar Anda di sini...!!!!

Postingan populer dari blog ini

Selabintana Juga Punya Curug Cibeureum..... !!!

Wisata Tenjolaya-Bogor Part X: Curug Ciseeng

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)